Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Waspadai "The Great Ghosting", Tren Resign Kerja Tanpa Pemberitahuan

10 November 2021   16:26 Diperbarui: 10 November 2021   16:44 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penat berkerja dan ingin mengundurkan diri | Sumber:pexels/@karolina-grabowska

Mengundurkan diri dari sebuah pekerjaan merupakan hal yang sangat wajar. Hak memilih untuk bertahan ataupun resign melekat erat di setiap individu angkatan kerja.

Akhir-akhir ini, media sosial selalu diramaikan oleh berita-berita viral soal hiruk pikuk dunia kerja yang menggambarkan betapa semakin tidak harmonisnya hubungan perusahaan dengan karyawan yang mereka pekerjakan. Rasanya semua orang selalu mengedepankan amarah dan emosi yang akan menjadi penyesalan di masa depan.

Sejutu tidak setuju, isu norma dan kesopanan menjadi perhatian utama di lingkungan kerja saat ini. Kekasaran dan perilaku buruk dengan cepat merambah ke tempat kerja, proses pencarian kerja dan wawancara.

Sebuah aplikasi anonim (sebut saja aplikasi mawar) untuk pencarian kerja melakukan survei terhadap 5.356 profesional terverifikasi dari 30 September hingga 5 Oktober 2021. Platform terkenal ini digunakan oleh pekerja di beberapa perusahaan paling dihormati di dunia.

Melihat tren terkait durasi pekerjaan, aplikasi "mawar" menemukan bahwa banyak karyawan yang berhenti dari pekerjaan tanpa memberi tahu manajer mereka atau divisi HRD perusahaan dalam satu setengah tahun terakhir.

Secara umum, biasanya ketika seseorang siap untuk mengundurkan diri, paling tidak mereka akan memberi tahu atasan mereka atau menulis surat pengunduran diri yang memberi tahu atasan langsung tentang keputusan mereka. Jangka waktu pemberitahuan minimal dua minggu sebelum pengunduran dri telah menjadi standar selama ini.

Seorang eksekutif tingkat senior bahkan dapat memberikan tenggat waktu pemberitahuan yang lebih lama untuk mengurangi beban kerja secara bertahap dan melatih staf pengganti baru untuk mengisi posisi yang Anda tinggalkan.

Biasanya, percakapan dalam proses pengunduran diri akan terasa sangat canggung. Namun, siapapun karyawannya, orang yang mengundurkan diri tidak ingin keluar dengan cara yang buruk. Mereka ingin memiliki referensi yang baik untuk masa depan dan tetap terhubung dengan orang-orang di perusahaan untuk mempertahankan jaringan yang mendukung.

Di pasar kerja yang penuh persaingan, seperti yang kita hadapi sekarang, manajer akan menyampaikan masalah ini kepada bos mereka, HRD dan beberapa eksekutif puncak. Akan evaluasi penuh pada orang tersebut untuk membuat mereka tetap tinggal. 

Jika karyawan terbaik, manajemen akan berlasan akan sulit mencari pengganti orang tersebut di pasar kerja yang kompetitif.Penawaran balasan dibuat dalam upaya untuk membuat orang tersebut tetap tinggal. 

Ilustrasinya seperti putusnya sebuah hubungan, "Aku minta maaf! Selama ini aku tidak tahu begitu banyak masalah yang kamu hadapi", kata bos Anda.

Untuk meyakinkan lagi, dia akan menambahkan, "Kita punya rencana besar untuk kamu. Ada pembicaraan tentang kenaikan gaji dan promosi". 

Sementara itu, Anda berpikir ulang, "Mengapa kalian menunggu saya berhenti baru naik gaji dan promosi?"

Perusahaan tidak akan mudah menyerah. HRD memanggil Anda untuk exit interview. HRD tentu saja bertindak simpatik dan pengertian, sambil mencoba menggali apa yang terjadi di departemen yang membuat Anda ingin pergi. Meskipun berpeluang untuk menyalahkan atasan atau rekan kerja lainnya, tentu saja tidak ingin menjebak atasan Anda dalam rumitnya permasalahan pengunduran diri Anda.

Meskipun kita tidak menyukai orang itu, kita akan merasa bersalah membuat mereka mendapat masalah lagi karena laporan kita. Jadi, pada akhirnya Anda akan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja dan berharap proses pengunduran diri berjalan tanpa hambatan lagi.

Para eksekutif perusahaan bisa memberikan tekanan, membujuk, menyanjung, dan bahkan sedikit menggertak terhadap karyawan  tersebut agar tetap tinggal. Mereka yang setuju akhirnya menyesali keputusan itu. Mereka segera menyadari bahwa itu adalah taktik untuk mempertahankan mereka, bukan karena mereka mencintai orang itu, tetapi itu juga cukup bijaksana.

Misalnya Anda tetap tinggal, perusahaan tidak perlu membuka perekrutan dan melalui seluruh proses wawancara yang bisa memakan waktu tiga bulan atau lebih.

Tetapi suasana akan berubah setelah percobaan pengunduran diri Anda. Seiring berjalannya waktu, Anda sekarang terlihat sebagai orang asing. 

Ingatan bos tentang peristiwa "percobaan pengunduran diri" terasa seperti "Secara tidak langsung Anda memaksa kami untuk menaikkan gaji untuk membuat Anda tetap tinggal" dan mereka percaya Anda berisiko tinggi untuk mengundurkan diri. Semua gerakan Anda akan dipantau.

Mulailah terciptanya hubungan yang tidak sehat karyawan dan perusahaan. Ketika suasana semakin tidak nyaman dan tidak kondusif karena perusahaan melakukan evalusasi secara berlebihan, memicu Anda berhenti begitu saja.

Mungkin memang bukan keputusan yang bijak untuk keluar tanpa memberi tahu siapa pun, tetapi dapat dimengerti bahwa seseorang akan memilih pergi daripada bertahan dalam situasi konfrontatif.

Anda mungkin akan membenarkan keputusan tersebut dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa perusahaan tidak memberikan pemberitahuan dua minggu sebelum mereka memecat atau merumahkan seorang karyawan.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan tren ghosting menjadi lebih umum di tempat kerja saat ini. Profesional-profesional terbaik dari perusahaan-perusahaan besar berisiko dua kali lebih besar daripada profesional lain meninggalkan pekerjaan tanpa aba-aba, tanpa pemberitahuan, karena mereka merasa punya keahlian yang bisa menghantarkan mereka ke pekerjaan apapun yang lebih baik. 

Jelas ini bukan hanya tentang berhenti kerja saja. Hampir 30% profesional yang berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh aplikasi "mawar" tersebut mengatakan bahwa mereka melewatkan exit interview dan berhenti berkomunikasi dengan perusahaan selama proses wawancara pengunduran diri. Sangat terlihat bahwa permasalahan komunikasi menjadi sangat krusial di antara karyawan dan perusahaan.

Jika Anda berpikir untuk ikut tren pengunduran diri tanpa aba-aba pemberitahuan sedikitpun, berhati-hatilah. Sebagian besar industri kecil dan menengah cenderung saling mengenal dari waktu ke waktu dan tergabung dalam organisasi yang bisa menjadi wadah bertukar informasi.

Sangat mudah untuk bertukar informasi antar perusahaan. Rekam jejak Anda akan tercatat sebagai preseden buruk seorang karyawan yang tak memperdulikan etika dan kesopanan. Banyak perusahaan meminta kontak referensi di perusahaan sebelumnya untuk menggali informasi tentang kandidat. Jangan biarkan portofolio yang telah Anda bangun susah payah harus ternoda dengan permasalahan etika yang seharusnya bisa diselesaikan dengan solusi-solusi cerdas.

Jangan takut untuk bersuara jika perusahaan berbuat curang dan semena-mena kepada Anda. Jangan takut jika mereka menimbulkan kerugian bagi karir Anda, segera laporkan pada pihak yang berwajib dan selesaikan secara hukum. Tetapi bukan berarti Anda sesuka hati meninggalkan perusahaan tanpa sepatah kata pun.

Jika Anda berniat mengabaikan wawancara exit interview, berhenti tanpa pemberitahuan atau mengingkari kontrak kerja yang telah Anda tanda tangani, suatu saat hal tersebut bisa menjadi boomerang bagi karir Anda selanjutnya. Seorang manajer HRD mungkin tidak ingin mempekerjakan Anda ketika mereka mendengar tentang cara Anda meninggalkan posisi sebelumnya. Manajer HRD akan berpikir bahwa Anda akan melakukan hal yang sama kepada mereka sekitar satu tahun ke depan atau bahkan lebih cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun