Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lima Strategi Menaklukkan Kerja Paruh Waktu

17 September 2021   13:27 Diperbarui: 29 September 2021   11:57 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak dari kalangan profesional mulai banting stir bekerja paruh waktu untuk menciptakan solusi keseimbangan dalam hidup mereka, terlebih saat pandemi seperti sekarang. Di antara mereka ada yang memiliki anak kecil, ingin mendapatkan gelar master dan doctor, perlu merawat orang tua yang sudah lanjut usia. Intinya, mereka ingin mengurangi jam kerja dan ingin terbebas dari aturan kerja 8 to 5 or 9 to 5.

Alih-alih ingin mengurangi jam kerja, banyak pekerja paruh waktu justru akhirnya bekerja lebih lama dari yang mereka rencanakan. Bahkan banyak pekerja paruh waktu menjalani skenario terburuk yang tak sesuai rencana. 

Banyak yang mengeluh dengan banyaknya masalah yang tak sesuai dengan ekspektasi. Namun, sekarang, beberapa profesional part-time telah menemukan strategi yang dianggap mumpuni untuk menaklukkan dunia kerja paruh waktu.

Banyak profesional paruh waktu merasa bahwa baik rekan kerja maupun organisasi tidak menghormati mereka. Banyak pekerja paruh waktu merasa bahwa mereka menerima banyak cemoohan tentang asumsi kurangnya komitmen mereka untuk bekerja dan tentang hak istimewa mereka, seperti pergi lebih awal dan pulang lebih awal. Dan sebagian besar dari mereka mengatakan beberapa jenis diskriminasi terasa sangat menyakitkan dan terkadang kepercayaan diri mereka terkikis.

Diskriminasi membuat banyak pekerja paruh waktu merasa defensif tentang status mereka, yang dapat membuat mereka terlihat "menyerang", padahal itu dilakukan untuk mempertahankan posisi mereka dilingkungan kerja. 

Bahkan banyak eksekutif tidak memberi tahu kliennya bahwa dia bekerja paruh waktu. Alasannya mereka khawatir kliennya akan berpikir mereka tidak berkomitmen atau tidak akan menyelesaikan pekerjaan. 

Memang banyak kisah-kisah ekstrim terjadi dalam dunia kerja part time. Tetapi banyak juga yang mengakui bahwa mereka lebih menikmati menjadi pekerja paruh waktu dari pada bekerja full-time. 

Artinya, gambaran bagi para profesional paruh waktu tidak sepenuhnya suram. Yuk, kita lihat strategi yang telah dirancang oleh pekerja paruh waktu untuk membuat status "unik" mereka sukses dan menginspirasi pekerja paruh waktu lainnya.

Jujur Dengan Prioritas

Meskipun sebagian besar profesional paruh waktu adalah wanita yang mencari lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka, alasan pengaturan kerja alternatif sangat bervariasi seperti halnya para profesional itu sendiri. 

Beberapa orang yang bekerja paruh waktu berkeinginan untuk kembali ke kampus untuk mengejar gelas akademik dan yang lain merawat orang tua yang sudah lanjut usia. 

Justru karena para profesional paruh waktu memiliki motif yang begitu beragam sehingga mereka harus jujur tentang prioritas mereka. Kejelasan seperti itu membuka jalan bagi komunikasi yang terbuka dan jujur, di mana pekerjaan paruh waktu berkembang sangat pesat.

Rata-rata pekerja paruh waktu yang sukses adalah individu yang sebelumnya telah melakukan pekerjaan penuh waktu seperti biasa. Memang, pekerjaan paruh waktu bukanlah rute yang layak bagi siapa saja yang belum menunjukkan keunggulan diri dan memiliki pengalaman bekerja penuh waktu.

Tetapi membuat prioritas baru menjadi lebih transparan, akan membantu para profesional mengungguli posisi paruh waktu seperti yang mereka lakukan ketika mereka bekerja penuh waktu.

Memperkuat Branding Profesionalisme

Sederhananya, alasan utama kebanyakan bos dan rekan kerja menolak kerja paruh waktu adalah karena mereka curiga hal itu akan mengganggu cara kerja secara keseluruhan. 

Mereka takut pekerjaan tidak akan selesai tepat waktu atau orang lain, yang sudah dalam kapasitas penuh, perlu mengambil tugas paruh waktu yang tidak diinginkan. Kekhawatiran ini wajar. 

Itulah sebabnya para pekerja paruh waktu yang sukses tidak mengabaikan sekecil apapun tanggung jawab dan berhasil menunjukkan ke-profesionalisme-an mereka. Hal ini penting dilakukan agar klien menaruh kepercayaan yang besar.

Pekerja paruh waktu harus benar-benar menunjukkan bahwa pekerjaan masih diselesaikan dalam kondisi apapun, dengan baik dan tepat waktu. Salah satu cara mendasar mereka melakukan ini adalah dengan membangun aliansi yang kuat dengan rekan-rekan mereka.

Faktanya, pekerja paruh waktu yang sukses selalu melibatkan rekan kerja mereka sebanyak mungkin dalam transisi awal dari status penuh waktu.

Oleh karena itu, pekerja paruh waktu yang sukses berusaha keras untuk meyakinkan rekan kerja bahwa mereka tidak hanya berhak atas hak istimewa. Kadang-kadang, ini mengingatkan orang bahwa meskipun mereka bekerja lebih sedikit, pekerja paruh waktu juga berpenghasilan lebih rendah.

Membangun Rutinitas yang Transparan

Pekerja paruh waktu yang sukses akan menjaga ritme kecepatan dalam bekerja dengan berbagai cara. Seorang analis keuangan di sebuah perusahaan listrik, misalnya, membagi hari-harinya di kantor, bekerja pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. 

Manfaatnya, katanya, adalah bahwa dia tetap berhubungan dengan situasi kerja, dan pikirannya cenderung tidak keluar dari mode kerja. Tetapi profesional lain seperti seorang account executive di sebuah perusahaan minyak besar tetap fokus dengan melakukan hal yang sebaliknya. Dia bekerja Senin sampai Rabu setiap minggu.

Tidak peduli apa jadwal mereka, para profesional paruh waktu yang sukses membangun rutinitas yang transparan bagi rekan kerja dan bos mereka dan membantu mereka memisahkan pekerjaan dan rumah dalam pikiran mereka sendiri. 

Dari sudut pandang perusahaan bahwa sifat rutinitas yang dipilih jauh lebih penting daripada keteraturannya semata. Demikian pula, pekerja paruh waktu yang sukses  harus bisa membatasi rumah dan pekerjaan dengan ritual yang dipersonalisasi, yang sekali lagi berfungsi untuk memperjelas di mana mereka berada.

Menjadi sumber ide, inspirasi, dan inovasi

Sifat khas pekerjaan paruh waktu menjadikan setiap profesional paruh waktu sebagai inovator organisasi, dengan semua risiko yang ditimbulkan oleh inovasi. Dan, seperti halnya investasi berisiko lainnya, posisi paruh waktu sering kali membutuhkan sponsor, seseorang yang dapat memengaruhi cara pandang perusahaan untuk beralih ke pekerjaan paruh waktu.

Tidak ada profil tenaga profesoional yang ideal, itu sebabnya tenaga paruh waktu harus menjadi agen perubahan yang terbiasa menggunakan karisma mereka untuk memengaruhi orang-orang di setiap tingkat perusahaan. Mereka juga cenderung bersimpati pada nasib sesama pekerja paruh waktu karena mereka sendiri juga mencoba menghadapi tantangan pekerjaan paruh waktu.

Membangun Jaringan yang Kuat

Selain membutuhkan mental yang kuat, pekerja paruh waktu juga harus membangun jaringan yang kuat dalam organisasi agar tidak terpinggirkan. Sayangnya, karena jadwal kerja mereka yang padat, para profesional paruh waktu sering kali fokus pada pekerjaan dengan mengesampingkan obrolan ringan di koridor. 

Tidak boleh skeptis dengan lingkungan sekitar. Yvonne, seorang analis keuangan paruh waktu di utilitas listrik. Dia mengatakan bahwa mempertahankan jaringan sosialnya adalah salah satu faktor terbesar dalam kesuksesannya.

Sumber Referensi: Harvard Business Review

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun