Tim nasional Qatar boleh saja sudah tampil sebanyak 10 kali di Piala Asia, dengan menjadi juara pada 2019. Sama sekali tidak buruk untuk sebuah tim nasional yang pertama kali melakukan pertandingan resmi pada 27 Maret 1970.
Tapi, Piala Dunia lain levelnya. Biasanya, tuan rumah dipilih dari negara-negara yang tim nasionalnya sudah pernah menjadi juara, atau paling tidak sudah pernah lolos. Qatar lain perkara. Tidak heran kalau lantas Piala Dunia 2022 ini disebut kontroversial ketika Qatar terpilih menjadi tuan rumah.
Bahkan, Business Review, tanpa tedeng aling-aling, menyebutkan bahwa Qatar menyediakan 880 juta dolar AS sebagai uang suap, yang mestinya bersifat rahasia. Itu menurut penelitian mereka.Â
Sebanyak 400 juta diserahkan saat proses pemilihan, sementara sisanya diberikan setelah Qatar dipastikan menjadi tuan rumah. Jelas saja, uang suap itu di luar dari biaya sebanyak 220 miliar dolar yang dipakai untuk membangun berbagai infrastruktur.
Sejak itu, Qatar menerima banyak "hujatan" dari berbagai sisi, yang paling mutakhir datang dari orang yang memberi mereka kesempatan untuk menjadi tuan rumah, yaitu eks presiden FIFA, Sepp Blatter.
Pada 8 November lalu, Blatter mengatakan bahwa menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia adalah sebuah "kesalahan" dan "pilihan yang buruk". Blatter juga terus menegaskan bahwa keputusan itu adalah akibat dari tekanan politik terselubung.
Blatter mengatakan Piala Dunia 2022 diberikan kepada negara di Jazirah Arab itu karena "ulah" eks presiden UEFA, Michel Platini, yang berada di bawah tekanan presiden Prancis ketika itu, Nicolas Sarkozy.
"Untuk saya, sudah jelas bahwa Qatar adalah sebuah kesalahan, pilihan yang buruk. Ketika itu, di Komite Eksekutif, sudah disepakati bahwa Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Amerika Serikat untuk Piala Dunia 2022. Itu adalah pernyataan damai untuk dua lawan politik menjadi tuan rumah Piala Dunia secara beruntun," kata Blatter, kepada surat kabar Swiss, Tages-Anzeiger.
Blatter tidak menyebut Qatar pilihan yang buruk karena kontroversi hak asasi manusia, melainkan karena: "Negara itu sangat kecil. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk Qatar."
Yeah well, Piala Dunia 2022 sudah bergulir dan tim nasional Qatar sudah menjalani partai pembuka dengan berantakan. Mereka kalah dari Ekuador 0-2, 20 November lalu. Qatar membuat rekor baru: Tuan rumah kalah pada partai pembuka. Memalukan? Yah, demikianlah adanya.