Usai membaca surat cinta itu, saya membaca berita tentang adegan percintaan seorang siswa SMP dengan siswi SD yang menjadi viral di media sosial. Kalau peristiwa itu dibilang miris, bisa jadi iya.
Tapi rasa cinta menurut saya universal. Milik siapa saja, dan bisa ditujukan pada siapa saja. Sayangnya, kadang ini yang dilupakan oleh orang tua dan pendidik. Mereka tabu membahas soal cinta. Anak-anak pun akhirnya belajar cinta-cintaan (atau bercinta) secara otodidak dari tontonan dan dari peer group mereka.
Jika diajari secara baik, anak bisa saja mengungkapkan rasa cinta mereka kepada guru, orang tua, atau siapa saja dengan baik dan tulus.
Surat cinta seperti yang ditulis Fayza itu, bukan yang pertama yang diterima istri saya. Beberapa anak yang lain juga menulis seperti itu. Saya salut kepada orang tua mereka yang mengajarinya begitu.
Nah, ini yang aneh, kadang orang tua juga suka merasa rikuh saat anaknya mengucap cinta kepada mereka. Orang tua akan bertanya, "Kok tumben? Kamu baik-baik saja kan??"
Orang tua seperti berfirasat buruk jika ada anaknya yang tiba-tiba mengucap cinta pada mereka. Itu juga pernah saya alami, saat saya mengucap selamat hari ibu. Tiba-tiba ibu saya kaget, dan bertanya soal keadaan saya.
Mari ajari anak kita mencinta. Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H