Mohon tunggu...
Iruekkawa Elisa
Iruekkawa Elisa Mohon Tunggu... Freelancer - Lulusan Psikologi

Seorang perempuan yang memiliki banyak aktivitas. Diantarannya seorang yang suka berkebun, microstocker, konten kreator youtube Iruekkawa Elisa, penulis buku, penulis artikel SEO lepas, bisa baca numerologi, Pokok e sak senengku, yang penting aku bahagia dan menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjaga Lingkungan Dari Limbah Domestik: Kelola Sampah Demi Passion Berkebun! Ini Keuntungannya

31 Januari 2024   22:08 Diperbarui: 31 Januari 2024   22:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Dokumen pribadi

Menjaga lingkungan dari limbah domestik semestinya tidak menjijikan dan tidak pula berat, jika dilakukan dengan passion. Setidaknya itulah yang sedang saya lakukan selama hampir 8 tahun belakang. Sebenarnya tidak ada niatan hidup ala-ala sustainable living. Salah satu latar belakang hidup ramah lingkungan yang saya lakukan sekedar ingin meningkatkan nilai sampah menjadi berkah. 

Berawal dari tahun 2016 yang lalu. Saat itu saya sedang berkontemplasi pada diri sendiri. Bagaimana cara agar limbah ikan lele yang terbuang sia-sia dapat dimanfaatkan. Di waktu yang sama, saya pun berkontemplasi lagi terkait sampah botol yang tercecer di sawah tepi jalan. Singkat cerita, saya memutuskan untuk melakukan eksperimen memanfaatkan botol mineral sebagai media tanam. Kala itu saya tidak menanam menggunakan tanah, melainkan memanfaatkan limbah air ikan lele yang siap dibuang. Hasilnya, di luar dugaan. Justru tanaman selada yang saya tanam tumbuh subur. 

Keberhasilan eksperimen inilah yang memotivasi saya untuk mengumpulkan lebih banyak botol bekas. Akhirnya saya pun berinisiatif mengumpulkan 100 lebih botol bekas yang saya pungut di tepi jalan. Ukuran botol yang saya pungut beragam. Ada yang satu literan, ada yang dibawahnya. Jika botol ukuran 1 liter, saya desain menjadi dua lubang yang akan saya masukan bibit selada. jika botol di bawah 1 liter, hanya satu lubang saja.

Saat itu, ada lebih dari 150 lubang tanaman. Itu berarti, setiap kali musim panen sayur, saya bisa panen 150 batang sayur. Saat itu sayur saya jual, dan laku. Sayangnya aktivitas ini hanya bertahan sampai 2018 awal. Karena kesibukan kerja. 

Di tahun 2018, saya fokus menanam sayur mayur menggunakan media tanam tanah. Kali ini tidak menggunakan sampah botol. Melainkan menggunakan sampah plastik dan karung yang terbuat dari bahan setengah plastik menjadi raised bed ala-ala. Latar belakangnya sederhana, karena banyak sekali karung pakan kucing di rumah yang menumpuk. Rasanya sayang jika di buang. Jika dijual harganya tidak seberapa. Sehingga saya memutuskan untuk membuat raised bed ala-ala seperti.

Gambar : Dokumen Pribadi
Gambar : Dokumen Pribadi
Umumnya, Ketika menanam sayur di rised bad ala-ala seperti yang saya buat, sayur kurang maksimal. Apalagi jika satu raised ditanami lebih dari tiga batang sayuran. Maka pertumbuhannya akan terhambat. Akibat kekurangan unsur nutrisi. Namun, hasil yang saya dapatkan justru tanamannya subur maksimal. Padahal selama proses penanaman, tidak pernah saya beri pupuk kimia maupun pestisida. 

Lalu apa rahasianya? Rahasianya saat saya menyiapkan media tanam di raised bed ala-ala, saya sengaja memasukan kompos organik padat. 

Kompos organik padat ini pun saya buat sendiri. Saya buat dari sampah-sampah organik seperti sampah kulit, sisa buah, dan sisa sisa makanan di dapur. Apapun sampah yang sifatnya dapat diurai, saya masukan ke alat komposter yang saya buat sendiri juga. Desain alat komposter sengaja di desain menjadi dua ruang. Sehingga menghasilkan dua kompos, yaitu kompos cair dan kompos padat.

Memang aktivitas hobi yang saya kerjakan ini ada momen yang menjijikan. Karena berkutat dengan pengolahan sampah. Identik dengan busuk, kotor dan perspektif yang mungkin menjijikan bagi orang lain. Tetapi, bagi saya ini menarik dan menyenangkan. Karena saya merasa bertumbuh dan berkembang. 

Saya pun banyak belajar dari proses aktivitas menjaga lingkungan dari limbah domestik. Siapa yang sangka, jika berkat sampah-sampah yang seharus berserakan sembarangan, jika kita olah, dapat menjadi nutrisi utama untuk tanaman – sayur mayur di rumah. Siapa yang sangka, tanaman yang subur inilah yang menjadi daya tarik pembeli untuk membeli dagangan tanaman saya. Sehingga saya pun mendapatkan income dari hobi ini. 

sumber gambar : Dokumen pribadi
sumber gambar : Dokumen pribadi
Siapa yang sangka, dari pengolahan sampah dan pemanfaatan plastik dan karung bekas untuk media bertanam bisa menjadi swasembada pangan untuk keluarga saya sendiri, dan tetangga kanan kiri – mereka bisa tinggal petik sayur di kebun. Tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, jika dari langkah kecil, yaitu kesadaran diri dan sedikit kreatif memuliakan sampah. Pada akhirnya, mereka (sampah/kompos/tanaman) pun pada akhirnya memulaikan saya dengan memberikan hasil tanaman yang subur, dan memberikan saya income dari hasil jualan tanaman. 

Bahkan, dari aktivitas menjaga lingkungan dari limbah domestic skala kecil ini yang mendorong saya untuk sharing ke kanal youtube saya. Dan lagi-lagi saya mendapatkan pemasukan dari sana. Tidak pernah saya bayangkan, jika berawal dari rasa keprihatinan, rasa kepedulian terhadap lingkungan terkecil saya, mampu memberikan dampak yang luar biasa untuk saya sendiri. Baik keuntungan secara finansial, ketentraman, merasa lebih bermanfaat untuk circle terkecil saya. Dan saya juga merasa lebih Bahagia – baru-baru ini ternyata berkebun dapat menjadi terapi bagi orang stress. Berkebun juga dapat menciptakan rasa Bahagia. 

Mungkin, ketika orang-orng di luar sana binggung hendak membuang sampah. Bahkan ada Sebagian orang yang harus bangun pagi menanti petugas sampah datang. Sementara, saya pagi hari bisa santai berkebun, atau sekedar mengecek tanaman sambil menikmati udara pagi yang menyejukan. Mungkin, ada beberapa orang harus membayar jasa untuk mengambil sampah. Saya memilih untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang saya hasilkan menjadi kompos atau membuat sesuatu yang baru.

Karena bagi saya, sampah yang saya hasilkan adalah tanggungjawab saya sendiri. Saya meyakini bahwa, sampah yang sering dianggap hina, akan tetap menjadi lebih bermakna jika kita bisa memberdayakannya. Karena masalah sampah memang tidak akan pernah tamat jika kita masih saling menuntut, mengatur dan menyalahkan satu sama lain. (Iruekkawa Elisa) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun