Nyonya A, usia 50 tahun, baru saja mengalami menopause. Suatu ketika datang konsulasi ke ruang praktik saya dengan keluhan sering merasa lemah, dan pusing. Di samping itu, dalam beberapa tahun terakhir dia merasakan berat badannya naik cukup besar. Ketika saya timbang berat badannya yang menunjukkan angka 65 kg, sang nyonya ini agak kaget dan memberi komentar, "Masa, Dokter?"..."Dulu hanya sekitar 50 Kg, saya langsing, Dokter. Saya juga heran juga, kok badan saya kemudian seperti sekarang ini. Kata orang gemuk itu sehat, tetapi saya merasakan tidak demikian, saya mudah lelah, lemas, dan jadi malas dokter," sambung pasien
Lalu, melihat penampilan fisik Ibu tiga orang anak ini, perut yang buncit, khas bentuk apel, ada riwayat keluarga diabetes melitus, dan keluhannya, Saya jadi curiga jangan-jangan dia menyandang apa yang dikenal dengan prediabetes. Suatu keadaan kritis menjelang seseorang menderita diabetes. Dan, kemudian pasien saya minta untuk memeriksa gula darahnya. Pada pemeriksaan gula darah puasa besok paginya menunjukkan hasil 115 mg/dl. Satu minggu kemudian gula darah puasanya mencapai 120 mg/dl. Masih tidak yakin dengan pemeriksaan itu, untuk memastikan bahwa dia menderita prediabetes saya periksa gula darah dua jam setelah makan, hasilnya, 170 mg/dl.
Memastikan seseorang menderita prediabetes itu sebenarnya sangat mudah, cukup memeriksa gula darah puasa atau memastikan adanya gangguan toleransi gula dengan memeriksa gula darah seseorang setelah pembebanan gula. Gula darah puasa normal adalah di bawah 100 mg/dl. Bila gula darah lebih besar dari 100 mg/dl tetapi kurang dari 126 mg/dl, maka hasil ini menunjukkan seseorang sudah menderita prediabetes. Dan, bila seseorang diberi beban minum gula sebanyak 75 gr, dua jam kemudian gula darahnya diperiksa, gula darah yang menunjukkan besaran antara 140 mg/dl dan kurang dari 200 mg/dl, diagnosis prediabetes dapat ditegakkan.
Memeriksa gula darah sekarang juga sangat mudah. Kita dapat lakukan sendiri. Alatnya juga mudah didapatkan dan harganya pun tidak mahal. Jadi, kita tidak harus ke laboratorium khusus untuk memeriksa gula darah ini. Di mana dan kapan pun bisa kita lakukan. Sayangnya, di samping gejala prediabetes yang tidak khas, kita sering merasa tidak masalah dengan kesehatan kita. Dan, barangkali kebanyakan kita bingung kapan harus memeriksa gula darah. Dan, perlu diingat juga bahwa sebagian besar penderita diabetes adalah calon penyandang diabetes dalam beberapa tahun ke depan. Sedikit kenaikan gula darah pada penderita prediabetes juga bukan tidak bermasalah.Â
Dibandingkan kelompok mereka dengan gula darah normal, penyandang prediabetes mempunyai risiko serangan jantung dan stroke 50 persen lebih besar. Dan, untungnya, walaupun Anda menderita prediabetes, sedikit perubahan gaya hidup yang Anda lakukan ancaman diabetes dapat ditunda atau dicegah. Pada kebanyakan, ibaratkan sebuah jam, perubahan gaya hidup yang kita lakukan akan dapat memutar kembali jarum arah jarum jam tersebut, dengan kata lain, gula darah kita dapat kembali menjadi normal.
Karena itu, bersamaan dengan meroketnya kasus prediabetes dan diabetes, diperkirakan lebih dari 20 juta penderita prediabetes di Indonesia. Maka, mengetahui lebih dini bahwa seseorang menderita prediabetes itu sangat penting. Sayangnya, seperti saya singgung di atas, di samping gejala dan tanda tidak khas, atau kalau ada sering dikaitkan dengan hal-hal lain, banyak yang tidak tahu kapan harus memeriksakan gula darahnya. Sehubungan dengan itu, "American Diabetes Association" merekomendasikan pemeriksaan gula darah untuk menentukan adanya prediabetes kepada mereka yang memiliki faktor risiko sebagai berikut:
1. Usia di atas 45 tahun, pemeriksaan gula darah untuk menyaring adanya prediabetes mulai dilakukan. Jika hasilnya normal, pemeriksaan kembali dilakukan paling tidak setiap tiga tahun.
2. Pemeriksaan gula darah juga harus dipertimbangkan pada usia yang lebih muda, atau diperiksa lebih sering pada individu yang "overweight" dan mempunyai faktor risiko berikut.
a. Gaya hidup santai (sedentary lifestyle)
b. Riwayat keluarga dengan diabetes
c. Riwayat diabetes gestational, atau riwayat melahirkan bayi lebih dari 4 kg
d. Tekanan darah sama atau lebih dari 140/90 mm/Hg
e. HDL kurang dari 35 mg/dl
f. Trigliserida lebih besar dari 250 mg/dl
G. Anda termasuk populasi risiko tinggi seperti Amerika-Afrika, Latin, Asia, Penduduk pulau Pasifik
h. Penyakit kardiovaskuler
I. Riwayat gangguan gula darah puasa atau gangguan toleransi glukosa darah sebelumnya.
J. Sindroma polkistik ovarii
Jadi, sebelum Anda divonis menderita diabetes melitus, apalagi Anda memiliki faktor risiko di atas, lakukanlah pemeriksaan gula darah Anda untuk memastikan apakah Anda sudah menderita prediabetes. Bila Anda positip prediabetes, sedikit perubahan gaya hidup yang Anda lakukan dapat mencegah Anda dari potensi ancaman diabetes dan penyakit kardiovaskuler.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H