Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sejuta Rasa Kala Pergelangan Kaki Terkilir

1 Desember 2021   15:08 Diperbarui: 5 Desember 2021   00:45 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, itu 'kan area rumah saya juga. Mengapa tiba-tiba ada hotel di sini? Ternyata lebih mirip motel ketika saya perhatikan lebih seksama.

Bodohnya saya, dengan perhatian yang teralih itu, saya tidak lagi melihat ke arah trotoar. Tiba-tiba, kaki kanan saya serasa melayang dan mendarat dengan kondisi tertekuk, disertai bunyi "krek!". 

Semua terjadi dalam waktu sepersekian detik, namun terasa sangat lama. Saya juga tidak bisa mengendalikan pergerakan kaki saya ketika itu.

Terkilir memang tidak berbahaya, tapi sakitnya bukan main. (Sumber: Lifesworkpt Online)
Terkilir memang tidak berbahaya, tapi sakitnya bukan main. (Sumber: Lifesworkpt Online)

Rupanya, trotoar yang ada di depan hotel tidak menyambung dengan jalan keluar hotel, melainkan terputus. Jadi, trotoar lebih tinggi dibanding jalan keluar hotel atau motel. Sementara di tempat yang lain, semua trotoar tersambung dengan jalan keluar rumah.

Saya lantas terjongkok. Beruntung saat itu saya mengenakan sepatu sneakers dengan kaus kaki yang ketat. Jadi, pergelangan kaki saya seperti "dipegangi". Ketika saya berusaha berdiri, ada dua orang dengan sepeda motor lewat, salah satu dari mereka meneriakkan: "Hati-hati, Bu!" Saya balas dengan "Ya!".

Ketika sudah bisa berdiri, saya berusaha berjalan. Terpincang awalnya, namun lancar setelah beberapa langkah. Seperti tidak terjadi apa-apa. Saya sampai di minimarket dan berkeliling di dalamnya, tanpa ada bekas terkilir sama sekali.

Selesai belanja, saya pulang ke rumah, melanjutkan dengan berjalan kaki, tentu saja. Jarak minimarket dengan rumah hanya dua gang jauhnya. No big deal!

Setiba di rumah, saya membuka sepatu dan pada saat itulah baru terasa betapa sakitnya itu pergelangan kaki. Rasanya seperti pintu air dibuka dan air pun mengalir tanpa tertahan. Seperti itulah. Semua rasa sakit tertumpah tanpa bisa ditahan.

Bagusnya, sepatu yang saya pakai adalah sepatu olahraga. Solnya rendah, jadi tidak terlalu parah, menurut saya. Soalnya, beberapa tahun sebelumnya, saya pernah terkilir ketika mengenakan sepatu boot dengan sol setinggi 7 cm. Bisa dibayangkan "betapa" banget rasanya.

Saat di rumah, saya baca kalau terkilir itu bisa sembuh dengan sendirinya, tak perlu ke rumah sakit atau ke dokter, kecuali kalau terkilirnya sangat parah atau sampai patah. Aduh, ngilu sekali membayangkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun