Tapi kebanyakan, layaknya tali. Yang ditarik ujungnya, ujung yang satu bakal ketarik. Begitu juga sebaliknya. Kalau ditarik kedua-duanya bakalan ada kontradiksi. Satu ditarik maka konsekuensinya satunya ketarik. Kemudian bagaimana. Yowes dilakoni wae karo ngopi.
Tapi kenyataannya, sekarang diniyyah masih kalah dengan formaliyyah. Formaliyyah masih sangat dipentingkan daripada diniyyah. Contoh kecilnya saja ijin diniyyah ngerjain skripsi. Entah berapa lama. Sebelumnya sudah ijin KKN. Apalagi yang untuk anak-anak fakultas yang bukan tarbiyyah. Harus ada magang juga. Jadi kalau di kalkulasikan, berapa lama seorang mahasiswa yang ijin diniyyah? Dan, berapa kali dia masuk diniyyah?. Entahlah. memang kenyataannya seperti ini.
Memang benar rasa malas itu biasa. Tinggal bagaimana menyikapinya. Terkadang kita juga butuh mundur satu langkah untuk melompat lebih jauh. Yang pasti tak ada manusia pintar ataupun manusia bodoh. Yang ada hanya manusia rajin dan manusia malas.
Untuk solusi buat santri-santri blokagung cuman satu. Kuliah tamat, Mondok tamat. ples ngabdi. Iku baru ngeten...
Jadi, "PENGEN KULIAH PLES DINIYYAH TAMAT??? IAIDA AJA!!!". sekalian promosi. Haha. sudahlah jangan berlama lama dengan coretan saya yang entah ada manfa'atnya atau tidak. Jangan diterus terusin. Nanti malah orak nggenah.
Terakhir saya terinspirasi oleh kata-katanya Sujiwo Tejo. Bahwa Didunia ini manusia hanya ada dua. Manusia yang tertutup aibnya dan manusia yang terbuka aibnya. Kalian tidak paham?, saya tidak peduli. Dan kalo kalian keberatan. Silahkan tuliskan. Jangan hanya bicara dibelakang. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H