Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pentingnya Diagnosis Dini Diabetes Melitus Tipe 2

8 Januari 2015   15:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:34 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420679497424248667

[caption id="attachment_363561" align="aligncenter" width="300" caption="http://diabetesdm.iowatracs.us/images/diabetes-mellitus"][/caption]

Diabetes mellitus tipe 2, atau disebut juga kencing manis tidak datang tiba-tiba. Dia tidak datang dalam semalam, tahu-tahu  pagi-pagi waktu Anda bangun, gula darah naik tinggi mendadak. Tidak, tetapi sedikit demi sedikit gula darah meningkat kadang-kadang tanpa gejala yang jelas. Karena itu gejala-gejala yang spesifik untuk diabetes mellitus, seperti banyak minum, banyak buang air kecil, banyak makan juga tidak begitu dirasakan oleh penderita. Kalau toh ada gejala-gejala itu, pasien juga sering mengabaikannya. Banyak pasien menghubungkan gejala seperti banyak buang air kecil karena memang banyak minum. Banyak makan karena memang kebiasaannya makan banyak begitu. Atau kalau ada gejala lain seperti mudah lelah, letih, tidak ada semangat dikaitkan dengan flu, sedang stress, kurang istirahat, banyak kerja dan sebagainya.

Oleh sebab  itu, akibatnya banyak pasien yang tidak tahu bahwa mereka mengidap diabetes mellitus. Di negara-negara maju pun demikian. Satu dari 3 penderita diabetes mellitus di Amerika Serikat tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya. Di Indonesia barangkali jauh lebih besar lagi, pengalaman klinis juga menunjukkan demikian.

Karena gejala-gejala yang tidak begitu dirasakan, timbulnya juga sedikit demi sedikit itu, banyak penderita diabetes mellitus tipe 2 terdiagnosis setelah mengalami berbagai komplikasi. Hari ini saja di Bangsal penyakit dalam ada 3 orang pasien baru diabetes mellitus yang dirawat dan juga baru pertama kali diketahui sebagai penderita diabetes. Pasien pertama, seorang wanita usia sekitar 45 tahun dengan selulitis pada tangan kanannya. Pasien kedua, laki-laki usia 55 tahun dengan luka khas diabetes pada kaki kirinya, dan gangguan penglihatan, dan yang satu lagi, wanita usia 55 tahun mengeluh lemah, letih, panas, dan merasa berat badannya cepat, dalam 3 bulan terakhir turun lebih dari 10 kg. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktunya lebih dari 500 mg/dl.

Di tempat praktek juga hampir setiap hari saya menerima pasien diabetes yang baru didiagnosis atau baru saja diketahui menderita penyakit belum begitu lama, tetapi datang dengan keluhan-keluhan yang menunjukkan bahwa penyakit diabetes yang dialaminya sudah berlangsung bertahun-tahun. Kemaren sore, malah ada pasien yang relatif masih muda, laki-laki, 38 tahun datang karena merasa letih, banyak kencing, apalagi malam hari, dan berat badan yang cepat menurun dalam beberapa bulan terakhir. "Apa dulu Anda gemuk?" tanya saya, karena agak heran melihat pasien ini biasa-biasa saja, tidak gemuk, dan perut buncit seperti kebanyakan pasien diabetes tipe 2 lainnya. "Dulu perut saya ini besar sekali dokter," kata pasien seolah-olah meyakinkan saya bahwa berat badannya menurun. Saya lihat memang celananya sudah sangat longgar. Dan gula darahnya tinggi sekali, tidak lagi terukur dengan alat glukometer biasa. Saya yakin, kalau pasien ini tidak cepat mendapatkan penanganan, keadaan pasien akan memburuk.

Lalu, "Apa yang harus dilakukan untuk mencegah ini?"

Jawabannya adalah, "Di samping meningkatkan kewaspadaan, edukasi tentang diabetes pada masyarakat luas, pemeriksaan secara dini juga diperlukan."

Untuk itu, asosiasi diabetes Kanada menganjurkan pemeriksaan rutin pada penduduk yang berusia lebih dari 40 tahun, pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun. Pemeriksaan ini tentu saja bertujuan untuk mengetahui penderita diabetes lebih awal, sehingga antisipasi terhadap ancaman komplikasi yang mungkin terjadi dapat dilakukan sesegera mungkin. Dan, pada mereka yang mempunyai faktor risiko tinggi diabetes melitus tipe 2 seperti, adanya faktor keturunan--orang tua, saudara kandung menderita diabetes--, ada riwayat prediabetes (tanda yang khas, perut buncit), pernah menderita diabetes waktu hamil, pernah melahirkan bayi berat badan berlebih, mempunyai faktor risiko penyakit vaskuler--- seperti hipertensi, lemak darah tidak normal, obesitas sentral (perut buncit)---, mempunyai penyakit yang diketahui meningkatkan resiko diabetes, termasuk "acanthosis nigricans"--- kulit menebal dan berwarna hitam terutama pada daerah-daerah lipatan tubuh---, "obstructive sleep apnea", "polycystic ovary syndrome", ada riwayat penggunaan obat kortikosteroid jangka lama--- kasus ini cukup sering saya lihat, pasien sering makan jamu, jamu sehat, obat rematik, obat asam urat yang ternyata mengandung kortikosteroid seperti dexamethason da prednison--,  maka pemeriksaan dilakukan lebih dini dan lebih sering lagi.

Kemudian, karena sekarang ada kecenderungan anak-anak, dan remaja lebih gemuk, obes, aktivitasnya fisik berkurang, dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, diabetes melitus the 2 juga semakin sering ditemukan pada mereka. Maka, pemeriksaan dini pada mereka juga seharusnya dilakukan. Apalagi kalau mereka juga punya faktor resiko lain, seperti adanya faktor genetik.

Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang progresif, sayangnya gejala awalnya tidak jelas. Semakin tua seseorang, risikonya juga semakin meningkat. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis berpengaruh terhadap perjalanan penyakit itu sendiri, komplikasi-komplikasi bisa saja sudah terjadi. Karena itu, apabila usia Anda lebih dari 40 tahun, pemeriksaan gula darah seharusnya dilakukan secara periodik. Dan, bila Anda punya faktor risiko, pemeriksaan dilakukan lebih awal dan lebih sering. Anak-anak yang obes harus mendapatkan perhatian lebih khusus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun