Mohon tunggu...
Sosbud

Obat Anti Terorisme

21 Mei 2018   14:08 Diperbarui: 21 Mei 2018   14:14 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terorisme menjadi topik yang sedang dibicarakan banyak orang belakangan ini meskipun isu terorisme telah lama ada. Pergolakan di Mako Brimob antara napi teroris dan polisi, tiga peristiwa bom bunuh diri di Surabaya, dan penyerangan terhadap polisi di Riau menghangatkan kembali perbincangan tentang isu terorisme di Tanah Air. Bahkan, berdasarkan situasi yang berkembang, Polri sempat menyatakan status siaga satu untuk polisi.

Terorisme merupakan istilah sensitif bahkan sekadar untuk dijadikan lelucon. Beberapa penumpang pesawat pernah diamankan oleh petugas keamanan bandara gara-gara membuat candaan tentang teroris. 

Baru-baru ini seorang dosen dan satpam ditangkap polisi di tempat berbeda karena membuat status di media sosial terkait terorisme. Sensitivitas itu kian terasa ketika mengaitkan terorisme dengan ajaran agama meskipun tidak ada satu pun agama yang membenarkan paham dan aksi teroris. Dengan demikian, diperlukan kehati-hatian dalam penanganan kasus terorisme agar tidak menimbulkan persoalan baru di tengah masyarakat.

Lampu darurat narkoba belum padam. Kini lampu darurat terorisme pun telah menyala. Narkoba merusak pikiran generasi muda dan terorisme siap merusak hati mereka. Narkoba dan terorisme mampu mengubah manusia menjadi monster yang tidak memiliki perasaan dan kehilangan akal sehat.

Jika terorisme adalah wabah penyakit, apakah ada obat penawarnya? Segala hal di dunia ini diciptakan Tuhan berpasang-pasangan. Ada hitam dan putih. Ada langit dan bumi. Ada besar dan kecil. Ada penyakit dan obat.

Obat antiterorisme tidaklah langka dan mahal. Obat itu ada di dalam lingkungan keluarga. Andil penting berada di tangan orang tua. Merekalah yang bertanggung jawab mendidik anak-anak menjadi pribadi unggul. Namun, ketika tugas itu tidak terpenuhi dengan baik, bahaya dengan mudah mengintai kepribadian generasi muda. Obat itu berupa kasih sayang dan pendidikan fundamental tentang kehidupan.

Pendidikan dasar dalam keluarga harus benar-benar dimaksimalkan untuk menanggulangi masuknya paham-paham radikal yang menjadi bibit terorisme. Permasalahannya adalah tidak semua keluarga siap memberikan bekal yang cukup kepada anak-anak yang tumbuh kembang di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan berbagai obat penawar lain sebagai pelapis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun