Misinya yakni ingin membangun ekonomi yang tidak mengandalkan sumber daya alam, tetapi ekonomi produktif dan kreatif yang memberi nilai tambah.Â
Jika dibaca lebih jauh, misi Giring dan PSI tidak hanya ingin mengisi ruang politik 2024 dengan anak-anak muda, tetapi juga mengorek kenyamanan segelintir elit yang selama ini membangun Indonesia dengan mengeruk kekayaan alamnya.Â
Dilansir dari Kompas.com, laporan World Bank pada 2015 mengungkapkan, sejak tahun 2000, ketimpangan ekonomi di Indonesia meningkat pesat. Pertumbuhan ekonomi yang ada lebih dinikmati oleh 20 persen penduduk terkaya daripada masyarakat umum lainnya.Â
Sementara, hasil penelitian dari Megawati Institute pada tahun 2018 mencatat, kekayaan Indonesia terkonsentrasi pada segelintir penduduk, bahkan sejumlah kajian juga menunjukkan bahwa 1% rumah tangga terkaya di Indonesia menguasai 45,4% dari total kekayaan negara.
Hasil penelitian ini tentu paradoks dengan kekayaan alam Indonesia yang sangat besar. Artinya, potensi sumber daya alam tersebut hanya dikuasai segelintir orang.Â
Tak hanya memicu kesenjangan ekonomi, pada saat yang bersamaan, eksploitasi kekayaan alam Indonesia membawa kehancuran lingkungan seperti deforestasi, pencemaran air dan udara, pencaplokan hak-hak masyarakat adat, serta tragedi kemanusiaan akibat konflik vertikal dan horisontal. Jika tidak segera dibatasi, maka keserakahan elit untuk mengeruk sumber daya alam akan  membawa kehancuran generasi.Â
Giring dan PSI membaca masalah-masalah tersebut sebagai isu strategis yang perlu diusung dalam pemilu 2024 yang akan datang. Bisa jadi di sinilah pertautan mimpi giring- PSI dan rencana pencalonannya menjadi presiden.Â
PSI dan Giring sadar bahwa menjadi calon apalagi presiden memang sulit di tengah pelangi keindonesiaan kita yang diselimuti kabut pekat pragmatisme politik.Â
Meski demikian, PSI yang sedari awal mendeklarasikan dirinya sebagai partai anak muda, tidak pupus bermimpi. Kematian mimpi bagi PSI adalah kehilangan roh partai yang berspirit muda, visioner dan progresif. Pada saat yang sama, berhenti bermimpi juga sama artinya dengan menghanguskan fungsi pemuda sebagai agent of change.
Sejarah mencatat bahwa dinamika sejarah Indonesia, sejak pra kemerdekaan, tahun 1945, 1965, 1998 hingga era pascareformasi tidak terlepas dari mimpi para pemuda untuk mencapai Indonesia yang ideal. Ya, semuanya berawal dari mimpi. Mimpi itu kemudian dikomunikasikan sehingga mencapai kesamaan makna, lalu dikampanyekan, diorganisir dan terjadilah perubahan.
Giring dan PSI lebih jauh hadir untuk terus menghidupkan mimpi-mimpi itu. Mimpi akan Indonesia yang adil dan makmur seturut cita-cita founding fathers. Meski pencalonan Giring ibarat menapaki jalan terjal, namun kaum muda Indonesia tidak boleh membunuh mimpinya dalam hidup. Mimpi untuk menghalau kabut politik agar pelangi keindonesiaan kita kembali cerah dan melahirkan harmoni negeri.