Sejak saya kecil, mama selalu memiliki asisten rumah tangga. Dan, seingat saya, tidak ada dari mereka yang menginap di rumah. Semua hanya bekerja pada pagi hari dan setelah itu pulang. Demikian pula dengan ART kami saat ini.
Saya hanya akan bercerita tentang ART kami saat ini, tidak yang lalu-lalu. Karena, jumlahnya akan sangat banyak. Bisa-bisa tulisan soal ART ini menjadi cerita bersambung.
Kami selalu memanggil ART dengan sebutan bibik atau kata lain dari tante. ART kami saat ini sudah membantu kami sekitar empat tahun lamanya. Awalnya, bibik hanya bekerja pada Sabtu dan Minggu, sejak pagi hingga tengah hari. Namun, dalam perkembangannya, kami juga meminta dia datang paga Selasa dan Kamis sore, kelar sholat Ashar, untuk menyapu dan mengepel.
Pada akhir pekan, tugas utama bibik adalah menyetrika pakaian. Lumayanlan, hasil cucian selama satu pekan tidak sedikit, menurut teori. Namun, menurut dia, cucian kami selama satu pekan ternyata tidak banyak. Selain menyetrika, dia juga menyapu dan mengepel.
Pertama kali, mama yang meminta bibik untuk membantu di rumah, namun setelah mama terkena stroke, kamilah yang kemudian me-manage bibik. Dan, dia sama sekali tak keberatan.
Bibik kami itu sangat serba bisa. Tangannya juga dingin, kalau ada kesempatan dia akan mengurus tanaman-tanaman yang ada di halaman, yang biasanya diurus mama. Saya sama sekali tak pernah menyentuh tanaman-tanaman itu. Dijamin akan langsung mati.
Lalu, bibik juga bisa merawat orang sakit, termasuk memandikan, mengganti diapers, dan menyuapi. Kadang, kalau kami sedang sibuk, maka bibik akan membantu mama mandi. Kadang juga harus mengganti popok sekali pakai jika kami semua sedang sibuk sendiri. Tapi, itu sangat jarang. Dia pernah juga menjadi babysitter.
Bibik juga bisa menjahit. Keahlian ini sangat berguna untuk kami. Sering kali ada jahitan bagian bawah celana yang terlepas, atau hal-hal lain yang menyangkut mesin jahit, maka kami akan minta tolong bibik.
Lalu, dia juga suka kucing. Dia hapal nama semua kucing kami, terutama yang di dalam rumah. Bibik tahu masa kecil sebagian besar kucing peliharaan kami.
Pada saat banjir besar, Januari dan Februari 2020, semua kucing di dalam rumah harus dimasukkan dalam kandang, sehingga mereka tak terendam. Bibik juga membantu mengungsikan sebagian dari mereka ke rumah tetangga.
Suatu kali, saat pandemi Covid-19 sudah melanda dan saya masih menginap di apartemen bersama mama, adik-adik saya harus bekerja di kantor. Tidak bisa WFH. Bisa dibayangkan, kucing-kucing bakal terlantar. Kelaparan ditinggal sepanjang hari. Kami minta tolong bibik untuk memberi mereka makan.
Bibik dibekali daftar kucing mana yang harus diberi makanan apa. Setiap kucing memiliki kebiasaan masing-masing. Jadi, ya memang harus dituruti mau tak mau. Bibik juga mengganti semua alas kandang kalau memang kotor. Tentu saja, semua kucing harus masuk kandang, sehingga tidak merepotkan.
Lalu, bibik sangat ahli mengganti sumbu kompor. You see, kami tidak memakai kompor gas. Terus terang, kami tidak berani menggunakan gas. Karena itu, kami masih memakai kompor tradisional. Setiap bulan, bibik akan membersihkan kompor itu, mengganti sumbunya kalau perlu.
Bibik sih tenang-tenang saja mengerjakannya. Dia punya prinsip, selama masih bisa dikerjakan, maka ia akan kerjakan. Meski kelihatannya sangat mau membantu, bukan berarti bibik itu orangnya gampangan. Dia sangat menjaga reputasi.
Reputasi yang selalu dijaganya adalah bahwa ia bisa dipercaya. Kami tahu ia membangun reputasinya itu selama bertahun-tahun ia bekerja sebagai ART di banyak rumah.
Selain di rumah kami, bibik juga menyetrika di banyak rumah lain. Dalam satu hari, dia bisa bekerja di dua rumah setidaknya. Tidak heran kalau badannya selalu kurus.
Bibik sangat senang kalau majikan percaya padanya dan tidak cerewet. Bibik pernah mengatakan salah satu ART bisa awet di sebuah rumah adalah jika majikan tidak nyap-nyap setiap saat. Ya, memang tidak enak bekerja dengan majikan yang selalu mengkritik apa yang ART kerjakan. Bagaimana pun, mereka juga manusia.
Bibik pernah bercerita betapa sakit hatinya ketika reputasi yang dijaga selama bertahun-tahun itu nyaris tercoreng. Ia bekerja di sebuah rumah yang tidak jauh dari rumahnya sendiri. Yang meminta bantuan adalah seorang ibu yang bekerja. Di rumah hanya ada ibunya yang sudah tua dan mungkin sudah pikun juga.
Bibik datang pada hari tertentu untuk menyetrika baju. Suatu hari, ketika ia sedang bekerja, ibu si majikan yang sudah pikun itu menuduhnya mencuri uang, sekian juta banyaknya. Tentu saja bibik membantah. Dia bahkan tak tahu kalau ada banyak uang di rumah itu.
Sudah pasti, bibik langsung berhenti bekerja. Dia menceritakannya kepada majikan, putri ibu pikun itu. Bibik memutuskan untuk tidak bekerja lagi di rumah itu, padahal wanita karier yang memintainya bantuan itu sangat membutuhkan tenaga bibik.
Namun, bibik punya reputasi yang harus dijaga. Jangan sampai hanya gara-gara tuduhan salah, ia lantas kehilangan kepercayaan klien-klien lainnya.
Ternyata, bibik tak perlu khawatir kehilangan kepercayaan. Justru setelah ia berhenti bekerja di rumah, malah datang permintaan dari banyak rumah lainnya. Mereka sudah tahu seperti apa bibik. Mereka yakin bibik tidak mencuri uang itu. Lantas, tentu saja bibik lantas memilih klien baru berdasarkan "siapa cepat, dia dapat".
Pemilik rumah yang ditinggalkannya tadi juga masih terus meminta bibik untuk membantunya, namun bibik bersikukuh untuk tidak kembali ke sana. Dengan halus, ia hanya mengatakan sudah bekerja di rumah lain. Dan ternyata, ketemulah pihak yang bertanggung jawab atas hilangnya uang sekian juta. Yang mengambil adalah anak yang lain dari ibu yang sudah sepuh itu.
Bibik turut senang mendengar berita itu, sebab itu makin menebalkan kepercayaan orang padanya, bahwa ia memang menjaga agar ia selalu bisa dipercaya. Kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja. Insya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H