Mohon tunggu...
Irvan Fadhil
Irvan Fadhil Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Curhat Anak SMA Soal Beratnya Program Full Day School

28 Februari 2019   17:38 Diperbarui: 28 Februari 2019   17:39 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percaya atau tidak, full day school bisa membuat guru jadi cenderung manja mengarah ke malas. Saat mulai materi pelajaran baru, beberapa guru biasanya akan langsung membagi kelas jadi beberapa kelompok. "Anak-anak, silakan cari sendiri materinya, lalu pelajari. Setelah itu kerjakan LKS ya?"

Ealah, kalau sekali dua kali sih mungkin tidak apa-apa. Akan tetapi karena keseringan begitu, tiba-tiba terbesit sebuah pertanyaan di benak saya. Lah terus tugas guru ngapain? Cuma kasih soal? Kalau gitu mendingan saya sekolah di ruangguru.com aja. Udah dijelasin masih dikasih soal pula. Ternyata teman saya yang pemberani juga punya pikiran persis dengan saya. Ia lantang bertanya pada guru yang sedang main hape menunggui anak didiknya yang sedang belajar mandiri.

"Jelasin dulu dong, Bu. Masak suruh belajar sendiri?" Begitu kira-kira ucapan teman saya. Sang guru lantas tersenyum tipis.

Si guru bangkit dari kursinya seraya berkata.

"Begini lho murid-murid saya tercinta. Bukannya saya nggak mau nerangin, tapi sekarang itu kita pakai kurikulum 2013, di mana siswa harus cari sendiri materinya. Tugas guru hanyalah sebagai fasilitator saja," ucapnya penuh kemenangan.

Kami semua lantas terdiam. Kurikulum 2013 yang diproyeksikan diterapkan beriringan dengan full day school emang bikin pusing murid-murid seperti saya. Buat apa saya bayar SPP mahal-mahal kalau pada akhirnya malah otodidak juga belajarnya? Ya mendingan sekolah di Primagama aja deh kalau begini ceritanya.

Belum lagi dengan anjuran dari Pak Menteri yang katanya dengan diterapkannya full day school, guru dilarang kasih PR.

Halah, Mbelgedees! Pada akhirnya kami juga tetep dikasih PR yang segitu banyaknya dan tidak pernah kami kerjakan sebagaimana namanya. PR seharusnya dikerjakan di rumah, begitu kodratnya. Tapi coba deh baca ini dulu.

Kami pulang dari sekolah jam empat sore. Perjalanan saya pulang ke rumah kurang lebih setengah jam, jika tanpa macet dan saya bisa ngebut. Tapi Jogja sekarang ini macetnya sudah parah. Akhirnya saya nggak bisa ngebut lagi. Saya benar-benar sampai di rumah sekitar jam setengah enam.

Katakanlah untuk mandi, salat, dan makan sampai jam tujuh malem. Niatnya pada waktu itu mau ngerjain PR. Tapi otak saya udah nggak mampu. Rasa-rasanya sangat butuh istirahat. Masa ya mau seluruh waktu hidup saya sepanjang hari cuman buat belajar.

Kan sebagai remaja kami juga butuh waktu dengan keluarga (baca: teman). Juga kami tidak mau melewatkan berita tempe yang setipis kartu ATM atau Timnas U-16 yang sedang berjuang di AFC CUP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun