Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Cara FIFA Mengisi Pundi-Pundi Uang

25 Maret 2022   14:21 Diperbarui: 26 Maret 2022   16:23 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FIFA, atau Federation Internationale de Football Association atau International Federation of Association Football, didirikan di Paris pada 21 Mei 1904 untuk mengawasi, mengatur, dan mempromosikan kompetisi sepak bola yang semakin banyak ragamnya.

FIFA, yang bermarkas di kota Zurich, Swiss, juga merupakan sebuah organisasi olahraga terbesar di dunia, dengan jumlah anggota 211 negara. Bahkan lebih banyak dibanding Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang hanya memiliki 193 anggota plus dua negara observer.

Deskripsi FIFA, seperti yang tercantum di website resminya, adalah "modernising football to be global, accessible and inclusive in all aspects. Not just one or two continents, but everywhere."

Organisasi yang kini dipimpin oleh Gianni Infantino itu dikenal sebagai penyelenggara Piala Dunia. Sebenarnya, kompetisi yang berada di bawah pengaturan FIFA tidak hanya Piala Dunia, meski turnamen itulah yang menghasilkan pemasukan paling banyak.

Turnamen yang diselenggarakan oleh FIFA meliputi tim nasional, klub, dan eSport. Untuk tim nasional dan level klub, terbagi dua, yaitu untuk putra dan putri. Semua turnamen itu melibatkan semua konfederasi sepak bola yang ada di bawah FIFA, yaitu AFC, CAF, CONCACAF, CONMEBOL, OFC, dan UEFA.

Menurut Wikipedia, turnamen tim nasional putra yang digelar FIFA adalah

  • Piala Dunia
  • Sepak bola cabang Olimpiade (U-23)
  • Piala Dunia U-20
  • Piala Dunia U-17
  • Piala Dunia Futsal
  • Futsal Olimpiade (U-20)
  • Piala Dunia Sepak Bola Pantai
  • Piala Arab (tim nasional senior 22 anggota Union of Arab Football Associations)

Turnamen untuk tim nasional putri meliputi

  • Piala Dunia
  • Cabang sepak bola Olimpiade
  • Piala Dunia U-20
  • Piala Dunia U-17
  • Futsal Olimpiade (U-20)

Untuk level klub, FIFA menggelar turnamen-turnamen berikut

  • Piala Dunia Antarklub
  • Piala Dunia Junior (putra dan putri)
  • Piala Dunia Antarklub Putri (diusulkan)

Sedangkan eSport, ada Piala Dunia eSport (FIFA eWorld Cup) untuk perseorangan. Lalu, untuk tim, ada Piala Dunia Antarklub eSport dan eNations Cup.

Meski memiliki banyak turnamen, tak bisa dipungkiri bahwa pundi-pundi uang FIFA paling deras terisi setiap kali menggelar Piala Dunia. Piala Dunia Putri juga bergengsi, namun dari segi hak siar dan pemasukan sangat jauh jika dibandingkan dengan sektor putra.

Jadi, meski merupakan sebuah organisasi non-profit, FIFA memiliki kemampuan sangat besar untuk menghasilkan pemasukan, walau sebagian lantas dipakai untuk pengembangan sepak bola.

Dari Piala Dunia 2018 di Rusia misalnya, menurut Investopedia, FIFA menghasilkan revenue lebih dari 4,6 miliar dolar AS, sesuai dengan yang tercantum dalam laporan keuangan mereka.

Piala Dunia tidak hanya salah satu event olahraga terbesar di dunia, namun juga sumber utama penghasilan FIFA. Penghasilan itu didapat dari menjual hak siar televisi, hak pemasaran, dan licensing rights. Satu sumber penting adalah penjualan tiket pertandingan Piala Dunia, yang selalu menjadi perebutan.

Selain itu, biaya yang dikeluarkan FIFA sangat minimal, memungkinkan FIFA untuk memastikan bahwa mereka punya cukup dana untuk membantu mengembangkan sepak bola di seluruh dunia.

Ekonomi Piala Dunia

Karena menjadi satu-satunya yang berhak menyelenggarakan Piala Dunia, maka FIFA juga menjadi satu-satunya badan yang berhak untuk mengumpulkan keuntungan dari turnamen itu.

Tuan rumah Piala Dunia dilakukan melalui proses bidding. Dan, proses itu sendiri sudah merupakan kompetisi yang sengit.

Qatar akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, tahun ini, mulai November mendatang. Empat tahun lagi, pada 2026, Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko sudah bersiap untuk menjadi penyelenggara.

Ketika sebuah negara, atau kolaborasi beberapa negara, sudah berani mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah, maka mereka sudah siap untuk berinvestasi dalam jumlah yang tidak sedikit.

Investasi itu biasanya untuk membiayai infrastruktur, seperti stadion. Umumnya, akan ada satu stadion utama, yang disiapkan untuk laga pembuka dan penutup alias final. Stadion itu biasanya terletak di ibu kota negara. 

Meski berperan sebagai stadion nasional, belum tentu stadion itu masih 'cantik' untuk dipamerkan ke seluruh dunia. Sudah barang tentu, stadion nasional akan melalui proses renovasi.

Lalu, selain stadion utama tersebut, ada delapan atau sembilan stadion lain yang tersebar di berbagai kota. Kapasitasnya tentunya tidak sama dengan stadion utama, namun punya spesifikasi yang sudah ditentukan oleh FIFA. Stadion-stadion pendamping itu ada yang baru sama sekali, atau hasil renovasi stadion lama. Yang penting harus kelas dunia.

Asyiknya, semua biaya untuk stadion, baik renovasi maupun membangun baru, dibebankan pada negara penyelenggara. Demikian pula dengan pembangunan semua fasilitas pendukung, seperti jalan raya, jaringan transportasi, dan akomodasi lainnya. FIFA sama sekali tidak turut campur. Di sinilah salah satu faktor mengapa pengeluaran FIFA bisa minimal.

Misalnya Qatar, yang mengeluarkan 6,5 miliar dolar AS untuk delapan stadion di lima kota penyelenggara untuk Piala Dunia 2022, menurut SkySports. Tujuh di antaranya adalah stadion baru, satu stadion direnovasi habis-habisan, agar kapasitasnya memadai.

Biaya itu jauh dari estimasi awal, yang mencapai 8 hingga 10 miliar dolar. Bagaimana pun, FIFA bisa tekor kalau mereka yang membiayai stadion-stadion itu.  

Untuk Piala Dunia, FIFA akan membayar panitia lokal untuk mengatur dan menggelar semua pertandingan di masing-masing kota. FIFA juga membayar hadiah uang untuk setiap peserta Piala Dunia, tergantung sampai di mana partisipasi mereka berakhir.

Plus, FIFA juga membayar semua biaya perjalanan dan akomodasi untuk para pemain, staf pendukung, dan semua yang berhubungan dengan perwasitan.

Selain itu, masih menurut Investopedia, negara tuan rumah juga menerima dana dari FIFA yang akan digunakan untuk perkembangan sepak bola di negara tersebut, sekelarnya Piala Dunia.

Terlepas dari semua biaya yang dikeluarkan FIFA untuk berbagai turnamen, pengeluaran lainnya adalah untuk pengembangan, gaji administrator, dan badan keuangan yang membantu FIFA.

FIFA merekam semua penghasilannya dalam siklus empat tahunan menjelang Piala Dunia. Jadi, sebagian besar angka yang ada di artikel ini adalah hasil pendapatan mulai 2015 hingga 2018, kecuali jika disebut berbeda.

Pada periode itu, FIFA mendapat total 6,4 miliar dolar AS atau lebih dari 91 triliun rupiah. Dari angka itu, 4,6 miliar diterima dari Piala Dunia 2018.

Hak Siar Televisi

Dari 4,6 miliar dolar AS yang diterima dari Piala Dunia 2018, 49 persen (atau 3,13 miliar) adalah dari hak siar televisi. FIFA menjual hak lisensi ke berbagai stasiun televisi dan lembaga penyiaran di seluruh dunia.

Siapa pun yang mendapatkan hak lisensi, bisa menyiarkan laga-laga Piala Dunia dan semua acara yang berkaitan, misalnya nonton bareng, di region tertentu.

Meski mahal harganya, lembaga penyiaran berebut untuk mendapatkan hak lisensi untuk Piala Dunia. Sebab, profit yang akan didapat biasanya akan melebihi uang yang dikeluarkan untuk membeli lisensi tersebut.

Dalam perang tawar-menawar antara ESPN dan Twenty-First Century Fox, Fox mengalahkan tawaran yang dibuat oleh ESPN, yang berada di bawah Disney.

Fox membayar 400 juta dolar ke FIFA untuk hak siar televisi Piala Dunia 2022. Meta Inc., Twitter Inc., dan Snap Inc. menawarkan jutaan dolar ke Fox untuk bisa menyiarkan highlight Piala Dunia di Qatar itu.

Hak Pemasaran

FIFA mendapat 1,66 miliar dolar dari hak pemasaran dalam empat tahun hingga Piala Dunia 2018. Angka itu sangat mengesankan, mengingat periode tersebut dipenuhi dengan berbagai skandal korupsi yang melibatkan banyak petinggi FIFA.

Hak Lisensi

FIFA menghasilkan 600 juta dolar pada 2015-2018, meningkat 114 persen dibanding siklus sebelumnya. Penghasilan itu didapat dari penjualan kontrak lisensi merek, pembayaran royalti, dan sumber-sumber lain yang sejenis.

Hospitality dan penjualan tiket

Penghasilan yang tak kalah penting adalah hospitality dan akomodasi, termasuk penjualan tiket pertandingan. Siklus 2015-2018 mencatat FIFA mendapat 712 juta dolar dari hospitality dan penjualan tiket. Untuk Piala Dunia 2018, terdapat lebih dari 10 juta permintaan tiket.

Pengeluaran FIFA

Pada 2015 hingga 2018, pengeluaran sebanyak 5,36 miliar dolar AS dibagi-bagi sebagai berikut:

  • Biaya berhubungan dengan turnamen sebanyak 2,56 miliar
  • Proyek pengembangan dan pendidikan sebanyak 1,67 miliar
  • Administrasi FIFA sebanyak 797 juta
  • Footbal Governance (legal, TI, dan biaya gedung) sebanyak 124 juta
  • Pemasaran dan TV 211 juta dolar AS

Tantangan untuk FIFA

Berkali-kali FIFA dituduh melakukan malpraktik, terutama ketika berlangsung pemilihan tuan rumah Piala Dunia. Lalu, dalam hampir 115 tahun sejarah FIFA, hanya ada sembilan orang yang memimpin organisasi itu, yang menimbulkan pertanyaan tentang transparansi organisasi. Selain itu, korupsi juga masih terus membayang, walau FIFA selalu dalam kategori sukses setiap kali menggelar Piala Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun