Mohon tunggu...
Irsyad Sirsad
Irsyad Sirsad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Hobi

Menulis, Menulis, Menulis!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

7 September 2024   20:31 Diperbarui: 7 September 2024   20:41 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia berinteraksi dengan menggunakan bahasa. Bahasa mencerminkan aspek-aspek kemasyarakatan, seperti sosial, budaya, dan agama. Ketika bahasa digunakan dalam proses interaksi, kita dapat mengamati aspek-aspek tersebut dalam suatu tindak komunikasi, seperti cara seseorang menghormati orang lain saat bertegur sapa. Penghormatan itu dalam kontak bahasa ditunjukkan dengan penggunaan diksi honorifik sapaan, seperti pak, bapak, bu, dan ibu. Contoh lainnya, kita juga bisa mengetahui cara suatu masyarakat berbasa-basi, misalnya dengan pertanyaan mau ke mana dan dari mana. Tentu saja kekhasan tersebut dapat berbeda pada masyarakat lain.

Pada masyarakat yang menganut agama Islam, kita dapat mendengar banyak kosakata bahasa Arab yang sering digunakan sebagai campur kode dalam tindak komunikasi. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi bahasa yang lain, yaitu bahasa sebagai alat penanda identitas. Seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai muslim akan menunjukkan identitas dirinya (agama) dalam cara berbahasa. Karena Islam sangat identik dengan bahasa Arab, ia akan menggunakan bahasa itu untuk mencitrakan identitasnya dalam proses komunikasi. Penggunaan ungkapan tertentu dalam bahasa Arab juga dianggap sebagai wujud ketaatan dalam beragama, misalnya mengucapkan alhamdulillah sebagai ekspresi rasa syukur.

Kaitan antara bahasa dan agama tersebut tidak hanya ditunjukkan dengan penggunaan diksi dalam berkomunikasi. Nilai-nilai agama juga disampaikan dalam bahasa dengan bentuk ungkapan-ungkapan yang berisi nasihat-nasihat tentang kehidupan. Oleh karena itu, pada masyarakat beragama Islam, kita dapat menemukan cara pandang keislaman, misalnya pemahaman masyarakat tentang makanan halal. Semua pemahaman keislaman disampaikan dalam bentuk bahasa, baik pada wacana dialog (seperti forum diskusi) maupun pada wacana monolog (seperti forum ceramah).

Pada contoh kasus masyarakat yang beragama Islam tersebut, kita dapat mengetahui pengaruh agama dalam cara berbahasa masyarakat sehingga jika suatu ketika paham keislaman tidak lagi tercermin dalam bahasa yang digunakan oleh masyarakat itu, hal itu patut menjadi tanda tanya. Barang kali kita bisa menduga apakah masyarakat itu perlahan-lahan telah meninggalkan ajaran Islam walaupun secara administrasi mereka masih beragama Islam. Dalam hal inilah bahasa menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol sosial karena dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala atau fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat.

Meskipun demikian, bahasa sebagai alat kontrol sosial tidak hanya tampak pada fenomena pergeseran nilai-nilai budaya yang tercermin dalam penggunaan bahasa seperti contoh tersebut. Secara sederhana, bentuk-bentuk tuturan yang menandai jarak sosial antarpeserta tutur juga merupakan wujud kontrol sosial. Kita dapat memilih ekspresi tuturan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi tergantung pada jarak sosial antara kita dan orang lain. Makin akrab dengan lawan bicara, makin informal bentuk ekspresi tuturan yang kita pilih, misalnya bercakap-cakap dengan teman dekat. Sebaliknya, bentuk-bentuk yang lebih formal dipilih jika jarak sosial lawan bicara agak jauh, misalnya tuturan siswa kepada guru.

Bahasa sebagai alat kontrol sosial juga dapat dicermati ketika kita bertegur sapa dengan tetangga. Meskipun tuturan yang diucapkan dalam tegur sapa itu tidak panjang, seperti ucapan salam, hal itu sudah cukup menunjukkan bahwa hubungan sosial kita dengan tetangga masih terjalin baik. Bayangkan seandainya antartetangga tidak saling bertegur sapa ketika berjumpa. Hal itu menunjukkan bahwa hubungan sosial yang terjalin sedang tidak baik-baik saja. Dengan demikian, bahasa dapat digunakan sebagai alarm sosial untuk mengetahui kondisi suatu masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun