Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengintip Cara Orang Denmark Mendidik Anaknya

30 Januari 2023   13:46 Diperbarui: 30 Januari 2023   14:07 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga dengan anak-anak yang bahagia. (Sumber: Uwe Krejci/Getty Images)

Orangtua yang ingin menggurui anak-anaknya ketika memberi nasihat, lupakan saja bahwa usaha mereka akan berhasil. Sandahl mengatakan jika ingin anak-anak percaya, maka lupakan cara menggurui itu. Anak harus diyakinkan bahwa mereka boleh bicara kapan saja untuk bicara tentang segala hal yang ada di benak mereka.

"Yang penting, orangtua harus tenang, jangan menertawakan atau mempermalukan. Jika kedua hal itu dilakukan, jangan harap anak akan merasa aman," kata Sandahl.

Ketika orangtua memberi kepercayaan penuh, rasa ragu pada anak akan berkurang, membuat mereka bisa melihat perspektif berbeda dan menaikkan kepercayaan diri. Pertanyaan ditanggapi dengan jawaban yang netral, dan mereka akan menjadi orangtua sebagai tempat mengadu dan bertanya.

Hubungan saling percaya itu akan memudahkan ketika membicarakan hal-hal menantang, seperti narkoba. Anak-anak akan ingin bicara soal betapa mudahnya mendapatkan narkoba. Orangtua harus meyakinkan bahwa mengonsumsi narkoba adalah terlarang, tapi pada saat bersamaan anak remaja bisa datang ke orangtuanya jika butuh bantuan.

Jadi, orangtua bisa mengatakan seperti ini: "Jika kamu melakukan X, maka kamu membuat kami tak percaya lagi. Saya percaya padamu dan rasa percaya itu membuat hubungan kita istimewa."

Biarkan para remaja itu memberontak

Orangtua Denmark punya reputasi sebagai orang yang mudah memberi izin. Pendekatan mereka adalah jika terlalu banyak dikekang, maka anak-anak akan semakin berontak. Penolakan anak remaja terhadap cara dan nilai-nilai orangtua adalah cara mereka untuk menemukan identitas mereka.

Sandahl mengatakan anak-anak remaja kadang harus menjauhkan diri dari orangtuanya untuk mendapatkan visi yang jelas tentang apa yang mereka pikir dan inginkan.

Tahu kapan harus mengucapkan "never mind!"

Remaja berada di usia yang canggung. Masih mencari jati diri. Mereka sangat khawatir tentang segala hal. Orangtua harus mengajari mereka untuk meninggalkan segala kekhawatiran untuk hal-hal yang tak penting.

Jadi, remaja harus diberi tahu bahwa mereka tidak akan merusak segala hal jika, misalnya, ada jerawat di wajah atau tidak memiliki baju yang sedang tren. "Ah, never mind! Tak mengapa, itu tak begitu penting."

Ketika seorang remaja sedang terlihat sedih, maka orangtua harus menemukan penyebabnya. Sebab, bisa saja apa yang membuatnya sedih tidak masuk kategori "never mind!".

Orangtua akan sangat membantu jika bertanya apa yang terjadi, seberapa parah. Jika ternyata tak parah, maka si remaja ditanya apakah bisa memasukkan masalah ke dalam kategori "never mind!".

Ayah yang menangani anak laki-laki, bukan ibu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun