Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Christian Eriksen, "Playmaker In Chief" Milik Denmark

13 Juni 2021   15:42 Diperbarui: 13 Juni 2021   20:15 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Denmark memiliki banyak talenta sepak bola yang berkelana di penjuru Eropa. Lihat saja para pemain yang memperkuat tim nasional Denmark di Euro 2020, yang sedang digelar saat ini di 11 kota di Eropa. Dari 26 pemain yang dipilih oleh pelatih Kasper Hjulman, hanya empat orang yang bermain di liga lokal.

Salah satu pemain yang berdomisili bukan di Denmark adalah Christian Eriksen. Pemain bertinggi 182 cm itu menjadi trending topic pada 12 Juni 2021, karena ia kolaps di lapangan Stadion Parken di Copenhagen, ketika Denmark menghadapi Finlandia di fase grup Grup B.

Barangkali akan butuh waktu lama untuk Eriksen bisa kembali berlaga di lapangan sepak bola, namun itu hanya asumsi saya. Kita harapkan yang terbaik untuk Eriksen.

Eriksen sendiri memulai karier profesional bersama Ajax Amsterdam. Pada 17 Oktober 2008, Eriksen menekan kontrak dengan durasi 2,5 tahun dengan Ajax Amsterdam. Eriksen pindah dari klub Denmark, Odense Boldklub, yang menerima uang transfer sebanyak 1 juta euro. 

Klub junior Eriksen sebelum OB, Middelfart, juga kecipratan rezeki. Mereka menerima 35 ribu euro, yang lantas digunakan untuk membuat lapangan sepak bola, demikian tulis The Guardian.

Ketika bermain bersama Ajax Amsterdam (Kredit foto: Metro Online)
Ketika bermain bersama Ajax Amsterdam (Kredit foto: Metro Online)
Berusia 16 tahun ketika pertama kali masuk Ajax, tentu saja Eriksen tidak serta-merta masuk tim senior. Dia harus bermain di tim junior, sampai akhirnya ia berlabuh di tim senior pada Januari 2010. 

Saat itu, ia mendapat nomor punggung 51. Pada akhir bulan itu, ia berkesempatan untuk melakukan debut, bermain seri 1-1 melawan NAC Breda. Sejak itu, semuanya lantas tercatat di buku sejarah Ajax.

Sejak menjadi pemain senior Ajax, Eriksen membantu klub itu meraih tiga kali beruntun gelar juara Eredivisie musim 2010-11, 2011-12, dan 2012-13.

Selain itu, masih ada dua trofi lagi yang disabet Ajax bersama Eriksen, yaitu Piala KNVB dan Johan Cruijff Schaal.

Di luar gelar bersama Ajax, Eriksen juga menerima banyak gelar pribadi. Ia pernah dinobatkan menjadi Ajax Talent of the Future, Ajax Talent of the Year, Dutch Football of the Year. Itu yang di Belanda. 

Belum lagi penghargaan yang diterimanya dari negaranya sendiri selama Eriksen bermain di Ajax. Ada Danish U-17 Talent of the Tear, Danish Talent of the Year.  Semua itu diterimanya ketika ia belum berusia 18 tahun.

Nama Christian Dannemann Eriksen mulai dikenal luas ketika ia bergabung dengan klub Inggris berbasis di London, Tottenham Hotspur. Pada 30 Agustus 2013, Spurs mengumumkan mereka membeli Eriksen dengan harga 12,45 juta euro. 

Eriksen adalah bagian dari belanja musim panas 2013 yang dilakukan Spurs, setelah klub itu menjual Gareth Bale ke Real Madrid.

Saat pertama kali tiba di Spurs, Eriksen digambarkan sebagai sosok yang kurus, berwajah kekanakan, sangat normal. Eriksen tidak terlihat seperti seorang bintang. Dia terlihat seperti pemain yang tenang, tidak banyak bicara, tapi pintar melucu.

Di London, ia sering terlihat berjalan-jalan dengan Sabrina Kvist Jensen. Sekarang, mereka sudah punya dua anak. Gaya bicara Eriksen tenang dan sama sekali bukan tipe orang yang jaga image ketika diwawancara.

Namun, di balik semuanya, Eriksen adalah seorang bintang. Ia selalu menampilkan kepiawaiannya bermain sepak bola. Di Spurs, ia dikenal dengan sebutan Golazo. Untuk sesaat, ia juga dijuluki sebagai Maestro.

Dalam tujuh tahun bersama Spurs,  pemain kelahiran Middelfart pada 14 Februari 1992 itu menjadi sosok kunci dari revolusi Spurs yang digagas oleh manajer Mauricio Pochettino. 

Sepak bola Inggris kini terbiasa dengan ide seorang inside forward yang mengendalikan permainan dari antara posisi. Eriksen adalah variasi khas Nordik. 

Bukan pemain flamboyan, bermain tidak gaya yang aneh-aneh. Eriksen adalah pemain yang produktif, yang mampu menemukan ruamng sekecil apa pun untuk berkreasi.

Eriksen adalah bagian dari kuartet penyerang milik Pochettino, selama masa jaya di Spurs, Eriksen-Dele Alli-Son Heung-min-Harry Kane.

Hanya saja, Spurs, dengan Eriksen sebagai salah satu punggawa, gagal meraih gelar prestisius. Juara Premier League ternyata terlalu berat untuk diraih. Eriksen hanya mencatatkan prestasi bersama Spurs sebagai runner-up Piala Liga 2014-15 dan runner-up Liga Champions 2018-19.

Eriksen pun meninggalkan Spurs pada 28 Januari 2020, bergabung dengan klub Italia, Inter Milan. Dengan kontrak selama 4,5 tahun, gaji yang diterimanya adalah 10 juta euro per musim. 

Inter Milan adalah klub pro ketiga sepanjang karier Eriksen. (Kredit foto: Eurosport Online)
Inter Milan adalah klub pro ketiga sepanjang karier Eriksen. (Kredit foto: Eurosport Online)

Bersama pelatih Antonio Conte, Eriksen berhasil kembali ke jalur juara liga, dengan menjuarai Serie A 2020-21. 

Sayangnya, Inter tidak bisa menggandakan sukses dengan menjadi juara Liga Europa, setelah kalah dari Sevilla. Dengan demikian, Eriksen punya rekor tak enak: Pemain pertama yang kalah dua kali beruntun pada final kompetisi antarklub Eropa.

Menurut Romelu Lukaku, rekannya di Inter, Eriksen kesulitan untuk beradaptasi di Italia gara-gara masalah bahasa. Karena itu, ia sempat dimasukkan dalam daftar transfer untuk musim dingin 2021. 

Meski demikian Conte mengatakan Eriksen akan tetap di klub, terlepas adanya berita soal transfer musim dingin tersebut. Kenyataannya, Eriksen memang bertahan hingga Serie A 2020-21 kelar.

Meski kesulitan untuk bermain di Italia, Eriksen tetaplah pemain yang dihormati. Perannya sebagai playmaker, terutama di timnas Denmark, bukanlah peran sepele. Tidak heran kalau ia disebut sebagai playmaker in-chief, alias playmaker utama, milik Denmark.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun