Masih ingat film “The Martian”? Film arahan Ridley Scott dengan Matt Damon sebagai pemeran utama, mengisahkan tentang seorang astronaut yang ditinggalkan oleh rekan-rekannya. Mereka semua menganggap karakter yang diperankan Damon, Mark Watney, sudah mati akibat badai besar yang melanda markas mereka di Mars.
Menyadari teman-temannya sudah meninggalkan dirinya, maka Watney hanya berharap pada pesawat luar angkasa berikut yang akan datang ke Planet Mars empat tahun mendatang. Pikiran pertama Watney adalah bagaimana dirinya mendapatkan makanan dan minum.
Kebetulan, salah satu pasokan makanan yang mereka bawa adalah kentang. Sebagai ahli botani, Watney lantas berpikir bagaimana caranya memanfaatkan kentang mentah itu agar bisa awet selama empat tahun. Satu-satunya jalan adalah menanamnya.
Merupakan pengetahuan umum bahwa Mars tidak punya lahan yang subur untuk menanam. Karena itu, untuk menyuburkan tanah kering Mars, Watney mengolah limbah manusia sebagai pupuk. Untuk air, ia mendapatkannya dari bahan bakar roket.
Kalau dipikir-pikir, film yang didasarkan dari novel berjudul sama karya novelis Andy Weir itu rada-rada tidak masuk akal, meski menarik. Sebab, tidaklah semudah itu mengirim sebuah tim astronaut ke Planet Mars, meski planet itu adalah tetangga dekat Bumi.
NASA berencana mengirim pesawat luar angkasa berawak ke Red Planet itu, tepatnya pada 2033. Demikian pula dengan Cina. Tentu saja untuk pertama kalinya dalam sejarah, jika kejadian. Selama ini, sudah banyak negara yang mengirim wahan tanpa awak demi mempelajari Mars, yang jarak terdekat dari Bumi adalah lebih dari 62 juta kilometer, menurut NASA.
Rencana mengirim pesawat berawak menimbulkan banyak tantangan, mulai dari masalah logistik hingga masalah berbau teknis. Semuanya untuk memastikan bahwa para astronaut bisa mengurus sampah dan memiliki cukup makanan dan air selama berbulan-bulan perjalanan ke dan dari Mars.
Masih ada hal lain lagi yang tak kalah penting, yaitu kesehatan dan keamanan. Karena selama berbulan-bulan perjalanan menuju Mars, para astronaut akan terpapar radiasi kosmik dan kondisi tanpa bobot akibat microgravity, gravitasi yang sangat kecil, meski tak sampai nol.
Malah ada yang lebih mengkhawatirkan. Setelah berbulan-bulan selalu melayang di dalam pesawat luar angkasa akibat microgravity, astronaut bakal kesulitan beradaptasi dengan gravitasi Mars.
Untuk memastikan bahwa semua kekhawatiran itu memang pantas muncul, sebuah tim berisi ahli medis luar angkasa dari Australian National University (ANU) mengembangkan sebuah model matematika untuk memprediksi apakah astronaut bisa dengan aman pergi ke Mars dan melakukan tugas mereka sesampainya di sana.