Pemerintah sedang menyiapkan dan mengkaji linimasa dan skenario “hidup normal” untuk memulai kegiatan bisnis dan ekonomi. Skenario yang dipresentasikan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian merupakan langkah bertahap dalam upaya pemulihan ekonomi dari ancaman resesi yang lebih parah.
Dalam skenario tersebut, fase ke-1 direncanakan akan dimulai pada awal Juni 2020 dan diikuti oleh fase ke-2 dengan pembukaan toko-toko di sektor yang masih terbatas. Sembari terus dievaluasi, skenario tersebut direncanakan berakhir di fase ke-5 pada akhir Juli atau awal Agustus 2020 dengan harapan dapat membuka kembali semua kegiatan ekonomi.
Terlepas dari skenario tersebut, pandemi COVID-19 merupakan variabel utama penyebab resesi awal tahun 2020, sehingga pemerintah berupaya keras mencari solusi agar resesi ekonomi tidak bertambah buruk. Badan Pusat Statistik menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I hanya tumbuh 2,97%.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) selama masa pandemi masih ditopang oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi kuartal II diperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih berat jika produktivitas masyarakat semakin memburuk.
Tentu saja ini merupakan dilema kebijakan di tengah kasus positif COVID-19 yang semakin bertambah. Di satu sisi, pemerintah masih terus berpacu dengan virus untuk menekan laju penyebaran COVID. Di sisi lain, pemerintah berupaya segera mempersingkat durasi melemahnya perekonomian. Tingkat keparahan resesi ekonomi biasanya diukur dengan melihat kedalaman resesi, penyebarannya serta durasi resesi.
Perlambatan ekonomi di semua sektor dan masih meningkatkan kasus positif COVID-19 menjadi bukti bahwa resesi mungkin belum akan berakhir dalam waktu dekat. Namun, resesi ini bisa berakhir dengan durasi yang singkat jika penyebaran COVID-19 bisa cepat dikendalikan dan kegiatan ekonomi kembali dibuka secara bertahap.
Walaupun ekonomi secara bertahap akan kembali pulih, bukan berarti kita akan kembali hidup normal dalam waktu singkat. Karena proses kegiatan ekonomi akan dimulai dengan ekulibrium baru.
Sebagian epidemiologi memperkirakan proses pemulihan dan rejuvenasi ekonomi dan sosial akan dimulai jika vaksin COVID-19 sudah tersedia secara masif, sehingga secara keseluruhan aktivitas ekonomi dan sosial sudah dianggap normal dan aman.
Menggeliatnya kembali ekonomi dan bisnis memang menjadi pertanda pemulihan ekonomi akan segera dimulai. Lebih penting dari itu adalah masyarakat harus mendapatkan akses kembali untuk menjadi pemain ekonomi agar produktivitas ekonomi kembali seperti semula agar proses recovery ekonomi berjalan mulus.
Namun, jika pertumbuhan ekonomi terus melambat, maka pemulihan ekonomi akan memakan waktu bertahun-tahun, sehingga proses rejuvenasi ekonomi tidak hanya dengan mengandalkan APBN dan belanja swasta saja, tetapi juga dibutuhkan solidaritas nasional dengan memperkuat peran ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah) yang menjadi tumpuan masyarakat dalam menjaga konsumsi dan daya beli selama dan setelah pandemi.
Dana ZIS diharapkan dapat menahan efek domino keparahan resesi karena mampu mempertahankan kapasitas produksi mustahik sektor produktif dan memenuhi kebutuhan dasar mustahik.