Mohon tunggu...
Irsyadul Umam
Irsyadul Umam Mohon Tunggu... Petani - Pelajar dengan keseharian ngopi dan sedikit melihat lingkungan sekitar

Corat Coret di toilet

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini-Kartini Kontemporer

21 April 2020   04:44 Diperbarui: 21 April 2020   06:44 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak mengenal tokoh perempuan paling fenomenal dalam sejarah keindonesiaan lawas atupun kontemporer, dialah Kartini yang tak pernah lekang dari zaman. Nama Kartini disandingkan dengan pejuang-pejuang bangsa walupun ia tak pernah mengangkat bambu runcing selama hidupnya untuk melawan penjajah.

Kartini lahir  pada tanggal 21 April 1879 di Jepara. Ia berasal dari kalangan bangsawan Jawa sehingga mendapat gelar Raden Ajeng. Ia merupakan putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat seorang bupati Jepara dengan M.A. Ngasirah. Namun sayang Kartini tak berumur panjang, 17 September 1904 ia meninggal dunia di Rembang.

Demi menghormati jasanya, Presiden Sukarno memberikan gelar pahlawan kemerdekaan Indonesia pada 2 mei 1964 melalui Keputusan Presiden  Republik Indonesia no. 108 tahun 1964. Sejak saat itu hari kelahiranya diperingati sebagai Hari Kartini

Hari kartini selalu identik dengan emansipasi wanita. Emansipasi wanita  seringkali diartikan sebagai  kesamaan derajat antara wanita dan pria dalam segala pemenuhan hak sebagai warga negara. Hal ini tak lain sebab pemikiran kartini terhadap realitas sosial kolonialisme yang menempatkan wanita lebih rendah daripada pria.

Pemikiran masyarat jawa yang menjunjung adat istiadat pada saat itu juga kolot dalam memandang kasta sosial, bahkan perempuan dilarang menempuh pendidikan .

Sebab pengaruh feminisme yang sedang berkembang di Eropa kala itulah  Ia menaruh perhatian pada masalah wanita Indonesia terkait pemenuhan hak dan kesetaraan gender.

Perkembangan di Eropa ia dapatkan dengan sering bertukar pikiran melalui surat kepada teman-temanya di Belanda. Surat-suratnya ini kemudian dibukukan J.H. Abendanon dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang yang diterbitkan di tahun 1911.

Ia sadar bahwa latar belakang pendidikan yang kuat mampu mempelopori tercapainya emansipasi wanita Indonesia di masa depan. Sehingga ia berusaha mendirikan sekolah perempuan pertama di Indonesia, yang akhirnya berhasil Ia dirikan di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang saat itu. Alhasil, pengaruh pemikiranya dapat dirasakan hingga saat ini.

Pertanyaannya, apakah Indonesia kontemporer memiliki sosok dengan semangat seperti Kartini.

Jawabanya, semangat juang kartini akan terus bersemi melalui tunas-tunas baru seperti beberapa tokoh berikut;

1. Tri Rismaharini
Sering disapa Bu Risma, dialah walikota surabaya sejak 2010. Dikenal sebagai pemimpin tegas, Risma juga tercatat sebagai wanita pertama yang dipilih langsung menjadi wali kota melalui pemilihan kepala daerah sepanjang sejarah demokrasi Indonesia di era reformasi dan merupakan kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.

Sepanjang Ia menjabat sebagai Walikota, banyak sekali penghargaan yang disematkan ke Surabaya mulai nasional hingga internasional. Bahkan surabaya  meraih delapan kali piala adipura kencana berturut-turut yaitu tahun 2011 hingga 2018.

2. Dian Paramita Sastrowardoyo
Memiliki nama layar Dian Sastro, merupakan pemeran film terkemuka di Indonesia. Ia disebut-sebut sebagai ikon kebangkitan film nasional bersama rekannya di film Ada Apa dengan Cinta, Nicholas Saputra. Ia juga dipilih memerankan film Kartini yang rilis april 2017.

Kutu buku ini juga diamanahi membawa obor di Olimpiade 2008.
Dian sastro juga aktif dalam mepromosikan Indonesia di kancah Internasional, terutama pariwisata.

3. Kalis Mardiasih
Mungkin belum familiar di telinga kita, namun perjuangan mbk kalis(sapaan akrab) dalam menyuarakan hak-hak perempuan tak kenal pamrih. Ia rutin memberikan ceramah di kegiatan-kegiatan literasi ataupun kemanusiaan. Aktifis gusdurian ini juga masif memberikan pemahaman kesetaraan gender melalui media sosial.

Pemikirannya dapat dilihat di buku buku-buknya seperti Bersilam seperti Kanak-Kanak, Hijrah Jangan Jauh Jauh Nanti Nyasar, Muslimah yang Diperdebatkan dan buku terbarunya Sisterfillah You'll never be alone. Selain menulis buku, ia juga aktif menulis di media massa cetak atupun  online dan beberapa kali terlihat di televisi.

Apakah anda juga tersulut semangat Kartini ? Apakah anda Kartini-Kartini selanjutnya?  Selamat Hari kartini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun