Saya mau berkisah tentang salah satu kucing peliharaan di rumah. Sebenarnya, rumah kami memiliki sangat banyak kucing. Ada 11 resident cat, atau mereka yang tinggal atau lahir di rumah. Ditambah dengan lebih dari 10 ekor kucing pendatang. Salah satunya langsung mengadopsi kami, padahal dia kucing milik salah satu tetangga.
Yang ingin saya ceritakan bukan si kucing tetangga tadi, melainkan kucing pendatang yang akhirnya harus kami pelihara di dalam rumah. Namanya Batman. Dari namanya, jelas Batman adalah kucing jantan. Seandainya dia kucing betina, maka namanya Batwoman.
Anyway, sekitar tiga tahun lalu atau mungkin lebih, Batman datang ke rumah kami. Kucing ini sangat galak. Semua kucing lainnya diusir olehnya. Nah, suatu hari, ia ditemukan tak berdaya di halaman rumah. Tulang pangkal paha sebelah kanan patah. Bisa jadi dia terjatuh.
Klinik hewan pun menjadi tujuan. Batman harus dioperasi. Oleh dokter hewan di klinik itu, Batman dibuatkan pengganti tulang yang retak, terbuat dari besi atau logam lainnya, entahlah logam apa. Saya tak bertanya.
Kami harus membawa Batman bolak-balik ke klinik itu, sampai akhirnya jahitannya kering dan mulai tertutup dengan rambutnya yang hitam. Awalnya, ia berjalan tidak sempurna, pincang. Namun kini, cara jalannya sudah normal.
Sekarang Batman sudah sehat. Hanya saja, dia menjadikan saya sebagai musuhnya. Entahlah apa salah saya.
Setiap kali saya dekati, ia langsung mendesis. Lucu sekali wajahnya, sebab lidahnya akan terlihat dengan jelas, berwarna merah. Karena itu, saya makin gemar mengganggunya dan desisannya pun makin keras. Saya hanya terbahak-bahak melihatnya.
Lucunya, kalau sedang berada di klinik hewan, Batman menjadi kucing yang sangat jinak. Dia menjadi kesayangan para dokter dan perawat di klinik yang terletak di Pulomas, Jakarta.
Suatu kali, Batman harus diopname. Saya tidak ingat dia sakit apa, mungkin flu atau yang lain. Yang pasti, Batman mogok makan.
Beberapa hari setelahnya, saya menjemput Batman. Menurut dokter yang merawatnya, Batman sudah sehat dan bisa dijemput.