Dengan demikian, saya pun sependapat dengan Dr. Van K. Tharp (dikutip dari laman finansialku.com). Ia  mengatakan bahwa investasi yang sukses memerlukan penguasaan psikologi sebesar 60%, money management sebesar 30%, dan sistem trading (metode) sebesar 10%.Â
Kesadaran ini mesti menjadi perhatian serius bagi setiap investor termasuk saya.Â
Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengevaluasi kondisi psikologi saat saat berinvestasi. Di sini, kita harus mampu mengintrospeksi diri dan mengenali kecendrungan emosi yang muncul saat berinvestasi. Dengan kata lain, kita berinvestasi sembari mendeteksi perasaan dominan yang muncul, apakah masih didominasi takut berlebihan atau serakah?Â
Selain itu, para investor juga harus lebih banyak menyiapkan waktu untuk melatih kecerdasan emosional dengan banyak membaca dan mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan mengasa sisi emosional.Â
Dalam konteks saat ini, mengevaluasi diri jauh lebih bermanfaat ketimbang mengutuk apalagi mencaci maki pandemi Covid-19. Hemat saya, dunia investasi (baik aktif maupun pasif) hari-hari ini, ibarat berada dalam kegelapan malam.Â
Gelap tak selamanya jadi petaka karena justru dalam kegelapan kita dapat melihat bintang. Â Kecendrungan emosi dalam diri kita sering kali seperti bintang yang tak bisa dilihat itu, kecuali di gelapnya malam.Â
Dalam terang kehidupan normal, manusia mungkin sulit mengenali kecendrungan negatif dalam dirinya, namun dalam kegelapan (baca:pandemi), kita jadi tahu siapa diri kita.Â