Panik merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana susasana hati masyarakat seketika mendapat informasi kenaikan bbm yang tanpa basa-basi naik cukup tinggi. Respon kepanikan tentu tidak seluruhnya dapat dituangkan dalam reaksi untuk ikut mengantri di SPBU tetapi lebih kepada keriuhan dalam diskusi publik, dalam media social dan media lainnya.Â
Kepanikan akibat kenaikan bbm tentu tidak secara spontan terjadi dalam sehari atau dua hari, namun secara perlahan kita akan melihat respon adanya kenaikan bahan dan barang pokok (sembako) layanan-layanan transportasi serta jasa lainnya beberapa hari kedepan.
Panik memang merupakan salah satu sifat dasar dari manusia yang merupakan reaksi akibat menerima suatu aksi. Panik yang dialami masyarakat akibat kenaikan bbm juga belum tentu terlihat langsung karena beberapa pihak justru harus berpikir sejenak untuk rencana kedepan yang lebih panjang lagi.
Haruskah kita panik dengan kenaikan bbm?
Kita tentu panik dengan kejadian yang baru saja terjadi. Panik yang terjadi adalah semacam kecemasan yang merupakan timbulnya perasaan bahwa suatu bencana akan terjadi, atau adanya ketidakmampuan untuk mengendalikan diri. Maka kita perlu panik untuk menyiapkan diri terhadap hal positif sebagai bagian dari tindakan untuk menyelamatkan diri ditengah-tengah kenaikan bbm.Â
Dengan adanya rasa panik tentu kita akan mulai melakukan kalkulasi lanjut tentang beban biaya yang sebelumnya tidak tercover dalam anggaran biaya belanja bulanan menjadi beban baru dalam struktur anggaran rumah tangga. Panik itu juga terkadang membuat manusia menggunakan akal pikir menjadi lebih kritis untuk mencari solusi yang sebelumnya tidak terpikirkan, namun akibat situasi yang memaksa maka hal-hal yang selama ini diluar nalar justru menjadi solusi sementara bahkan jangka Panjang.
Semoga kepanikan kita memberikan kita solusi yang lebih variatif dalam menghadapi kenaikan harga bbm. Negara memang dalam keadaan susah, dan kita warga negara yang merupakan bagian yang tak terpisahkan tentu diajak panik untuk menjaga negara kita tetap bertahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H