Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Harus Memulangkan Jenazah WNI dari Luar Negeri

21 Oktober 2021   15:24 Diperbarui: 22 Oktober 2021   14:03 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selain mengangkut penumpang reguler, pesawat komersial juga dipakai untuk mengangkut jenazah. (Sumber: only.youqj/Freepik)

Lalu, berangkat ke Amsterdam nonton Belanda versus Rumania. Belanda menang 2-1, Marc Overmars dan Patrick Kluivert jadi penentu kemenangan.

Dua hari setelahnya, saya pulang ke Jakarta. Saya berangkat melalui Schiphol tentunya. Saat itu, Schiphol belum serapi dan semegah saat ini. Malah, pada tahun itu, Schiphol memulai proses renovasi besar-besaran. Jadi kondisinya lumayan berantakan di bagian luar.

Ketika check-in, saya diberi tahu oleh petugas bahwa saya belum mendapat kursi di kelas ekonomi, karena fully booked. Lha aneh, wong saya sudah punya tiketnya, mosok gak dapat tempat duduk.

Saya diarahkan untuk melaporkan ke petugas yang ada di gerbang keberangkatan. Setelah berpamitan kepada Oom dan Tante saya, yang sampai hari ini belum bertemu lagi, saya pun bergegas menuju gate.

Di sana, petugas gate sangat fasih berbahasa Indonesia. Sampai saya malu mendengarnya, karena bahasa Indonesia bapak petugas yang masih muda itu sangat baku.

Olehnya, saya mendapat info bahwa tiket pesawat saya di-upgrade. Saya mendapat satu kursi di kelas bisnis. Alhamdulillah. Bayangan bisa tidur nyenyak dengan kaki berselonjor selama penerbangan sudah terbayang.

Setelah memastikan bahwa saya akan terangkut oleh pesawat, saya duduk tenang di ruang tunggu. Ketika sudah boarding, pesawat KLM biasanya tepat waktu, namun ini sampai saatnya harus take-off, pesawat masih diam saja. 

Hanya suara mesin yang terdengar. Kemudian ada pengumuman dari salah satu kru bahwa pesawat mengalami kendala teknis dan akan beres dalam waktu 30 menit.

Oh well, tak apalah kalau begitu. Jadinya saya bisa menikmati kelas bisnis lebih lama. Setelah itu, penerbangan berlangsung lancar.

Rupanya, saat ada "kendala teknis" tadi, peti jenazah orangtua teman Mbak Anna dimasukkan ke dalam ruang kargo. Saya tentu saja baru ngeh juga soal adanya kendala teknis. Dan, bisa jadi, kursi kelas ekonomi yang seharusnya milik saya kini ditempati oleh teman Mbak Anna itu.

Harus Pakai Agen Resmi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun