Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Senegal berhasil menjadi juara Piala Afrika, atau Africa Cup of Nations/AFCON. Pada 6 Februari 2022, final AFCON 2021, Senegal mengalahkan Mesir di Yaounde, Kamerun.
Saking kuatnya kedua tim, hingga babak perpanjangan waktu, skor tetap 0-0. Barulah pada fase adu penalti, bisa dilihat siapa yang lebih beruntung. Adalah Senegal yang berhak membawa pulang trofi, sesuatu yang diimpikan oleh Senegal selama bertahun-tahun.
Menjelang dimulainya AFCON 2021, saya pernah menulis artikel yang berisi tentang kiprah pelatih-pelatih lokal Afrika yang dipercaya untuk melatih tim nasional. Jumlah pelatih lokal di AFCON tahun ini meningkat dibanding pelatih asing.
Pada gelaran AFCON 2021 di Kamerun, dari 24 tim peserta, 15 di antaranya dilatih oleh pelatih negara masing-masing, sisanya ditangani oleh pelatih asing.
Jadi, final di Yaounde kemarin itu seperti showdown antara pelatih lokal dan pelatih asing; Aliou Cisse versus Carlos Queiroz. Pemenangnya adalah Cisse, si pelatih lokal.
Untuk Cisse, final AFCON 2021 adalah final kedua yang pernah dilakoninya di Piala Afrika, meski berbeda peran.
Cisse masih memperkuat tim nasional Senegal, ketika negaranya menjadi peserta AFCON 2002. Di turnamen itu, Senegal bisa tampil di final, menghadapi Kamerun. Akan tetapi, Cisse menjadi salah satu pemain yang gagal melesakkan bola ke dalam gawang saat adu penalti. Jadi, Senegal harus puas menjadi runner-up.
Cisse ditunjuk menjadi pelatih Senegal pada Maret 2015. Mereka lolos ke Piala Dunia 2018. The Lions of Taranga tersingkir pada fase grup dan menjadi tim pertama di Piala Dunia yang tersingkir melalui aturan fair play.
Cisse membawa timnya lolos ke AFCON 2019. Senegal bisa tampil lagi di final, pertama kali sejak 2002 ketika Cisse menjadi kapten tim. Akan tetapi, Senegal kalah 0-1 dari Aljazair di Mesir.
AFCON 2021 menjadi ajang tak terlupakan untuk pelatih berusia 45 tahun itu. Akhirnya ia bisa mempersembahkan Piala Afrika untuk negaranya. Sekaligus membuktikan bahwa pelatih lokal tak kalah dari pelatih asing.
"Saya juara Afrika. Kami tidak pernah menyerah, walau prosesnya sangat lama, kadang menyulitkan dan rumit," kata eks pemain Paris Saint-Germain, Birmingham, dan Portsmouth itu, seperti dikutip dari The Independent.
Cisse pantas bahagia, karena lawan di final, Mesir, adalah juara tujuh kali Piala Afrika, menjadikan Mesir tim paling sukses di Afrika.
Mestinya sih, kontrak Cisse akan diperpanjang lagi oleh Federasi Sepak Bola Senegal. Terakhir kali, kontrak Cisse diperpanjang pada Februari 2019. Ketika itu kontraknya berakhir pada Agustus 2021.
Dengan kontrak itu, menurut Africa News, gaji bulanan Cisse juga naik, dari 13 ribu euro menjadi 22 ribu euro atau lebih dari 361 juta rupiah. Lumayan banyak juga kenaikan gaji Cisse, yang merupakan pelatih dengan gaji paling sedikit di antara 32 pelatih yang hadir di Piala Dunia 2018.
Kalau kontrak Cisse diperpanjang lagi, boleh dong gajinya juga naik. Sangat pantas untuk pelatih yang telah membawa negaranya menjadi juara Afrika pertama kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H