Ada satu nama yang paling menggeramkan saat menyaksikan pertandingan semifinal leg 2 Indonesia kontra Vietnam.
Siapa lagi kalau bukan Van Hau.
Pemain Vietnam yang sukses memindahkan pentas drama dari teater ke stadion sepak bola.
Secara personal, betapa jelas drama yang ia perankan.
Ia yang menendang, justru kakinya yang kesakitan.
Selain tiu, banyaknya duel di sisi kanan pertahanan Timnas melibatkan Asnawi dan Van Hau menyebakan cukup seringnya pertandingan terhenti sejenak.
Hal itu, sebenarnya juga merugikan Timnas yg sedang ketinggalan lewat gol cepat.
Entah permainan seperti apa yang ia rencanakan untuk menahan laju permainan timnas kita?
Bukan perkara buruk sangka, tetapi tayangan ulang pun membuktikan dan menampakkan bahwa Van Hau biang dari memuncaknya emosi pemain Indonesia.
Saat pemain Indonesia goyah secara mental dan emosi mulai tak stabil, maka di situlah kunci kesulitan mengejar ketertinggalan gol.
Marc Lock pun tertangkap kamera enggan menjabat tangan pemain Vietnam dengan nomor punggung 5 tersebut.
Wasit pun terkesan tak berdaya selama pertandingan, bahkan sedikit tak berguna saat-saat terjadi pelanggaran.
Tak ada kartu berwarna kuning atau merah yang rilis dari tangannya, yang secara jelas-jelas memang terjadi pelanggaran.
Perkara kalah dari Vietnam kita ikhlas, tetapi hal-hal yang seharusnya diputuskan secara diadil justru diabaikan.
Secara personal, saya berharap adanya reformasi menyeluruh terkait penyelenggaraan Piala AFF ke depan untuk meminimalkan kesalahan yang disengaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H