Inspeksi mendadak (sidak) silih berganti sering dilakukan di Lembaga Sukamiskin yang merupakan lapas yang dikhususkan bagi para koruptor, tetapi hingga saat ini masalah yang sama belum juga bisa dipatkan solusinya.Â
Sidak yang dilakukan bahkan tak jarang diliput oleh media dan disiarkan kepada seluruh publik ternyata tetap tidak memberikan tamparan keras kepada Kemenkumham dalam hal pengelolaan Lapas Sukamiskin yang dikenal karena jual beli fasilitas yang dimanfaatkan oleh para koruptor.Â
Lapas yang seharusnya menjadi tempat untuk memberikan efek jera kepada para koruptor setelah perbuatan mereka yang merugikan negara, justru tidak seperti bayangan masyarakat pada umumnya.Â
Fasilitas yang dinikmati oleh beberapa koruptor sangat jauh dari kata memprihatinkan dan bahkan sangat mewah bak menginap di sebuah kamar hotel. Luas ruangan yang sering menjadi masalah karena (menurut cerita) sangat sempitpun ternyata hanya cerita bohong belaka.
AC, TV kabel, closet duduk, Sofa, tempat tidur empuk, dan beberapa peralatan lain menjadi bukti bagaimana mewahnya sel tahanan yang ditempati beberapa koruptor yang sedang menjalani masa tahanan di Lapas Sukamiskin.
Belum lagi menurut cerita banyak di antara mereka yang bebas menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi kepada keluarga bahkan menjalankan bisnis dari lapas. Ditambah fasilitas keluar-masuk lapas dengan tarif yang sudah ditentukan sesuai dengan lamanya waktu keluar. Luar biasa sekali.
Kasus serupa memang sudah beberapa kali terjadi di Lapas Sukamiskin yang pernah meilbatkan nama-nama Luthfi Hasan Ishaaq, OC Kaligis, dan Nazaruddin.Â
Pengungkapan media ke publik tentang beberapa sel mewah yang ditempati para koruptor kondang tersebut ternyata tidak membuat Kemenkumham yang dinahkodai Yasonna Laoly berbenah. Hingga kasus terakhir yang melibatkan Setya Novanto beberapa hari lalu.
Oknum-oknum yang terlibat dalam koruptor memang pada umunya berasal dari kalangan orang penting di negeri ini seperti pejabat tinggi negara, pengusaha besar, para petinggi partai politik serta orang-orang berpengaruh lainnya. Sehingga melalui relasi, kekayaan, dan jaringan yang sudah mereka miliki selama ini sangat memungkinkan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan sekalipun sedang dalam lapas.Â
Pimpinan lapas beserta jajarannya juga hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kelemahan sebagaimana manusia pada umumnya. Dengan iming-iming finansial ataupun sogokan lainnya, mereka juga bisa goyah dan pada akhirnya keluar dari aturan yang ada serta memberikan keleluasaan bagi para koruptor yang sedang menjalani masa penahanan.
Namun pihak yang tetap harus paling bertanggung jawab adalah Kementerian Hukum dan HAM. Bagaimanapun situasinya merekalah yang pantas dipersalahkan atas kejadian yang sudah berulang-ulang terjadi di Lapas Sukamiskin.Â
Kemenkumham harus segera meneumukan solusi atas masalah-masalah yang sudah berulang kali terjadi sehingga tidak menimbulkan stigma di masyarakat bahwa estafet kemehawan Lapas Sukamiskin mustahil untuk dihentikan.Â
Stigma buruk ini juga membuat para koruptor tidak merasa ngeri dalam melanjutkan aksi mereka karena masih membayangkan surga di tengah-tengah sel yang disiapkan oleh Sukamiskin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H