[caption id="attachment_312313" align="aligncenter" width="300" caption="abcnewsradioonline.com"][/caption]
Seorang Ibu setengah tidak percaya dan kaget waktu saya beritahu bahwa anaknya mengalami serangan jantung, "masak dokter, Â Anak Saya mengalami sakit itu, dia kan masih muda sekali", katanya. Keluarga lain yang ikut mengantar saudaranya yang mengalami keluhan nyeri dada ini juga menyatakan hal yang sama. Pasien lain, yang mengalami stroke, waktu saya rujuk ke dokter ahli saraf juga mengungkapkan hal serupa.
Dengan alasan masih muda itu.  pasien, masyarakat umun, bahkan seorang  dokter sering menolak, ragu, atau tidak percaya ketka sesorang didiagnosis atau menunjukkan gejala-gejala jantung atau stfoke. Tidak apq-apa, tenang saja, dan dianggap sebagai penyakit lain oleh seorang dokter  pun bisa dialami pasien hanya dengan pertimbangan bahwa pasien masih sangat muda
Pasien di atas, sekitar 5 tahun lalu, pada saat mengantarkan orang tuannya konsultasi karena mengalami serangan jantung sudah pernah saya ingatkan supaya mengubah gaya hidupnya. Apalagi saya lihat penampilan fisiknya waktu itu, punya potensi untuk mengalami hal yang sama dengan orang tuanya. Sambil ketawa di jawab, "sakit jantung itu kan hanya pada orang tu dokter, seperti ayah saya". Tidak tercermin rasa khawatir, takut atau dari mimiknya sama sekali saat itu. Dan, seperti dia, kebanyakan kita juga begitu. Sangat cemas, takut dengan Kakek-Nenek yang hipertensi, orang tua yang kolesterolnya tinggi, kurang bergerak, merokok, yang mengeluh sakit dada, sesak nafas, sehingga berusaha memaksanya untuk konsultasi ke dokter, menyuruhnya diet, berhenti merokok dan sebagainya. Tetapi karena merasa usia masih terlalu muda, walaupun tahu  gejala-gejala penyakit jantung, tahu bahwa nyeri dada yang dialaminya adalah khas untuk penyakit jantung koroner, diri mereka diabaikan.
Lalu, "mengapa mitos, kepercayaan seperti itu banyak beredar di tengah-tengah masyarakat?" Sering melihat, menyaksikan kakek-nenek yang mengalami stroke, mendengar orang tua tetangga yang mengalami serangan jantung adalah diantara salah satu penyebabnya. Selama ini, kebanyakan penelitian tentang penyakit ini juga pada umumnya dilakukan pada kelompok usia pertengahan. Ini seolah-olah memperkuat anggapan demikian. Tetapi,sebaliknya studi terakhir menunjukkan bahwa tidak ada kelompok umur yang betul-betul kebal dari penyakit ini.
Dan, sperti diketahui, bahwa usia hanyalah salah satu faktor resiko saja, sedangkan faktor resiko lain, sekarang bisa menimpa siapa saja. Jadi. Faktor resiko itu, seperti hipertensi, dislipidemi, diabetes obesitas, gaya hidup santai (aktifitas fisik kurang), pola makan tidak sehat, merokok, riwayat keluarga dengan penyakit jantung, semua ini  bisa menjadi ancaman, dan faktor resiko ini boleh dikatakan tidak mengenal usia, atau bisa terjadi pada usia lebih dini.
Nah, faktor resiko ini sekarang tidak hanya ditemukan pada orang tua. Hipertensi. Diabetes melitus, obesitas sekarang mulai banyak menjangkiti mereka yang berusia masih muda, bahkan usia remaja, dan anak-anak. Merokok pun demikian, usia mulai merokok di Indonesia relatif lebih dini daripada perokok sebelumnya. Barangkali mudahnya akses mendapatkan rokok dan iklan rokok yang sampai menjangkau daerah terpencil bisa jadi penyebabnya. Anak-Anak kita sekarang juga aktifitas fisiknya juga jauh berkurang, apalagi Anak-Anak di perkotaan. Disamping fasilitas bermain di lapangan terbuka sangat minim, duduk di depan komputer atau menonton TV menjadi pilihan mereka. Ini  tentu saja dapat menjebak mereka ke dalam aktifitas yang tidak banyak memerlukan energi. Pola makan mereka juga begitu, junk food, makanan cepat saji, makanan yang kaya kalori tapi miskin nutrisi menjadi favorit mereka sekarang. Tidak heran, obesitas pada anak-anak kita meningkat, dan menjadi ancaman ke depan. Sehingga akibat aktivitas yang menurun, makanan yang tidak sehat ini, dislipidemi bukan hal yang jarang lagi pada anak-anak.
Karena itu, American Heart Association sekarang merekomendasikan pemeriksaan jantung sudah  dimulai pada usia 20 tahun, dan setiap dua tahun setelah itu. "Mengapa?" Ternyata pada mereka yang mengalami serangan jantung pada usia 30, 40, 50 , 60, atau 70,  aterosklerosis itu sudah dimulai sejak usia muda, bahkan remaja. Dengan kata lain, benih-benih penyakit jantung itu sudah banyak disemai pada usia muda dan remaja, bahkan anak-anak. Maka, dengan mengetahui faktor resiko itu lebih awal,  tindakan preventif juga dapat diantisipasi lebih dini.
Dengan demikian, mitos bahwa penyakit jantung, dan stroke itu hanya pada mereka yang berusia tua, sangat berbahaya. Karena berapapun usia Anda, faktor resiko lainnya sudah mulai menggerogoti Anda.
Batam, 16-04-2014 @irsyal_dokter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H