Qatar menjadi negara Timur Tengah pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Ditetapkan sejak 2 Desember 2010, Qatar resmi akan menggelar Piala Dunia 2022.
Salah satu hal pertama yang dipikirkan adalah betapa panasnya gelaran Piala Dunia 2022 jika tetap digelar pada Juni-Juli, seperti halnya Piala Dunia yang lalu-lalu.
Kalau menurut World Weather Online, suhu umum di Qatar pada Juni dan Juli adalah 42 derajat Celsius. Lumayan menyengat untuk banyaknya orang Eropa yang bermain di Piala Dunia.
Pada Oktober 2013, sebuah gugus tugas FIFA dibentuk untuk menentukan waktu alternatif selain Juni dan Juli 2022. Pada 24 Februari 2015, menurut BBC, gugus tugas itu memberi usulan untuk menggelar Piala Dunia 2022 pada November dan Desember, untuk menghindari panasnya musim panas antara Mei dan September.
Disetujui untuk menggelar Piala Dunia tahun ini pada 21 November hingga 18 Desember 2022. Pada saat itu, menurut situs resmi Piala Dunia Qatar, suhu berkisar antara 18 hingga 24 derajat Celsius.
Selain cuaca yang sudah lebih nyaman dibanding musim panas di Arab, 7 dari 8 stadion yang dipakai di Piala Dunia juga dilengkapi dengan sistem pendingin. Sehingga, suhu udara ketika laga digelar akan semakin nyaman.
Dengan sistem pendingin itu, dimungkinkan semua negara yang memiliki iklim panas bisa menyelenggarakan Piala Dunia atau ajang lainnya sepanjang tahun. Sistem pendingin itu bisa membuat semua atlet dan penonton merasa nyaman berada di daam stadion, walau suhu di luar stadion sedang panas.
Tambahan lagi, menurut situs resmi Piala Dunia 2022, Qatar tidak memberi paten untuk sistem pendingin itu, sehingga siapa pun bisa memakai cetak biru sistem itu, memodifikasinya jika perlu, tanpa harus membayar.
Perancang sistem pendingin tersebut adalah Doktor Saud Abdulaziz Abdul Ghani, seorang profesor teknik mesin di Universitas Qatar. Desainnya mulai dirancang sejak 2010.
Stadion pertama yang dipasang sistem pendingin adalah Stadion Khalifa International, stadion yang telah ada sejak 1976. Di stadion itu, sistem pendingin harus dipasang agar sesuai dengan kondisi stadion.
Sementara, pada stadion-stadion lain yang baru dibangun, sistem pendingin bisa masuk dalam desain awal stadion. Dan, setiap stadion itu unik, sehingga memiliki tantangan tersendiri ketika memasang sistem pendingin.
Pesepak bola lebih membutuhkan udara yang sejuk ketimbang penonton, karena para pemain harus berlarian di lapangan. Menurut Dr. Saud, tiap area di stadion memiliki suhu yang berbeda-beda. Yang paling dingin mestinya di lapangan.
Sistem pendingin itu tak hanya dipakai di stadion. Qatar sudah memasangnya di pusat perbelanjaan di Katara dan sebuah pertanian di Mikaynis, di mana ditanam buah-buahan dan sayuran untuk konsumsi penduduk lokal.
Dengan demikian, berkat teknologi yang dipakai untuk stadion sepak bola bisa menjamin ketersediaan pangan di Qatar dengan konsumsi energi rendah, terutama saat musim panas.
Semua energi yang digunakan di semua stadion Piala Dunia 2022 berasal dari pertanian solar panel yang terletak di luar Doha, yang merupakan ibu kota dan kota terbesar di Qatar. Pertanian solar panel itu dibuat oleh QatarEnergy dan Qatar Electricity and Water Company.
Kita nantikan apakah sistem pendingin ini akan bekerja sesuai harapan saat Piala Dunia bergulir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H