Ada satu tuduhan serius yang menyerang presiden Jokowi. Ia dianggap mengkhianti ketum PDIP, Megawati jika Gibran, putra sulung Jokowi menjadi calon wakil presidennya Prabowo.
Isu tuduhan penghkianatan ini semakin gencar diwanti-wanti oleh Influencer Denny Siregar di kanal Youtube. Ya, denny yang mendukung dan mengawal kebijakan Jokowi selama dua periode ini merasa resah dengan isu politik dinasti yang makin gencar dihembuskan.
Meski demikian, ia mengaku menyampaikan peringatan itu karena mencintai Jokowi. Ia mau agar pemerintahan Jokowi berakhir dengan Happy Ending di tahun 2024 nanti. Denny juga mau agar saat turun tahta Jokowi tidak dicap sebagai maling kundang alias anak durhakanya Megawati.
......
Di kamar ruang politik lain, diam-diam Prabowo Subianto tampaknya punya rencana sendiri. Ia sangat berharap agar putra sulung Jokowi itu mendampinginya sebagai calon wakil presiden. Prabowo sadar bahwa efek Gibran sangat besar untuk mendulang dukungan pendukung Jokowi.Â
Tak hanya itu, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi di jelang akhir masa jabatanya menembusi angka 80 persen. Ini bahkan disebut sebagai rekor baru dunia bagi presiden yang bakal mengakhiri masa jabatnnya.
Fakta-fakta inilah yang membuat Prabowo semakin tergiur untuk menggoda Jokowi agar bersedia mencalonkan Gibran sebagai cawapres, meski kabarnya sudah berulang kali ditolak Jokowi. Baliho Prabowo-Gibran bahkan sudah dipajang dimana-mana bahkan sejumlah relawan Prabowo sudah menyatakan dukungan secara terbuka.
.....
Jokowi pada akhirnya dilema. Apakah ia tegak lurus dengan Megawati yang sudah mencalonkan Ganjar atau mengikuti kemauan Prabowo? Maka tak ayal, kita melihat bahwa dukungan Jokowi belum jelas arahnya. Sinyal-sinyal dukungan terbagi menjadi dua, dan relawan yang menjadi salah satu basis kekutan politik Jokowi terbagi menjadi dua kubu.
Dampak dari sikap Jokowi ini juga membuat kubu Ganjar dan Prabowo terus mengulur pengumuman cawapres. Waktu pendaftaran sedianya dibuka pada 19-24 Oktober 2023. Itu artinya kurang lebih 8 hari lagi pendaftaran ditutup. Namun dua kubu besar ini tak kunjung memilih cawapres.
Menariknya, gugatan batas usia cawapres di MK bakal diumumkan Senin, 16 Oktober. Putusan MK inilah yang akan menjadi penentu apakah Gibran bisa diusung menjadi cawapres atau tidak. Jika MK memutuskan usia dibawah 40 tahun bisa menjadi cawapres, maka loloslah Gibran.
....
Tapi persoalan besarnya bukan itu. Soalnya adalah Jokowi sebenarnya mendukung siapa? Mengapa ia masih mempertimbangkan Prabowo dan terkesan belum tegak lurus ke Megawati?
Ada dua analisis yang saya kemukakan di sini. Pertama analisis positif bahwa Jokowi ingin mempertahankan stabilitas politik hingga akhir masa jabatannya. Ia sengaja bermain dua kaki, agar program-program strategis nasional yang sekarang sedang dikerjakan tidak terganggu hingga masa jabatannya berakhir. Â Jika ia menyatakan dukungan ke salah satu calon, maka polarisasi akan semakin tajam dan mengganggu pembangunan nasional.
Kedua adalah analisis negatif. Ada satu ketakutan besar bahwa Jokowi sedang masuk dalam jebak emosional yang dilakukan Prabowo. Ada pendapat yang mengatakan, kalau Prabowo memainkan strategi kuda troya. Ia masuk ke dalam istana dan mengobrak abrik pendukung Jokowi.Â
Caranya adalah dengan terus menunjukan loyalitas dan kedekatannya dengan Jokowi sehingga para pendukung merasa Jokowi memilih Prabowo. Hal ini diperkuat dengan fakta Prabowo yang selalu mengekor langkah Jokowi. Adik Prabowo bahkan menyebut 99,9 persen program Prabowo nantinya mengikuti program Jokowi.
Alhasil Jokowi masuk dalam jebakan perasaan. Ia tak tega menyatakan dukungan ke Ganjar karena tidak enak dengan perasaan Prabowo. Mungkin juga Jokowi merasa kasihan dengan Prabowo yang selalu gagal menjadi Presiden padahal usianya makin renta dan menua. Karena itu Jokowi berpikir, ya sudahlah kali ini giliran dikasih ke Prabowo saja. Jika pertimbangan emosional ini yang dipakai Jokowi maka bahaya tercipta.
Di tengah situasi politik dan ekonomi global yang tak menentu, Kita sebenarnya membutuhkan pemimpin yang tak hanya berani mengambil keputusan tetapi juga punya energi yang besar untuk menjalankan keputusan.Â
Ya kurang lebih seperti pak Jokowi sendiri yang dalam sehari bisa blusukan ke tiga propinsi sekaligus. Pemimpin energik seperti memang harus didukung usia yang relatif muda mengingat usia harapan hidup laki-laki Indonesia hanya 70 tahun. Selebihnya adalah bonus umur. Apa bisa Pak Prabowo seperti Jokowi?
Semua analisis maupun kecurigaan ini memang hanya tinggal menunggu waktu untuk mendapat kepastian. Jika pada Senin, 19 Oktober 2023, keputusan MK menurunkan usia cawapres dari 40 tahun, maka Gibran dipastikan lolos menjadi cawapres Prabowo. Jika Gibran menjadi cawapres Prabowo, maka ketakutan Denny Siregar menjadi semakin nyata: Jokowi bakal mengkhianati Megawati. Selanjutnya bisa ditebak, pilpres bakal menjadi panas membara.
Namun rasa-rasanya tidak mungkin Pak Jokowi melakukan hal itu. Kita percaya bahwa Jokowi akan mengambil keputusan yang tepat dan bijak. Lebih baik, Jokowi tetap mempertahankan dualisme dukungan sampai presiden baru terpilih dan membiarkan ketiga capres bertarung bebas secara fair play. Bagaimana menurut teman-teman? Silakan berbagai pendapat di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H