Mohon tunggu...
Irvan Kurniawan
Irvan Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk perubahan

Pemabuk Kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisi Seputar Jokowi, Budi Gunawan, KPK, dan Century

20 Januari 2015   07:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:46 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah evakuasi dan pengungkapan jatuhnya pesawat AirAsia, publik Indonesia, dikejutkan dengan penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi yang notabene sebagai calon tunggal Kapolri pilihan presiden. Jagat media pun ramai memberitakan ini.

Ada yang mengira KPK sudah terkontaminasi kepentingan politik lalu di saat yang bersamaan muncul foto mesum yang diduga ketua KPK sedang mencium seorang perempuan di media sosial.

Saya sangat mengikuti perkembangan kasus ini dan dari berbagai informasi yang saya himpun dari berbagai media, ada beberapa pertanyaan penting yang bagi saya harus dicermati. Pertama, benarkah BG adalah pilihan Presiden Jokowi? Atau mungkin Jokowi 'diintervensi' oleh orang-orang tertentu yang punya kuasa dan pengaruh sehingga Jokowi yang terkenal punya itikad jujur dan bersih (misalkan memberikan nama calon kabinetnya ke KPK), tiba-tiba mengabaikan proses verifikasi ke KPK sebelum menetapkan BG sebagai calon tunggal? Atau juga penetapan BG jadi tersangka adalah bagian dari strategi Jokowi vs KPK agar bisa dijadikan alasan untuk membatalkan BG? Bisa jadi.

Saya bukannya membela Jokowi, tapi kejadian ini membuat pikiran saya menjalar dan  sedikit bengkok dari biasanya. Jangan sampai Jokowi secara terpaksa menetapkan calon tunggal kapolri karena ada suara misterius yang membisiknya. Tentunya suara ini bukan orang sembarang tetapi suara yang punya daya untuk mempengaruhi Jokowi. Kita harus akui bahwa politik itu sarat kepentingan. Lalu kepentingan apa dari Sang Pembisik itu untuk menjadikan BG sebagai Kapolri? Jika orang itu pragmatis maka pasti kepentingannya berkutat sekitar kepentingan partai dan koleganya. Namun jika pembisik itu ideologis bisa jadi BG bisa dijadikan alat (tentunya kapolri harus loyal dengan pembisik itu) untuk membongkar luka bangsa entah itu HAM masa lalu atau kasus korupsi seheboh Century.

Jika memang kepentingan ini mengarah kepada kepentingan ideologis lalu memilih orang yang tidak loyal dan taat pasti juga akan mendapat batu sandungan dalam penyelesaiannya. Lalu siapakah orang itu? Hehehe silakan kita menebak.

Kedua, mari kita lihat si BG. Siapa BG sehingga hak prerogatif Jokowi mendarat ke dia? Jika dilihat dari prestasinya rasanya tidak terlalu mentereng dari jejeran jumlah jenderal bintang tiga lain, di tubuh Polri. Lalu faktor apa? Bisa jadi karena kedekatan BG dengan Megawati apalagi dia adalah mantan pengawalnya Mega. Jika Mega adalah Sang Pembisik untuk apa dia 'memakai' BG? Besar kemungkinan dia dipakai karena dipercaya bisa memuluskan kepentingan beliau terkait luka lamanya dengan SBY dengan memainkan Century atau pelanggaran HAM masa lalu. Sinyal ini terbaca dari sikap Partai Demokrat yang sejak awal tidak setuju dengan pencalonan BG (Kompas, 14/01/2015). Selain itu, dalam Kompas  (13/1), dari 10 fraksi yang datang besuk ke rumah BG hanya Demokrat yang tidak hadir. Ada apa dengan Demokrat? Mungkinkah mereka sudah mencium gerakan ini? Bisa jadi ia.

Lalu bagaimana KPK? Kasus Century yang selama ini dijanjikan KPK agar dibongkar nyatanya cuma gertak sambal. Sampai saat ini, dana triliunan itu hilang ditelan siapa? Lalu kalau bukan mau melindungi orang besar yang pernah menjabat, mengapa kasus ini belum terbongkar? Yang terjadi cuma drama tarik ulur penetapan tersangka Mantan Wakil Presiden, Budiono. Kalau KPK tidak ingin dicap ditunggangi kepentingan maka kasus Century juga harus dibongkar sekarang juga. KPK adalah salah satu lembaga negara yang sampai saat ini bisa membangun optimisme di tengah silang sengkarut kepentingan elit yang sangat pragmatis bahkan destruktif. Jika KPK sudah tidak netral lagi, apalagi mempolitisir sebuah kasus, itu artinya lapisan terkahir harapan rakyat untuk melihat Indonesia yang lebih bersih dan bebas korupsi akan runtuh juga. Namun, saya tetap optimis bahwa penetapan BG sebagai tersangka yang walaupun sangat kontroversial adalah bagian dari itikad baik KPK agar ruang politik kita bebas dari korupsi.

Tampak bahwa dari kasus ini, ada banyak kemungkinan yang ditemukan. Namun sebagai bangsa yang dewasa kita tidak boleh kekanak-kanakan menghadapi masalah. Lagi pula kasus ini cuma perebutan posisi kaum elite. Sebagai rakyat kita tetap ingatkan bila perlu jaga Jokowi agar pemerintahanya tetap pro kebenaran dan rakyat. Selain itu, kita juga tetap mendukung sekaligus mengkritik KPK agar tetap bersih dalam menuntaskan korupsi. Terutama agar kasus korupsi seperti Century juga terbongkar. Partisipasi rakyat adalah people power yang tidak bisa dipatahkan siapa pun. Dan yang terakhir mari bersama kita bangun optimisme. Jangan bunuh optimisme. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun