Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Qatar dan Gegar Budaya Massal

23 November 2022   13:47 Diperbarui: 25 November 2022   09:10 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah bir bisa dikatakan kelar. Kini berpindah ke LGBT.

Saat ini, nyaris semua negara Barat sudah mendukung LGBT. Jadi, mereka tidak bisa mengerti mengapa Qatar tidak bisa. Debat kusir terjadi di mana-mana. Itu berhubungan dengan Piala Dunia, di mana semua orang, tak peduli orientasi seksual mereka, akan datang ke Qatar. Dan, karena Qatar tidak mendukung LGBT, maka mereka yang masuk kelompok itu mengurungkan niatnya untuk datang. Lagipula, dikatakan bahwa Qatar memberlakukan hukuman berat untuk mereka yang diketahui masuk dalam kelompok LGBT.

Kalau menurut saya, mengapa harus batal datang? Bisa saja tetap datang, tapi tak perlu membawa bendera pelangi atau melakukan public display of affection alias bermesraan di depan publik. Bukan, begitu? Tapi, rupanya tidak seperti itu.

Bahkan, tim-tim Eropa sudah berniat untuk memakai ban kapten "One Love", yang merupakan dukungan untuk LGBT. Akan tetapi, FIFA akan menghukum tim-tim peserta dengan kapten yang mengenakan ban kapten itu.

Si pemain akan langsung mendapat kartu kuning kalau tetap memakai ban kapten "One Love". Dan, hanya beberapa jam sebelum pertandingan yang digelar pada Senin, 21 November 2022, tim-tim Eropa lantas batal untuk memakaikan "One Love" di lengan kaptennya.

Pertandingan pertama pada 21 November yang diikuti oleh tim Eropa adalah laga antara Inggris melawan Iran, yang merupakan laga pembuka Grup B. Kapten Inggris, Harry Kane, tampil tanpa "One Love" di lengannya.

"Saya rasa kami semua merasa kecewa. Saya mengatakan kami akan memakainya hari ini, namun keputusan itu lantas dihentikan. Saya memakai ban kapten yang pernah saya pakai dan diberi tahu bahwa saya akan memakai itu selama Piala Dunia ini. Ini semua di luar kendali pemain. Yang terpenting, kami fokus pada permainan dan mendapatkan hasil bagus," kata Kane, seperti dikutip dari MSN Sports.

Tidak ada ban
Tidak ada ban "One Love" di lengan Harry Kane, melainkan "No Discrimination". (Visionhaus/Getty Images)

Sudah pasti mereka yang ada di luar sana juga kecewa, namun itu tak seberapa dibanding suatu peristiwa yang terjadi pada Oktober 2021. Saat itu, David Beckham setuju untuk menjadi duta budaya Qatar selama 10 tahun. Jadi, tak hanya untuk Piala Dunia, namun Beckham juga akan mempromosikan pariwisata dan budaya Qatar.

Tentu saja, tidak gratis. Beckham dikabarkan mendapat bayaran total 150 juta poundsterling untuk kerja 10 tahun. Menurut London Evening Standard, Beckham sudah berkonsultasi dengan istrinya, Victoria, sebelum menerima tawaran Qatar itu.

Para Beckham-haters mungkin hanya tertawa, namun tidak dengan kelompok LGBT di Eropa Barat. Mereka kaget, kecewa, dan bisa saja menganggap Beckham sebagai pengkhianat. David Beckham mendapat "kehormatan" untuk mendapat tag sebagai gay icon, sejak ia muncul di halaman muka majalah gay, Attitude, pada 2002. Beckham dianggap sebagai pionir di sepak bola, sebuah olahraga yang dianggap homofobik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun