"Tulisan kamu jelek banget sih, kayak tulisan dokter!"
Kalimat itu membuat si empunya tulisan mengalami dua perasaan yang bertentangan. Pertama, tersinggung gara-gara tulisan tangannya dibilang jelek. Kedua, senang karena dibilang seperti dokter, walau hanya tulisannya.
Jangan khawatir, tulisan tangan saya bagus, kok. Sungguh! Kadang saya sampai kagum sendiri. Hahahaha...Padahal, jauh dari itu.
Tempo hari, ada teman yang berulang tahun dan saya mengirim kado untuknya. Karena mesin cetak di rumah sedang ngambek, maka mau tak mau saya harus menuliskan ucapan selamat dengan tulisan tangan.
Saya hanya ingin menulis dua kalimat sebagai berikut:
Selamat ulang tahun
Semoga tambah semangat dan sehat selalu
Sudah begitu saja. Tapi, saya butuh setidaknya lima lembar kertas untuk bisa mendapatkan tulisan tanpa kesalahan. Selalu saja ada salah yang dibuat. Huruf-huruf sambung itu pelik ditulisnya, apalagi saya sudah termasuk jarang menulis dengan tangan.
Sekarang, menulis dilakukan secara digital. Melalui pesan teks, email, atau dokumen di ponsel, di laptop, PC. Tidak ada kertas yang terlibat, tidak ada juga pensil atau bolpoin.
Bahkan, anak-anak sekolah pun, berkat study from home, menulis tugasnya dengan cara digital. Lebih praktis, langsung bisa dikirimkan ke pengajar, bisa diperbaiki dengan cepat, tanpa harus dibusek dengan penghapus atau dilapisi dengan Tip-Ex.
Bahkan, para dokter pun tidak lagi mencoretkan tulisan khasnya untuk menulis resep. Di Rumah Sakit Islam di Cempaka Putih, tempat keluarga kami biasa berobat, ruang praktik para dokter sudah dilengkapi dengan PC. Semua rekaman medis pasien sudah tersedia secara daring.
Untuk resep, dokter menuliskan di bagian resep dan langsung terhubung ke bagian farmasi (apotik) dan kasir. Mudah dan bisa dirunut riwayat kesehatan setiap pasien dengan cepat, tanpa harus mencari berkas-berkas berupa catatan kertas.
Lalu, apakah tulisan tangan suatu hari akan punah, seiring dengan semakin canggihnya semua yang berhubungan dengan dunia digital? Apalagi, suatu hari kita akan beranjak ke sebuah dunia yang disebut Metaverse, yang sebenarnya saat ini sudah dimulai.
Bayangkan, apa hubungan antara sebuah smarthome dengan tulisan tangan? Tidak ada celah untuk memakai tulisan tangan di rumah pintar seperti itu. Bahkan, kini tanda tangan pun bisa dilakukan langsung di smartphone, tak perlu lagi kertas dan pulpen.
Jika ingin mengetik dengan hasil seperti tulisan tangan, maka carilah berbagai font yang bentuknya dirancang seperti tulisan tangan. Banyak sekali.
Meski demikian, tulisan tangan masih ada gunanya. Salah satunya adalah untuk menentukan karakter seseorang. Grafologi adalah ilmu tentang tulisan, ada dua jenis, yaitu yang berhubungan dengan psikologi dan yang lainnya linguistik.
Untuk psikologi, grafologi berarti analisis pola tulisan tangan yang dapat mengidentifikasi kondisi psikologis dan karakter seseorang, itu menurut Longman Dictionary of Psychology and Psychiatry.
Biasanya, ahli grafologi akan memeriksa dua jenis tulisan dari seseorang, yaitu tulisan sambung dan tulisan tegak. Salah satu kriteria adalah ukuran huruf.Â
Jika ukurannya besar, maka si penulis berkepribadian terbuka, senang berteman, dan suka menjadi pusat perhatian. Sebaliknya, jika ukuran hurufnya kecil, maka orang itu biasanya pemalu.
Lalu, bagaimana mengukur apakah huruf itu besar atau kecil? Ambillah kertas yang memiliki garis-garis. Tulisan dengan ukuran huruf kecil itu tidak mencapai garis di atasnya. Biasanya hanya mengisi setengah atau tiga perempat.
Kalau ingin tahu lebih banyak tentang teknik menilai karakter seseorang dari tulisan tangan, bisa bukan link ini.
Lalu, bagaimana caranya menggabungkan tulisan tangan dengan dunia digital, sehingga tulisan tangan kita tetap berguna? Juga agar anak-anak sekolah tetap bisa menulis dengan tangan, tanpa harus mengetik.
Memakai stylus
Stylus sudah dipakai selama bertahun-tahun, namun agaknya jarang yang memakainya untuk tulisan tangan.Â
Menurut situs blog Counterpoint, dengan memakai tablet, para guru bisa melihat apa saja yang ditulis (dengan tangan) oleh murid-muridnya. Selain itu, tulisan mereka bisa disimpan, dikategorisasi, dan dengan mudah dicari jika dibutuhkan.
Pengaturan Focus Mode
Agar para murid tidak berpindah-pindah ke berbagai aplikasi lain kala belajar, maka pengaturan focus mode di smartphone atau tablet, dan sebuah piranti lunak spesial bisa digunakan untuk memastikan para murid hanya memakai aplikasi untuk menulis dengan tangan.
Pelindung layar mirip kertas
Layar tablet dilapisi dengan pelindung yang jika disentuh akan mirip seperti menyentuh kertas. Sehingga, ketika seseorang menulis dengan stylus, rasanya akan seperti menulis di atas kertas. Bahkan, nyaris tak bisa dibedakan antara kertas dengan pelindung layar.
---
Mungkin itu yang bisa dilakukan untuk melestarikan tulisan tangan di dunia Metaverse. Semua piranti boleh digital, namun ketika menulis di gawai, kita masih memakai tulisan tangan, bukan mengetik dan memakai font digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H