Saat itu, saya berpikir sistem pembayaran apa yang akan saya pakai. Kartu kredit dan transfer sudah biasa dilakukan, tapi terus terang saja, saya belum pernah belanja memakai sistem COD.
Akhirnya, saya pilih COD. Apakah mungkin mereka percaya pada seorang, yang bahkan tinggal tidak senegara, untuk membayar setelah barang itu diterima. Saya ikuti semua tahap belanja. Terakhir, saya menerima surat elektronik sebagai konfirmasi belanja yang saya lakukan.Â
Di surat itu juga tercantum dalam sekian jam akan ada perwakilan yang akan menghubungi saya melalui telepon, lengkap dengan nomor yang akan menghubungi saya.
Intinya, market place dari Hong Kong itu memastikan bahwa saya memang ada, bukan makhluk gaib. Saya juga diminta untuk menyebutkan alamat kirim, juga berbagai detail lainnya.Â
Petugas customer service itu juga mengatakan bahwa dompet yang saya pesan akan membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk bisa dikirim.Â
Rupanya, dompet itu adalah salah satu best seller di toko mereka, sehingga selalu habis setiap kali dipasang di lapak. Pembuatannya juga butuh waktu, karena dompet itu dibuat dengan tangan. Itu menurut info dari mereka.
Satu hal yang "hilang" dari sistem COD yang diberlakukan di Indonesia adalah konfirmasi antara penjual dan pembeli. Penjual, atau bisa jadi dari pihak  market place, harus melakukan konfirmasi terhadap pembeli. Sehingga, penjual akan yakin untuk mengirimkan barangnya ke pembeli dan akan menerima uang pembayaran secara tunai.
Konfirmasi penting, meski nominal belanja tidak besar. Dompet yang saya beli dari Hong Kong tadi berharga tidak lebih dari 200 ribu rupiah, sudah termasuk ongkos kirim.Â
Saya yakin, biaya telepon dari Hong Kong ke Indonesia akan lebih mahal ketimbang harga dompet, belum lagi roaming yang saya alami akibat menerima telepon dari  mereka.
Saya baca juklak COD di aplikasi salah satu market place terbesar di Indonesia. Sangat sederhana. Benar-benar harafiah. Pembeli memilih barang yang akan dibeli, lalu klik COD saat berada di laman pembayaran.Â