Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Minta "Sweet Potato", Terpana Ketika Diberi Ubi

28 Februari 2023   10:11 Diperbarui: 28 Februari 2023   10:18 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belanja memang meyenangkan, tapi perlu persiapan. (Sumber: Lyfestylememory/Freepik)

Belanja adalah kegiatan yang menyenangkan. Bisa untuk menghilangkan stres. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, belanja secara langsung menjadi salah satu kegiatan rutin, terutama untuk membeli bahan-bahan dan barang-barang rumah tangga. Biasanya, belanja besar dilakukan setiap bulan.

Ketika pandemi sedang ganas-ganasnya, kegiatan belanja dipermak habis-habisan. Kebanyakan beralih ke online shopping, yang lebih aman, karena paling hanya akan bertemu kurir pengantar dan bukan pembelanja lain.

Setelah pandemi surut, belanja besar sudah menghilang dari kebiasaan. Kebanyakan belanja dilakukan masih melalui online shopping, ditambah dengan belanja di minimarket yang bertebaran di mana-mana.

Nah, apa hubungannya dengan ubi? Ini ada kisahnya. Mau dibilang kisah nyata, boleh saja. Mau dikata khayalan saya, sah-sah saja.

Jadi begini, pada suatu akhir pekan, saat Covid-19 masih "digodog", sebuah supermarket di kawasan Mall Kelapa Gading sangat ramai oleh mereka yang belanja. Ketika berada di seksi sayuran dan buah, tiba-tiba, seorang ibu, masih masuk kategori mahmud alias mamah muda, berkata dengan suara kencang kepada petugas yang sibuk mengatur sayuran: "Mas, saya butuh sweet potato. Ada di mana, ya?"

Ibu muda itu mungkin ingin pamer bahwa dia tahu yang namanya sweet potato. Oleh karenanya, ia mengatakan dengan suara keras, agar terdengar oleh pembelanja lainnya.

Si petugas hanya melihat dengan heran kepada si ibu. Oh iya, ibu itu berpenampilan modern. Dandanannya rapi, memakai rok dan blus warna senada, merah. Tas tangan tergantung di lipatan sikunya dan smartphone di tangan kanan.

Tanpa berkata-kata, si mas-mas memberinya sekantung besar ubi merah, dengan merek di salah satu sisinya. Tentu saja, ubi itu sudah bersih. Si ibu terpana ketika diberi ubi.

"Sweet potato, mas. Bukan ubi."

Nah, di sinilah ketahuan ketidaktahuan ibu itu soal ubi dan istilahnya dalam bahasa Inggris. Malah jadi bikin malu diri, karena ia lantas diberi tahu oleh si mas-mas bahwa sweet potato adalah istilah Inggris untuk ubi.

Lha, memangnya dia berharap apa? Makanan yang eksotis atau bagaimana? Jangan-jangan smartphone yang ada di tangannya tidak punya data. Andai ada, maka ia akan buka dan browse yang namanya sweet potato. Dan, akhirnya dia akan tahu bahwa sweet potato tidak lain adalah ubi, umbi manis sangat kaya nutrisi, bernama ilmiah Ipomoea batatas, yang bisa diolah dengan berbagai cara: Digoreng, dikukus, dibuat cake, dan sebagainya. Warnanya pun beragam: Merah, putih, merah muda, ungu, atau kuning.

Moral of the story? Belanja bukan asal belanja. Kita juga harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan, minimal sedikitlah, tentang barang-barang yang akan dibeli, terutama jika bahan makanan atau barang itu hanya dikenal dengan istilah aslinya. Ada baiknya untuk mencari lebih dulu istilah lokal alias nama dalam bahasa Indonesia, agar tak mempermalukan diri sendiri.

Satu lagi, bikin daftar belanja. Untuk menjadi patokan apa saja yang harus dibeli. Jika Anda ingin belanja lebih banyak, ya silakan saja. Yang penting, barang-barang esensial sudah terbeli.

Sekian intermezzo dari saya. Sehat selalu, Kompasianer semua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun