Di Indonesia, cuaca yang lumayan dingin terjadi hanya pada waktu tertentu, atau terjadi di daerah-daerah tertentu yang memang alaminya bercuaca dingin.
Di tempat saya tinggal, di Jakarta, biasanya rasa dingin akan didapat setelah hujan selama satu hari. Suhu pun menurun, biasanya lebih dari 30 derajat Celsius, bisa menjadi 27-28 derajat pada siang hari. Kadang selimut sampai diberdayakan pada malam hari, karena suhu yang lumayan adem.
Musim penghujan menjadi salah satu masa di mana sering didapat suhu yang menurun, meski tak selalu. Kadang tetap saja terasa panas. Di daerah lain, misalnya daerah pegunungan, lain lagi ceritanya.Â
Saya punya teman berasal dari Dieng, di Jawa Tengah. Dia bercerita suhu terendah yang pernah dialaminya adalah minus 2 derajat Celsius. Menggigillah yang ada.
Di manapun Anda tinggal, pernahkah Anda perhatikan bahwa ketika suhu di sekitar menurun, nafsu makan justru meningkat? Susah sekali untuk berhenti makan.Â
Baru 30 menit berlalu sejak makan siang, perut sudah meronta untuk diisi lagi. Program diet jelas bubar kalau begitu.
Meski berbeda antara individu yang satu dengan yang lain, maksudnya tidak semua orang merasa terus kelaparan di cuaca dingin, ada penjelasan untuk itu.
Salah satu alasan paling sederhana untuk rasa lapar yang tak terpuaskan itu, menurut situs Eating Well, adalah karena tubuh menggunakan lebih banyak energi agar tetap hangat ketika suhu menurun, apalagi jika suhu dingin itu sudah membuat badan menggigil.
Tidak perlulah tinggal di negara yang punya musim dingin, tinggal di Indonesia pada musim penghujan, seperti yang saya sebut tadi, juga sudah membuat rasa lapar meningkat.
Penyebab lain adalah ketika kita kelar makan, tubuh secara harafiah akan terasa hangat. Proses makan dan mencerna makanan dapat meningkatkan suhu badan, walau sedikit. Jadi wajar saja jika tubuh akan memberi sinyal untuk kita makan lagi untuk menjaga kehangatan tubuh.