Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terinfeksi Covid-19 adalah Keniscayaan? Enak Saja!

5 Juli 2021   19:20 Diperbarui: 5 Juli 2021   19:29 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarkan saja segala varian Covid-19 datang dan mengelilingi kita semua, menginfeksi semuanya. Alpha, Delta, Kappa, Lambda, Theta, Tau, Phi, Sigma, Omega, dan semua huruf Yunani Kuno lainnya. Biarkan saja semua masuk dan merasuki semua. Toh akan terinfeksi juga ‘kan pada akhirnya. Inevitable, keniscayaan.

Siapa yang mau seperti itu?

Kita tidak mau terinfeksi Covid-19. Mengapa? Sebab, yang repot bukan hanya keluarga yang tertular, namun juga semua keluarga lain, tetangga kita.

Ada peribahasa yang bunyinya “it takes a village to raise a child”. Butuh bantuan semua orang untuk membesarkan seorang anak. Nah, peribahasa itu bisa juga diaplikasikan untuk penderita Covid-19, “it takes a village to nurse a Covid-19 patient”. Bukan urusan satu orang untuk merawat seorang penderita positif Covid-19, melainkan segambreng. Mulai dari tingkat RT sampai ke provinsi.

Oleh sebab itu, marilah kita berikhtiar untuk tidak tertular Covid-19. Ringankanlah tugas para tenaga kesehatan yang sekarang sudah kewalahan untuk merawat semua pasien.

Menurut situs statistic World O Meters, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia hampir mencapai 185 juta orang. Jangan sampai jumlah itu menyamai korban flu spanyol yang 500 juta orang, atau kira-kira sepertiga populasi dunia pada 1918-1920.

Kita hidup pada zaman yang sudah jauh lebih modern. Berbeda dengan periode flu spanyol tersebut, komunikasi pada masa kini bukanlah hal yang pelik. Dengan menggunakan aplikasi ngobrol yang ada, seseorang yang tinggal di Swedia bisa berbicara dengan penduduk di Indonesia pada saat itu juga.

Hanya saja, karena alat komunikasi sudah demikian canggihnya, maka semakin banyak pula berita-berita tak berotak buatan pada produsen hoax soal Covid-19. Mungkin ada jutaan hoax yang beredar di kuar sana.

Karena itu, agar tidak percaya begitu saja pada info palsu, cobalah pakai akal sehat. Cek, ricek, dan tripel cek bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.

Jadi, sekali lagi kita harus berikhtiar agar tidak tertular Covid-19. Teruslah ikuti prokes, maka Insya Allah Anda akan selamat. Stay negative!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun