Mohon tunggu...
Irsyad Muhammad
Irsyad Muhammad Mohon Tunggu... -

Outrage Beyond

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Toleransi dari Sriwijaya

18 Desember 2017   15:58 Diperbarui: 18 Desember 2017   19:22 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wilayah Nusantara dahulu seringkali dikenal sebagai jalur rempah, sebutan jalur rempah bagi wilayah Nusantara tidaklah berlebihan. Daerah Nusantara sedari dulu telah memiliki catatan panjang perdagangan rempah-rempah. Pedagang dari berbagai tempat di belahan dunia seperti dari Arab, Persia, India hingga Tiongkok telah pergi ke Nusantara dalam perjalanannya mencari rempah-rempah. Lokasi wilayah Nusantara yang strategis karena letaknya yang berada di dua samudra dan dua benua, membuatnya telah menjadi tempat persilangan budaya antara berbagai budaya yang berbeda.

            Tidaklah jelas kapan kelompok budaya lain di luar rumpun Austronesia telah datang ke Indonesia. Hingga sekarang sumber sejarah tertua yang tercatat hingga hari ini ialah Prasasti Yupa yang ditemukan di Kutai, dalam prasasti tersebut tercatat adanya kerajaan Hindu pada abad ke-4 Masehi. Hingga sebelum abad ke-4 Masehi belum ditemukan adanya catatan sejarah di wilayah Nusantara, kendati demikian telah diyakini adanya persilangan budaya antara Indonesia dengan budaya lain di luar Indonesia.

            Tradisi pengobatan di Barus, dapat menjadi bukti nyata bahwa telah terjadi persilangan budaya di wilayah Nusantara pada masa sebelum masehi. Wilayah Barus yang dikenal sebagai penghasil kemenyan dan kapur barus, diyakini telah memiliki kontak dengan peradaban lain di luar Nusantara. Seperti dalam berbagai peninggalan arkeologis peradaban Mesir Kuno menunjukkan bahwa rempah-rempah dan kapur barus telah lama digunakan dalam lingkungan istana para Fir'aun Mesir, tidak sedikit bukti yang menunjukkan bahwa kapur barus dan rempah-rempah juga digunakan untuk mengawetkan mayat untuk selanjutnya dibuat mummy.

 Sejak masa peradaban Tiongkok Kuno, tepatnya lebih lebih dari 2000 tahun yang lalu sudah ada aturan bahwa pejabat atau siapa pun yang ingin menghadap kaisar harus mengunyah cengkeh terlebih dahulu untuk menghilangkan bau mulut. Adanya aturan ini menandakan bahwa telah adanya silang budaya dengan peradaban lain dari sejak sebelum masehi.

            Perdagangan komoditas rempah baru benar-benar tercatat di kawasan Nusantara setelah masuknya agama Hindu-Buddha dari India. Silang budaya dengan India bukan saja mempengaruhi bidang agama, melainkan budaya dan juga tradisi keberaksaraan serta kesusastraan. Kita patut berterima kasih dengan datangnya budaya India, sebab diyakini bangsa India yang memperkenalkan budaya tulis ke Nusanatara. Terlihat pada Prasasti Yupa yang tersimpan di Museum Nasional, prasasti yang menjadi sumber sejarah pertama bangsa Indonesia tersebut ditulis menggunakan huruf Pallawa dan ditulis dalam bahasa Sansekerta.

            Persilangan budaya dengan India dan masuknya agama Hindu-Buddha turut berpengaruh besar dalam perkembangan peradaban di kawasan Nusantara. Mulai munculnya berbagai kerajaan yang menganut agama Hindu ataupun Buddha. Salah satunya ialah Kerajaan Sriwijaya atau lazim disebut Kedatuan Sriwijaya. Kedatuan Sriwijaya dalam perkembangan sejarahnya telah berhasil menjadi thalassocracy(kekaisaran maritim). Kerajaan yang didirikan oleh Dapunta Hyang ini, kemudian berhasil mencapai kejayaannya pada masa Balaputradewa. Di masa Balaputradewa, Kedatuan Sriwijaya bukan saja menjadi pusat perdagangan melainkan juga center of knowledge.Raja Balaputradewa mengirim ribuan mahasiswa untuk belajar ke Universitas Nalanda, India. Prasasti Nalanda, India telah menjadi saksi bisu akan kehadiran mahasiswa Sriwijaya di Nalanda. 

Universitas Nalanda dan juga Universitas Vikramasila di abad ke-9 dikenal sebagai pusat pembelajaran agama Buddha terbaik di masanya. Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa Raja Balaputradewa membangunkan asrama khusus bagi mahasiswa dari Sriwijaya yang kuliah di Universitas Nalanda, tidak hanya itu Raja Balaputradewa pun turut memberikan donasi bagi Universitas Nalanda. Terlihat bahwa Sriwijaya pada masanya sangat memperhatikan sektor pendidikan, bahkan dari Prasasti Nalanda kita dapat menyimpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya memberikan beasiswa full support,  bandingkan dengan pemerintah Republik Indonesia yang hingga kini belum sanggup melakukannya.

            Para mahasiswa yang telah lulus dari India kemudian turut mengembangkan sektor pendidikan di Sriwijaya. Pada masa kejayaannya Sriwijaya telah memiliki universitas yang termasyur, khususnya untuk pembelajaran agama Buddha; kita masih dapat temui sisa peninggalan arkeologis universitas tersebut yang sekarang kita kenal sebagai Candi Muaro Jambi dan Candi Muaro Takus yang hingga kini masih terdapat di Jambi.

 Di masanya kedua universitas ini dikenal sebagai world class universitypada masanya, bahkan banyak mahasiswa dari dalam dan luar negeri yang belajar di kedua universitas tersebut. Demikian juga pengajarnya tidak sedikit dari luar negeri yang menjadi pengajar di kedua universitas tersebut, kendati demikian Sriwijaya memiliki guru besar agama Buddha yang tersohor yakni Sakyakirti atau lazim dikenal di Tibet dan India terutama sebagai Dharmakirti.

            Mulanya Sakyakirti berkelana di berbagai tempat di India untuk mendalami Buddhisme dan akhirnya setelah memperdalam ilmunya, ia dipercaya untuk mengajar di Universitas Nalanda. Kemudian setelah beberapa tahun mengajar ia pulang ke Sriwijaya dan mengajar di Muaro Jambi dan Muaro Takus. Namanya yang tersohor sebagai guru besar agama Buddha, membuat banyak bhiksu mancanegara yang menimba ilmunya di Sriwijaya. S

eperti I-Tsing, ia seorang bhiksu dari Tiongkok yang hendak mendalami Buddhisme di India. Sebelum ia pergi ke India, ia terlebih dahulu kuliah di Sriwijaya terutama untuk mendalami bahasa Sansekerta. Universitas di Sriwijaya menjadi tempat pengantar memahami Buddhisme sebelum ke India, bagi para bhiksu dari Tiongkok sebab tingkat akreditasi universitas-universitas Sriwijaya dianggap hampir sama dengan di India. Catatan perjalanan I-Tsing ini penting, sebab dari catatan perjalanannya kemudian diketahui adanya Kerajaan Sriwijaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun