Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Takut Sakit? Cegahlah sejak Masa Anak-anak

13 Agustus 2015   07:27 Diperbarui: 13 Agustus 2015   12:04 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi - mengajari anak makan sehat (Shutterstock)

Jika jarum kehidupan itu bisa diputar surut, 30 tahun yang yang lalu, pada saat anak-anak saya masih kecil, salah satu yang ingin saya lakukan adalah mendidik anak-anak saya tentang kesehatan lebih dini. Seperti, bagaimana mereka sebaiknya makan, berolahraga, menonton TV, duduk di depan komputer, dan sebagainya.

Memang, tidak ada masalah sekarang dengan anak-anak saya, baik fisik maupun mental. Dilihat dari luar seperti kebanyakan mereka yang berusia dewasa muda, sebelum usia 30 tahun, mereka kelihatan sehat-sehat saja. Dari aspek pendidikan juga tidak ada masalah, empat di antara mereka sekarang menjadi dokter, bahkan dua orang sedang dalam pendidikan spesilisasi, yang satu lagi sarjana geologi ITB. Alhamdulillah, tidak satu pun yang merokok, tidak ada juga yang pernah terlibat dengan penyalahgunaan obat.

Tetapi, seperti diketahui bahwa penyakit itu tidak datang dalam semalam. bibit-bibit penyakit itu sebenarnya sudah ditanam sejak usia dini. Penyakit aterosklerosis, diabetes melitus misalnya yang muncul waktu usia dewasa bibitnya sudah mulai ditanam sejak masa anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa antara 40-60% penyakit kardiovaskuler merupakan hasil dari kebiasaan hidup yang tidak sehat pada waktu masa anak-anak. Pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak sehat sudah mulai menggerogoti kita sejak usia dini. Diabetes melitus tipe 2, hypertensi, penyakit kardiovaskuler lainnya yang mulai banyak didiagnosis pada usia lebih muda menunjukkan bahwa bibit penyakit itu sudah mulai ditanam sejak usia dini. Karena itu, tidak ada istilah terlalu cepat untuk menanamkam kebiasaan-kebiasaan sehat pada seorang anak. Kebiasaan-kebiasaan sehat itulah yang ingin saya tanamkan kepada anak-anak saya andaikan jarum kehidupan itu bisa diputar surut.

Mendidik anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menunjang kesehatannya di masa yang akan datang ketika usia mereka menanjak dewasa tentu tidak semudah waktu usia mereka masih anak-anak. Kalau seorang anak sudah merokok pada usia remaja, atau dewasa, menghentikannya kemudian tidak mudah, mereka sudah mulai kecanduan. Lingkungan juga akan mempengaruhinya. Tetapi, mencegah seorang anak agar tidak mulai merokok pada usia anak-anak tentu jauh lebih mudah.

Mendidik seorang anak untuk mengonsumsi sayuran, buah-buahan yang cukup setelah mereka dewasa juga sangat sulit. kebiasaan-kebiasaan makan waktu anak-anak akan memengaruhi pola makannya setelah dewasa. Saya sering sekali mendapatkan pasien yang sama sekali tidak suka mengonsumsi sayuran. Padahal, kita tahu bahwa sayuran adalah sumber fiber, vitamin, minertal yang sangat bagus. Alasan mereka, waktu saya tanya mengapa tidak mengonsumsi sayuran adalah karena memang tidak dibiasakan sejak anak-anak.

Menurut para ahli, mendidik anak tentang kebiasaan sehat sebaiknya sudah dimulai pada waktu anak berusia 4 tahun karena pada usia ini seorang anak kapasitas belajarnya sudah mulai berkembang. Pada usia ini, mereka juga sangat mudah menerima dan meniru kebiasaan-kebiasan baik yang mereka lihat dan dengar dari orang tuanya. Jadi, kalau kita ingin anak kita nanti penggemar sayuran, buah-buahan, makan tidak rakus, maka pada usia itu kita ajarkan dan berikan contoh yang sama. Jika kita ingin anak kita tidak merokok kelak, Anda juga harus mulai mendidiknya sejak usia itu, dan kita sendiri juga tidak melakukannya. Bila ingin anak kita mencintai aktivitas fisik yang cukup, banyak bergerak, tidak banyak duduk di depan TV, di depan komputer, di samping memberikan alasan bahwa itu adalah pilhan yang baik, kita juga harus memberikan contoh. Mengajak anak-anak waktu usia lebih dini untuk jalan, jogging, berenang misalnya jauh lebih baik hasilnya dibanding kalau kita hanya menyuruh saja.

Sayangnya, kebanyakan orang tua tidak melihat kesempatan besar ini untuk membentuk perilaku sehat yang akan menentukan kesehatan anak-anak mereka di masa yang akan datang dengan melakukan sesuatu yang sangat sederhana. Dan, melihat anak-anak yang berusia antara lima sampai usia remaja juga tidak banyak masalah dengan kesehatannya, dengan kata lain, anak tidak makan sayur, buah-buahan, tidak aktif bergerak seperti banyak duduk di depan TV, komputer, kelihatannya akan oke-oke saja, barangkali juga menyebabkan orang tua lalai menggunakan kesempatan ini.

Dan, lebih menyedihkan lagi, sebagian orang tua malah melakukan sebaliknya. Merokok di depan anak-anak. Merokok sambil menggendong anak bukan pemandangan yang aneh. Makanya, tidak heran, sementara di negara lain angka perokok menurun, di negara kita sebaliknya meningkat. Anak-anak kita juga mulai merokok pada usia lebih dini. Membiarkan anak mengonsumsi junk food, minuman bersoda, makanan instan, menyuruh, memaksa anak makan berlebihan, membiarkan mereka lama-lama duduk di depan TV, di depan komputer main game, adalah benih-benih penyakit yang suatu saat akan dipetiknya.

Jadi, karena ada kaitan antara penyakit yang diderita seseorang saat dewasa dengan gaya hidupnya waktu anak-anak dan remaja, menanamkan gaya hidup sehat pada masa anak-anak adalah sangat penting, mulai menggosok gigi, berdoa, berwudhu menjelang tidur, sampai pada aspek pencegahan penyakit kronis seperti diabetes melitus, penyakit kardiovaskuler, keganasan, dengan membiasakan diet yang seimbang, aktivitas fisik yang teratur dan cukup, belajar mengatakan tidak pada rokok, alkohol, membatasi waktu duduk di depan TV dan komputer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun