Belanja adalah kegiatan yang menyenangkan. Bisa untuk menghilangkan stres. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, belanja secara langsung menjadi salah satu kegiatan rutin, terutama untuk membeli bahan-bahan dan barang-barang rumah tangga. Biasanya, belanja besar dilakukan setiap bulan.
Ketika pandemi sedang ganas-ganasnya, kegiatan belanja dipermak habis-habisan. Kebanyakan beralih ke online shopping, yang lebih aman, karena paling hanya akan bertemu kurir pengantar dan bukan pembelanja lain.
Setelah pandemi surut, belanja besar sudah menghilang dari kebiasaan. Kebanyakan belanja dilakukan masih melalui online shopping, ditambah dengan belanja di minimarket yang bertebaran di mana-mana.
Nah, apa hubungannya dengan ubi? Ini ada kisahnya. Mau dibilang kisah nyata, boleh saja. Mau dikata khayalan saya, sah-sah saja.
Jadi begini, pada suatu akhir pekan, saat Covid-19 masih "digodog", sebuah supermarket di kawasan Mall Kelapa Gading sangat ramai oleh mereka yang belanja. Ketika berada di seksi sayuran dan buah, tiba-tiba, seorang ibu, masih masuk kategori mahmud alias mamah muda, berkata dengan suara kencang kepada petugas yang sibuk mengatur sayuran: "Mas, saya butuh sweet potato. Ada di mana, ya?"
Ibu muda itu mungkin ingin pamer bahwa dia tahu yang namanya sweet potato. Oleh karenanya, ia mengatakan dengan suara keras, agar terdengar oleh pembelanja lainnya.
Si petugas hanya melihat dengan heran kepada si ibu. Oh iya, ibu itu berpenampilan modern. Dandanannya rapi, memakai rok dan blus warna senada, merah. Tas tangan tergantung di lipatan sikunya dan smartphone di tangan kanan.
Tanpa berkata-kata, si mas-mas memberinya sekantung besar ubi merah, dengan merek di salah satu sisinya. Tentu saja, ubi itu sudah bersih. Si ibu terpana ketika diberi ubi.
"Sweet potato, mas. Bukan ubi."
Nah, di sinilah ketahuan ketidaktahuan ibu itu soal ubi dan istilahnya dalam bahasa Inggris. Malah jadi bikin malu diri, karena ia lantas diberi tahu oleh si mas-mas bahwa sweet potato adalah istilah Inggris untuk ubi.