Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Wafatnya Pakde, Sebuah Tribut untuk Ahli Pijat Kesayangan

19 Juli 2021   19:44 Diperbarui: 19 Juli 2021   20:17 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah tribut untuk Pakde tersayang. (Foto: Andrew Martin from Pixabay)

Saya selesai bekerja di lab sekitar pukul 5 dan pulang. Saya sampai rumah hampir pukul 7 malam. Saya kaget ketika melihat Pakde dan Bude sudah menunggu saya. Mereka sedang asyik mengobrol dengan Bapak saya.

"Kakimu kenapa, Nduk? Terkilir, ya?" tanya Pakde ketika itu.

Saya belum juga bercerita soal apa yang terjadi dengan kaki saya, Pakde sudah tahu. Saya cuci tangan dan kaki, lalu mulailah Pakde beraksi. Dia bercerita kalau sore tadi dia tiba-tiba mendapat firasat dan mendorong-dorong istrinya untuk ganti baju dan langsung berangkat.

Apa pula Pakde ini? Saya hanya membatin dan lihatlah hasilnya. Sampai sekarang, saya tidak bisa melupakan peristiwa itu.

Sayangnya, menjelang tua, Pakde mulai kehilangan penghilatan. Saya pikir dia terkena katarak, karena itu saya bawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto di Jakarta. Di rumah sakit itu, saya punya seorang Tante, Kolonel Angkatan Darat, yang bisa membantu untuk melancarkan proses pengobatan dengan menggunakan Askes.

Namun, setelah diperiksa, yang untungnya bisa kelar dalam satu hari, ternyata Pakde saya itu tidak menderita katarak, melainkan glaukoma. Dan, itu tidak bisa dioperasi. Saya sedih dengan kenyataan itu.

Sedikit demi sedikit, Pakde semakin tidak bisa melihat dan sangat tergantung pada istri dan anak-anaknya untuk kegiatan sehari-hari.

Pagi ini, Pakde sudah meninggalkan istri, keempat putrinya, serta semua keponakannya untuk selamanya. Pakde wafat karena usia sepuh, 80 tahun. Pakde dimakamkan dengan tata cara militer.

Selamat jalan, Pakde Yono. Insya Allah, Pakde mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, diterima semua amal dan ibadahnya, serta diampuni semua dosanya.

Saya kehilangan salah satu orang yang saya hormati, ahli pijat kesayangan. Maafkan saya ya Pakde, seandainya saya punya salah. See you later, Pakde!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun