Mohon tunggu...
Irsyad Mohammad
Irsyad Mohammad Mohon Tunggu... Sejarawan - Pengurus PB HMI, Pengurus Pusat Komunitas Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA), dan Alumni Ilmu Sejarah UI.

Seorang aktivis yang banyak meminati beragam bidang mulai dari politik, sejarah militer dan sejarah Islam hingga gerakan Islam. Aktif di PB HMI dan Komunitas SATUPENA. Seorang pembelajar bahasa dan sedang mencoba menjadi poliglot dengan mempelajari Bahasa Arab, Belanda, Spanyol, dan Esperanto.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

From Indonesia with Love: Pengalaman Pribadi Mengikuti Aksi Solidaritas Pro-Palestina di Monas

16 November 2023   16:39 Diperbarui: 16 November 2023   16:54 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Massa aksi solidaritas Pro-Palestina di Monas. Sumber gambar: https://peoplesdispatch.org/

Saya juga memahami sejarah gerakan zionis dan perannya dalam membentuk Israel, juga sejarah persekusi terhadap orang Yahudi selama ribuan tahun pasca terusirnya mereka dari Palestina dan puncaknya adalah kekejaman Nazi terhadap terhadap mereka di Auschwitz, saya juga mengutuk tindakan kekejaman terhadap Yahudi oleh Nazi. Saya juga menentang propaganda anti-Yahudi, yang kita lawan seharusnya bukan Yahudi sebagai etnis dan agama, bahkan banyak Nabi dan Rasul umat Islam seperti Nabi Ishak (AS), Nabi Musa (AS), Nabi Harun (AS), Nabi Daud (AS), Nabi Sulaiman (AS), dan Nabi Isa (AS), adalah orang Yahudi. Yang patut kita lawan adalah zionisme, serta tindakan kaum radikal kanan Israel yang hendak mencaplok wilayah Palestina seperti Tepi Barat dan Gaza. Kita menyayangkan orang-orang Yahudi menjadi korban kekejaman Nazi, tapi mereka hal yang persis sama terhadap orang-orang Palestina. Bahkan Perdana Menteri Israel yang pro-perdamaian seperti Yitzhak Rabin, dibunuh oleh Yigal Amir seorang ekstremis zionis. Banyak orang Yahudi juga yang menentang zionisme serta pro-Palestina, seperti Professor Noam Chomsky. Jadi perlu ditegaskan kecaman terhadap kekejaman Israel bukanlah seruan anti-semitisme, apalagi anti-Yahudi. Saya juga mendukung berdirinya 2 negara terpisah untuk orang Arab dan Yahudi, kedua pihak harus berkomitmen untuk itu.

Sikap saya terhadap menentang penjajahan tegas, saya bukan hanya bersuara membela Palestina. Saya juga aktif bersuara menyuarakan kemerdekaan Sahara Barat dan Kosovo. Juga mengecam penindasan terhadap Muslim Rohingya oleh junta militer Myanmar.

Sudah amanat konstitusi Indonesia bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, oleh karenanya Indonesia memiliki tugas suci (mission sacre) untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Begitu juga dengan rakyat Indonesia, mayoritas dari mereka terlepas dari berbagai suku dan latar belakang agama, serta afiliasi politik berkumpul di Monas untuk mendukung kemerdekaan Palestina dan mengecam kebiadaban Israel atas warga sipil tak berdosa di Gaza. Banyak massa aksi dari lintas agama yang berkumpul dengan penuh solidaritas sejak pagi, hingga kawasan Monas pun padat. Bahkan massa aksi terus berdatangan. Bahkan saya melihat sejumlah mobil truk yang membagikan makanan serta minuman gratis untuk massa aksi, kepada siapa pun mereka saya mendoakan mereka yang menyumbangkan makanan serta minuman rezeki yang berlipat ganda. Terlebih banyak dari mereka yang membagikan makanan tidak menulis mereka darimana ataupun mereka siapa, mereka donasi cuma untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT tanpa ingin dikenal.

Bahkan tanpa disangka, acara ini dihadiri oleh Menlu Retno Marsudi ia menjelaskan apa yang telah Indonesia perbuat untuk Palestina di podium. Juga oleh Ketua DPR RI Puan Maharani, Jusuf Kalla, Fadli Zon, Menko PMK Muhadjir Effendy, juga oleh para ulama, pendeta, pastur, pedanda, biksu, yang ikut juga ada di podium. Para pemuka lintas agama ini melakukan doa lintas agama sebagai wujud keprihatinan atas penderitaan rakyat Gaza yang diserang dalam serangan skala penuh oleh Israel. Mungkin aka nada suara-suara sumbang dan sinis atas kehadiran para politisi itu. Seperti dianggap cari panggung lah atau cari dukungan menjelang pilpres, tafsir orang bisa macam-macam atas hal itu. Juga yang mengetahui niatan seseorang hanya dirinya sendiri dan Tuhan Yang Maha Esa, jadi bukan tugas saya untuk menghakimi mereka dan menurut saya tudingan-tudingan seperti itu dari netizen tidak sepatutnya ada. Toh peraturan yang saya lihat di jarkom yang beredar, siapa pun yang ikut diizinkan untuk membawa atribut organisasinya. Cuma dilarang membawa atribut partai politik, para politisi yang bersuara di podium tidak membawa atribut partai politik. Meski publik sudah mengasosiasikan diri mereka dengan partai apa pun, itu terserah mereka. Mereka mau bersuara saja sudah bagus. Saya juga kebetulan membawa gordon dan muts HMI, saya pun sempat melebur bersama massa dari HMI. Saya melakukan ini karena saya melihat di jarkom organisasi apa saja yang masuk dalam flyer itu ada HMI, juga bersama banyak ormas Islam juga ada ormas Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.

Saya melihat juga banyak komentar sinis seperti ini: "dukung kemerdekaan Palestina, tapi negaranya sendiri dan menjajah Papua serta melakukan pelanggaran HAM di Papua." Seolah-olah gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Tudingan seperti ini sebenarnya tidak sepenuhnya relevan, toh Papua sendiri sudah memutuskan untuk bergabung dengan Indonesia dalam Act of Free Choice atau Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969. Soal pelanggaran HAM di Papua, di masa silam Indonesia sendiri bukan hanya melakukan pelanggaran HAM di Papua, namun juga di Timor Timur (Timor-Leste) dan Aceh. Namun kini Timor-Leste sudah merdeka, bahkan Indonesia sudah rekonsiliasi dengan Timor-Leste. Bahkan sudah banyak masalah HAM yang diperbaiki di Papua dan Aceh sehingga tidak terjadi pelanggaran HAM separah dulu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sudah menandatangani kesepakatan damai dengan Pemerintah RI, dalam MoU Helsinki 2005 -- Aceh diberi kesempatan mendirikan partai politik lokal dan menerapkan syariat Islam. Bahkan Aceh dan Papua sudah diberi otonomi khusus (otsus), bahkan diberikan dana otsus untuk membangun wilayahnya. Kita juga berharap kedepannya juga tidak terjadi pelanggaran HAM di kedua daerah tersebut.

Suasana persaudaraan, kekompakan, serta solidaritas selama aksi tersebut membuat saya senang dan tersentuh. Rupanya jutaan orang banyak yang peduli terhadap Palestina. Bahkan mereka yang tidak ikut aksi, turut memberi dukungannya kepada aksi ini. Kita berharap kedepannya akan ada perdamaian untuk Palestina dan Israel, serta negara Palestina dapat merdeka dengan batas sebelum Perang 1967 yakni Tepi Barat dan Gaza, juga Yerusalem Timur dapat menjadi Ibukota Palestina dan umat Islam kembali bisa sholat di Masjid Al-Aqsa dan Masjid Kubah As-Sakhrah (Dome of the Rock). Juga umat Islam bersama umat Kristen dan umat Yahudi bisa hidup berdampingan, serta beribadah dengan tenang di Yerusalem. From river to the sea, Palestine will be free!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun