[caption id="attachment_372825" align="aligncenter" width="300" caption="Shutterstock.com"]#irsyalrusad[/caption]
"Kami lebih baik  balek saja dokter, kata seorang Ibu pasien sambil terus menatap wajah anaknya yang sedang terbaring",  ketika saya beritahu bahwa sebaiknya untuk diagnosis dan penanganan lebih lanjut, anak gadis beliau yang berusia 18 tahun ini  dirujuk.
"Kok begitu dokter, apa dokter tidak sanggup menolongnya, apa sakitnya sudah parah dokter?" Tanya Ibu pasien dengan wajah penuh harap. Saya lihat air matanya mulai bergejolak seperti menahan tangisnya.
"Bukan tidak sanggup bu, tapi saya ingin yang terbaik diberikan untuk anak Ibuk. Mudah-mudahan masih ada tindakan lain yang dapat dilakukan untuk membantunya. Di sini, itulah  yang baru dapat kami berikan sekarang"
Agak lama Ibu itu terdiam, sekali lagi diusapnya kepala anaknya  yang kelihatan masih sesak itu.
"Kelihatannya sesaknya berkurang dokter, dia sekarang juga sudah dapat berjalan ke belakang, walau masih sesak, tapi dibandingkan dengan waktu masuk jauh berkurang, batuk dan panasnya juga sudah tidak ada lagi", ungkap Ibu pasien
Lama juga saya terdiam, agak bingung, apa yang yang harus saya sampaikan kepada Ibu ini. Tampaknya dia sangat yakin bahwa anaknya akan sembuh total  dengan obat-obat yang diberikan. Padahal apa yang diberikan sementara ini hanya bersifat simtomatis, mengurangi gejala dan keluhannya. Kalau tidak dilakukan tindakan terhadap penyakit dasarnya, anaknya akan kembali sesak nafas dan semakin lama akan semakin memberat.
"Karena saya diam begitu, Ibu ini kemudian menyela, "ini anak saya perempuan satu-satunya dokter, saya sangat ingin anak saya ini nanti sehat, bisa seperti teman-teman sepermainan yang lain. Kalau sekarang, jangankan ikut bermain, berjalan sedikit saja dia sudah sesak, mukanya membiru, Â jantungnya kelihatan berdebar kencang, dan tampak seperti mau pingsan, dalam beberapa bukan terakhir ini bahkan dia tidak masuk sekolah lagi". cerita Ibu ini.
Saya lihat anak gadis Ibu itu menoleh kepada Ibunya yang sedang berbicara dengan saya. Pandangannya kelihatan kosong, tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya waktu itu. Dia kemudian duduk besandar pada 3 bantal yang biasa digunakannya, dan memasang sendiri slang oksigen ke hidungnya kembali, mungkin dia merasa sesak. Warna kebiruan di mukanya, denyut pembuluh darah yang melebar  di leher,  dan hentakan jantung di dadanya, perutnya yang agak besar seperti busung lapar, tungkainya yang bengkak, saya lihat memang sudah berkurang, tetapi tampak  dia masih sesak, apalagi setelah berbaring agak lama.
"Saya juga ingin anak saya dirujuk, mendapatkan pelayanan yang lebih baik dokter, hanya saya tidak punya biaya ke sana, sekarang saja untuk menunggu di sini, untuk makan, untuk transportasi sudah kesulitan", sambung Ibu pasien itu
"Nanti diantar dengan  ambulans, dan tidak bayar sama sekali bu", sela perawat saya.