Mohon tunggu...
Irvando Damanik
Irvando Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Mari hidup Cerdas di era Industry 4.0

mari berbagi sekalipun hanya dari pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Berbasis Asrama Penting Membentuk Kemandirian, Tata Kelolanya yang Perlu Dibenahi

8 September 2022   10:12 Diperbarui: 14 September 2022   13:10 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: https://m.tribunnews.com/regional)

Terdapat begitu banyak sekolah berbasis asrama mulai dari bangku SD, SMP, SMU hingga beberapa sekolah kedinasan di Indonesia. Sebut saja IPDN, STAN, AKMIL, AKPOL dan masih banyak lagi nama-nama sekolah yang berbasis asrama yang tersebar diseluruh pelosok nusantara mulai dari Sabang hinggau Merauke.

Saya merupakan salah satu mantan penghuni sekolah dan juga asrama yang merupakan bagian dari pemerintah kabupaten ditempat saya tinggal, dan sebagai seorang alumni saya menyatakan bahwa begitu banyaknya manfaat yang saya peroleh selama menjadi bagian dari sekolah berbasis asrama tersebut. 

Menjalani kehidupan sebagai pelajar yang tinggal disekolah berbasis asrama, banyak hal yang tanpa saya sadari mengalami perubahan signifikan didalam kehidupan sehari-hari hingga bagaimana saya membaur dalam suatu komunitas baru yang dihuni oleh pribadi yang mempunyai karakter-karakter yang berbeda. 

Hal kecil saja yang saya ambil sebagai contoh adalah bagaimana saya harus hidup mandiri mulai dari menyiapkan diri untuk bersekolah (pakaian, kelengkapan sekolah, tugas-tugas) tanpa adanya campur tangan langsung dari orangtua. Bagaimana saya harus bangun pagi dan membersihkan tempat tidur serta membereskan ruang kamar tanpa harus dibantu saudara dan masih banyak hal kecil lainnya yang terjadi saat itu.

Seorang anak/pelajar yang diberangkatkan oleh orangtua mereka untuk menjalani kehidupan didalam sekolah berbasis asrama tentu sudah tahu bahwa ada sistem baru yang akan ditemui sianak di tempat yang akan dituju dan tentu menuntut mereka untuk bisa beradaptasi dengan baik dan menyesuaikan dengan aturan serta kebiasaan yang sudah menjadi kesepakatan yang dijalankan bersama. Dengan demikian sianak mau tidak mau akan mengikuti pola yang ada, membaur dengan sesama penghuni dan jiwa sosialnya juga perlahan akan terbentuk dengan sendirinya.

(sumber: https://www.kompas.com/)
(sumber: https://www.kompas.com/)

Manfaat lain yang saya dapatkan dari pengalaman saya di sekolah berbasis asrama adalah bagaimana saya dituntut untuk berpikir bijaksana ditengah-tengah segala keterbatasan yang ada dan bagaiaman saya bisa berkomunikasi dengan baik dengan rekan-rekan saya sehingga keberadaan mereka merupakan bagian dari solusi dari permasalahan yang saya hadapi ketika menjalani kehidupan sehari-hari. 

Setiap anak/siswa mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dan berangkat dari status sosial keluarga yang beragam pula, sehingga kondisi itulah yang tanpa sadar memberikan keuntungan kepada seluruh penghuni sekolah berbasis asrama bahwa keberadaan rekan-rekan yang berbeda itulah bagian solusi yang masing-masing siswa hadapi. 

Di antara siswa ada yang mahir dalam pelajaran berhitung sementara kurang baik dalam hal sosial dan sastra, sementara disisi lain ada kelompok siswa yang mempunyai keunggulan dan kelebihan akademik yang bebeda dengan kelompok siswa pertama tadi. Sehingga komunitas inilah yang bisa mengisi satu sama lain sehingga kolaborasi yang terjadi bisa memberikan keuntungan untuk semua pihak sehingga itulah yang dinamakan dengan solusi yang berkelanjutan.

Tapi apakah suasana hidup diasrama seperti yang dibayangkan?

Berangkat dari pengalaman yang saya rasakan maka disamping begitu besar manfaat yang saya dapatkan selama menjalani hidup diasrama, ada beberapa hal yang menurut saya perlu menjadi perhatian dan perlu dilakukan pembenahan terkait tata kelola dan juga sistem yang dijalankan.

Hal yang paling saya ingat dari pengalaman yang kurang baik diasrama adalah bagaimana dominannya peran senior sebagai penguasa dalam asrama tersebut, sehingga praktis dalam 1 tahun pertama siswa baru yang masuk kedalam sekolah berbasis asrama memang secara umum hidup didalam ketakutan terhadap keberadaan pada senior tingkat. 

Umumnya yang memegang kendali adalah senior tingkat atas (kalau ada 3 tingkatan maka kakak kelas 3 ah yang berkuasa) yang memang sangat dominan dalam pemberlakuan kegiatan-kegiatan di asrama. Adanya pendelegasian dari ibu asrama kepada kakak senior sebagai perpanjangan tangan mereka dalam mendampingi para junior sering disalah artikan oleh para senior dan tak sedikit yang menjurus kepada kekerasan dan pemaksaan.

Saya mengalami hal yang sama ketika hadir diasrama sebagai anak baru (sekitar 20 tahun lalu) dimana ekspektasi saya terhadap kehadiran seorang senior sebagai pembimbing ternyata jauh dari harapan untuk memberi pendampingan untuk kemajuan kemandirian saya khususnya untuk hal akademik. 

Perlakuan yang saya dapatkan justru lebih kepada bagaimana junior bisa menjadi asisten dari senior untuk menjalani hari-hari mereka serta junior menjadi orang yang boleh mereka suruh dalam segala hal (menyetrika baju, mencuci, membagikan stok makanan) yang mereka inginkan.

(sumber: https://m.tribunnews.com/regional)
(sumber: https://m.tribunnews.com/regional)

Tentu hal ini bertolak belakang dengan semangat bahwa senior menjadi panutan dan teladan serta menjadi pendamping dalam tumbuh kembang para junior didalam sekolah berbasis asrama. Kehadiran senior harusnya menjadi pengayom buat para junior bukan malah sebaliknya menjadi sosok yang ditakuti dan tidak disukai dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh yang saya berikan hanyalah pengalaman kecil yang saya alami dan mungkin banyak pengalaman para mantan penghuni sekolah berbasis asrama lain dan bahkan lebih buruk dari yang saya pernah alami khususnya yang sampai melibatkan kekerasan fisik hingga berujung pada korban jiwa.

Tata kelola dan sistem yang dijalankan didalam sekolah berbasis asrama harus tegas dijabarkan dan ketat dalam hal pengawasan. Tidak boleh ada kelengahan dalam melakukan pengawasan yang rutin karena kehidupan dalam asrama itu sangat kompleks dan tiap karakter para penghuni berbeda. Sehingga ketika tata kelola dan sistem yang dibentuk salah maka dampaknya bisa sistemik dan akibatnya kepada siswa secara fisik dan psikis.

Sekali lagi, sekolah berbasis asrama itu sangat baik ketika dilakukan pengelolaan dan pengawasan yang ketat juga serta tata kelola dan sistem yang dijalankan harus secara rutin di awasi dan dievaluasi sehingga tujuan utama dapat tercapai yaitu membentuk karakter yang mandiri dan berdedikasi.

Salam dari mantan penghuni sekolah bebasis asrama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun