Ketika seseorang sudah masuk kategori lansia, maka konsumsi makanan kadang berubah juga. Kebiasaan makan yang berubah bisa berbahaya, terutama dalam hal konsumsi kalium.
Sebagian besar lansia bergantung pada orang lain dalam hal menu makan. Atau ada juga lansia yang masih mampu mempersiapkan makannya sendiri, namun bisa jadi komposisinya tidak lengkap atau kurang.
Salah satu komponen penting untuk tubuh manusia adalah kalium, sebuah mineral esensial dan elektrolit yang ada di dalam setiap sel, organ, dan jaringan tubuh.
Sebagai elektrolit, kalium bisa mengatur impuls listrik di sekujur tubuh, menjaga komunikasi yang sehat antara syaraf dan otot. Kita membutuhkan kalium untuk mendapatkan fungsi syaraf yang normal, irama jantung, level energi yang dimiliki, dan fungsi otak. Itu hanya beberapa.
Sekarang, jika seorang lansia tidak teliti ketika mempersiapkan menu makannya, atau orang lain yang menemaninya juga tidak telaten dalam meneliti menu seperti apa yang cukup kalium, maka ia bisa mengalami defisiensi kalium atau hipokalemia. Lebih parah lagi, kalau lansia tidak mau makan apa pun.
Mengapa menu makan lansia harus diperhatikan? Sebab, kalium tidak bisa diproduksi di dalam tubuh, jadi harus didapatkan dari makanan.
Seperti apa ciri-ciri orang yang mengalami hipokalemia? Yang pertama, yang paling nyata, adalah tubuhnya lemah. Duduk pun tak mampu. Kadang sampai tak sadar. Lalu, tekanan darah yang sangat tinggi, saking tingginya sampai berada dalam level berbahaya. Gejala itu dibarengi dengan sakit kepala, napas pendek, kebingungan, dan kadang kehilangan penglihatan.
Menurut situs Evergreen Senior Living, setiap warga lansia butuh sedikitnya 4,7 gram kalium setiap hari. Mungkin untuk mereka yang masih muda, jumlah itu bisa dikumpulkan dengan mudah, namun tidak dengan lansia.
Untuk lansia, perubahan kondisi fisik yang terjadi memengaruhi level kalium di tubuh mereka. Fungsi ginjal juga menurun dengan semakin bertambahnya usia, sehingga pengeluaran urine juga meningkat.
Pada saat yang sama, mekanisme tubuh untuk penyerapan dan pengeluaran nutrien tidak lagi bekerja dengan baik, sehingga banyak kalium yang terbuang melalui urine.
Lalu, sebuah kondisi medis atau perubahan pada sistem pencernaan juga menyebabkan penyerapan kalium. Tambahan lagi, lansia biasanya mengonsumsi lebih banyak obat dibanding yang lebih muda. Obat-obat itu ada yang dapat mengubah level kalium di dalam tubuh.
Penyebab lain kekurangan kalium adalah terlalu banyak konsumsi garam. Tubuh selalu menyeimbangkan level garam, kalium, dan magnesium. Semakin banyak garam, maka akan dibutuhkan semakin banyak kalium. Akibatnya kandungan kalium dalam tubuh selalu kurang.
Sebenarnya, kalium bisa didapat pada banyak jenis makanan yang biasa dilihat setiap hari. Misalnya pisang. Buah berkulit kuning itu adalah sumber yahud untuk kalium. Satu buah pisang setiap hari, ditambah sumber kalium lainnya, bisa jadi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kalium per hari.
Akan tetapi, lansia kadang tricky. Menyantap buah pisang, satu saja, bisa memengaruhi pencernaan dengan signifikan. Gara-gara pisang, bisa saja BAB jadi tak karuan.
Bagaimana kalau kentang? Menurut sebuah situs, kalium yang optimal bisa didapat dari kentang jika dipanggang bersama kulitnya. Ada lansia yang untuk menelan makanan lembut saja sudah kesulitan. Bagaimana caranya bisa mengunyah dan menelan kulit kentang panggang?
Pada akhirnya, kentang mungkin bisa diolah menjadi perkedel atau dibuat mashed potato. Kulitnya? Lupakan saja. Mau apalagi?
Menurut situs Livestrong, sumber-sumber kalium selain kentang dan pisang adalah melon, kacang-kacangan, dan susu.
Contoh menu cukup kalium misalnya:
- Pisang berukuran sedang mengandung 467 miligram
- Satu iris melon bisa memberi 434 mg
- Setengah mangkuk kacang yang telah dimasak mengandung 400 mg
- Satu kentang panggang plus kulitnya menyimpan 477 mg kalium
- Satu gelas susu tanpa lemak mengandung 407 mg
- Dan, jangan lupa minum. Dehidrasi bisa menjadi salah satu penyebab hipokalemia.
Makanan lain yang kaya akan kalium misalnya alpukat, brokoli, bayam, granola, jeruk, selai kacang, labu, kismis, tomat, dan ikan tuna.
Satu cara lain jika melalui jalur makanan semakin sulit, maka kalium bisa didapat melalui suplemen. Tentu saja, Anda harus konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memberi suplemen kalium kepada orangtua Anda yang sudah lansia.
Semoga berguna. Sehat selalu untuk semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
