Setelah jam sekolah usai, siswa kemudian kembali ke tengah keluarga untuk makan siang bersama sampai dengan pukul 14.00. Setelah itu, orang tua bersama anak, menuju kegiatan selanjutnya yang diberi nama sekolah kemasyarakatan.
Kegiatan ini dimulai pukul 14.30-17.30. Semua keluarga bisa mengikuti berbagai kegiatan sosial yang tentunya sudah dirancang bersama dalam sidang komite bulanan. Tentunya bisa dirancang dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan dan kesepakatan bersama.
Kegiatan bersama dalam lingkungan ini bisa dilakukan dalam bentuk bakti sosial seperti membersihkan sekolah secara bersama-sama, membersihkan kantor desa/lurah, mengunjungi panti asuhan, dan aneka kegiatan lain yang melibatkan pihak sekolah, siswa, orang tua dan masyarakat.
Selain bakti sosial, sekolah kemasyarakatan ini juga bisa dalam bentuk upgrade pengetahuan dalam bentuk seminar, work shop ataupun training seputar pendidikan keluarga dan peran masyarakat dalam proses pendidikan. Bisa juga dikemas dalam bentuk pentas seni dan kemampuan siswa yang ditonton langsung oleh orang tua dan masyarakat di lingkungan sekolahnya. Prinsipnya, berbagai kegiatan bersama ini tidak boleh monoton tetapi dikemas dalam berbagai bentuk pada setiap hari gotong royong pendidikan.
Penghargaan
Dalam kegiatan ini, Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan bisa menjalin kerja sama dengan pemerintah kabupaten melalui dinas pendidikan dan kebudayaan setempat serta bekerja sama dengan pemerintah desa.
Di sini keterlibatan pemerintah tidak hanya mendukung dari segi pembiayaan, tetapi juga memberikan penghargaan dalam berbagai kategori kepada sekolah, orang tua, siswa dan kelompok masyarakat dalam lingkungan sekolah bersangkutan. Penghargaan ini dilakukan dalam rangka mendorong partisipasi ketiga komponen ini sebagai unsur yang paling berperan dalam pendidikan berbasis gotong royong. Selain itu kemitraan tri sentra pendidikan dapat diperkuat dengan azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati dan rela berkorban.
Saya optimis, jika hari pendidikan gotong royong dapat dilakukan setiap bulan dari Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan, niscaya ekosistem pendidikan di Indonesia akan menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik.
Melalui kegiatan ini beban dan tanggungjawab pendidikan tidak hanya menjadi beban sekolah dan keluarga, tetapi juga tanggungjawab sosial lingkungan dimana sekolah itu berada. Keberhasilan program ini juga harus dapat terukur dan dirasakan manfaatnya oleh siswa, guru, orang tua dan masyarakat melalui beberapa indikator pencapaian.
Dengan hari gotong royong pendidikan, kemitraan antara satuan pendidikan dengan keluarga dan masyarakat dapat diperkuat dalam merespons maraknya aksi kekerasan dan perilaku menyimpang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H