Ilustrasi - orang lanjut usia menjaga kesehatan (Shutterstock)
Seorang nenek dengan keluhan nyeri pada lututnya suatu ketika datang konsultasi ke dokter langganannya:
Dokter : Apa kabar, Bu? Ada yang bisa saya bantu?
Nenek : Lutut saya sakit, Dokter
Dokter : Lutut yang mana?
Nenek : Ini Dokter, yang sebelah kanan. (Pasien sambil memegang lututnya).
Dokter : Hmm, ya, ini kelihatannya sedikit membengkak, pasti sakit dibawa berjalan
Nenek : Ya, Dokter, sakit sekali, kenapa ya, Dokter?
Dokter : (Agak lama diam, sambil memeriksanya) Mungkin karena Ibu sudah tua.
Nenek : Karena tua? Memang usia saya sudah 75 tahun, tapi lutut yang kiri ini juga
usianya sama, 75 tahun juga, tidak sakit, Dokter.
Saya lupa dari mana dapat sumber anekdot di atas, entah benar atau tidak anekdot itu saya juga tidak tahu. Tapi yang jelas, seorang dokter pun dengan mudah menjadikan usia tua sebagai penyebab penyakit, apalagi bagi orang awam atau pasien. Saya pun kadang sering menyampaikan hal yang sama kepada pasien saya.
Tua dianggap sebagai cara mudah untuk menjawab masalah-masalah kesehatan yang sering muncul seiring dengan bertambahnya usia. Kalau kita ke dokter, kemudian dikatakan menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau menderita stroke, dan kita sendiri juga sudah merasa tua, entah berapa usianya, 50, 60, atau 70 tahun, dalam hati sambil mangguk-mangguk kita berbisik, wajarlah saya sakit seperti itu, karena saya sudah tua. Dan, kalau sang dokter juga mengatakan hal yang sama, kita lebih yakin lagi bahwa penyakit yang diderita disebabkan oleh usia yang kita anggap sudah tua. Lalu, kita mengonsumsi obat yang diberikan, serta juga yakin obat-obat itu akan membuat kita lebih baik.
Demikian juga, kalau kita mengalami nyeri pinggang, kaku pada sendi, sering letih, lemah, tidak bisa tidur, atau mulai mudah lupa, kemudian dari industri farmasi, iklan kita dapat informasi, bahwa itu disebabkan oleh usia tua, kita pun percaya, lalu membeli obat, produk yang ditawarkannya. Muka, kulit yang mulai keriput, rambut yang mulai beruban selalu kita kaitkan dengan usia yang semakin tua. Kita pun dengan sangat mudah tergoda dengan iklan-iklan bombastis yang katanya akan mengrangi keriput di wajah kita, berapa pun kita bayar untuk itu, Jadi, kita percaya bahwa sendi yang semakin kaku, pinggang yang nyeri, gangguan tidur, kulit yang mulai keriput, ingatan yang tidak lagi kuat, penyakit degeneratif yang kita derita seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke, dan sebagainya disebabkan atau paling tidak dengan mudah dikaitkan dengan usia yang bertambah tua.
Lalu, mengapa kebanyakan kita mempunyai anggapan demikian? Tua dikaitkan, atau dianggap sebagai penyebab penyakit, dan bahkan dituduh sebagai penyebab kematian? Dan, sampai sekarang masih sering kita dengar seseorang meninggal karena usia tua?... Jawabannya secara sederhana adalah, bahwa kita mendengar dan melihat sendiri fenomena para orang tua, usia lanjut di sekelililing kita, tetangga, atau bahkan keluarga kita dengan bermacam penyakit yang dideritanya. Orang tua dengan hipertensi, stroke, cacat, sakit jantung, diabetes, pikun, dan sebagainya ada sekeliling kita atau bahkan di rumah kita. Melihat kenyataan ini kita dengan mudah pula mengaitkan penyakit-penyakit ini dengan usia tua.
Dan, menurut penelitian, memang kejadian penyakit kronis degeneratif seperti hipertensi, diabetes, stroke, gangguan jantung, gangguan sendi, bahkan keganasan meningkat dengan bertambahnya usia seseorang. Sekitar 73 persen para usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas menderita dua atau lebih penyakit-penyakit kronis itu.
Tetapi, menurut para ahli, tua tidak identik dengan penyakit, apalagi sebagai penyebab penyakit. Penyakit-penyakit kronis yang sering didapatkan bersamaan dengan bertambahnya usia terjadi tidak begitu saja dalam hitungan hari, apalagi dalam semalam. Sebelum mengalami atau didiagnosis stroke misalnya, bibit, proses penyakit ini sudah berlangsung lama. Usia hanya seperti memberikan kesempatan penyakit kronis ini lebih memungkinkan untuk berkembang. Kemudian, sangat bervariasinya penampilan fisik dan mental seseorang pada usia 70 tahun contohnya, juga menunjukkan bahwa tua itu bukan penyebab penyakit.
Sebagai ilustrasi lihat saja, waktu kita mengikuti reuni 40-50 tahun dengan teman satu angkatan di SMA, apa yang Anda lihat, alami? Mungkin seperti ini, sebagian dari teman-teman itu tidak kita kenali lagi sama sekali, barangkali wajahnya sudah jauh berubah, kulitnya yang keriput, kempot, rambut yang penuh uban, badan yang mengecil, postur yang sudah bungkuk, jalannya yang sudah lamban, bicara sudah gagap, pelo. tidak ingat sama sekali lagi dengan teman-temannya, pikun, bahkan beberapa orang mungkin berjalan dengan tongkat, dibimbing istri atau anaknya karena lumpuh.
Kalau kita bercerita lebih jauh dengan teman reuni itu, maka terungkaplah bahwa sebagian ada yang menderita hipertensi, diabetes, pernah stroke, serangan jantung, sudah mengalami operasi jantung, bahkan ada yang sedang menjalani cuci darah. Tetapi sebaliknya, sebagian lain dapat kita kenal dengan mudah karena kelihatan tidak begitu banyak perubahan, masih sehat dan segar. Keriput, tanda-tanda penuaan di wajahnya belum menonjol, rambutnya masih tebal, hitam, dan barangkali tidak atau belum menderita beberapa penyakit kronis seperti yang dialami teman-temannya yang lain.
Dan, penyakit kronis yang biasanya dikaitkan dengan usia tua, seperti hipertensi, diabetes, serangan jantung, stroke kenyataanya sekarang sudah menyerang mereka yang berusia relatif lebih muda. Bahkan, diabetes melitus tipe 2 misalnya, kejadiannya mulai meningkat pada usia remaja dan anak-anak.
Nah, sangat bervariasinya kondisi fisik dan mental pada mereka yang berusia lanjut, 70 tahun misalnya, serta kejadian penyakit kronis yang biasanya dikaitkan dengan usia tua pada mereka yang relatif muda, menunjukkan bahwa tua bukanlah penyebab penyakit. Tua atau menua hanyalah salah salah satu faktor risiko. Ada banyak faktor lain yang bertanggung jawab atas sakit tidaknya seseorang seiring bertambahnya usia mereka. Jangan jadikan usia kita sebagai pembenaran kita jatuh sakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H