Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

3 Langkah Mengubah Penyesalan Menjadi Kekuatan Positif

10 Februari 2022   21:22 Diperbarui: 10 Februari 2022   21:26 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pengungkapan diri mengurangi beban penyesalan dan berdamai dengan kesalahan, kita perlu membingkainya kembali sebagai ketidaksempurnaan manusia. Pink berkata bahwa kita dapat membuat jarak dari penyesalan kita dengan tiga cara:

  • Melalui ruang , melihat penyesalan dari perspektif pengamat yang netral. Menjauh dengan cara ini juga membantu kita menjadi sedikit menjauh dari situasi buruk masa lalu untuk melihat gambaran keseluruhan dan memecahkan masalah kita dengan lebih baik, kata Pink.
  • Melalui waktu , dengan maju cepat ke masa depan untuk melihat bagaimana perasaan kita tentang penyesalan dan apakah itu akan tetap membawa memori yang sama atau tidak. Pink menambahkan bahwa kita lebih cenderung mengganti pembenaran diri dengan perbaikan diri ketika kita melihat masalah kita secara retrospektif.
  • Melalui bahasa,  mengatasi penyesalan dengan memperlakukan diri sendiri sama seperti orang-orang yang berbuat salah pada umunya. Bahasa yang kita gunakan tidak boleh merepresentasikan sebagai orang yang paling bersalah di muka bumi, seakan tak ada yang paling bersalah selain diri kita.

Dengan beralih dari lahiriah (self-disclosure) ke dalam (self-compassion), akhirnya kita bisa melangkah maju dengan penyesalan melalui self-distancing.

Meskipun penyesalan telah lama dicap sebagai emosi negatif, penyesalan memiliki kekuatan untuk menginstruksikan dan mengklarifikasi. Seperti yang dikatakan Pink, penyesalan tidak hanya membuat kita menjadi manusia; itu juga membuat kita lebih baik ke depan.

Sumber Referensi: Forbes, Harvard Business Review dan artikel lainnya yang relevan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun