Mohon tunggu...
Irsyad Aulia Dongoran
Irsyad Aulia Dongoran Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bendahara I Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sumatera Utara | Ketua Umum PK IMM FIKTI UMSU

Teruslah bermanfaat bagi semesta!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lingkungan Ibukota : "Jakarta Sehat Atau Sehatkan Jakarta?"

14 Juli 2024   01:25 Diperbarui: 14 Juli 2024   02:07 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GAMBAR : TPA PASAR INDUK KRAMAT JATI

Jakarta merupakan tombak negara yang dijadikan sebagai  poros pergerakan bangsa indonesia, Jakarta kerap dijadikan sebagai kacamata keadaan dan keamanan situasi serta kondisi yang ada ditanah air. Mulai dari kondisi lingkungan, ekonomi Kesehatan, dan lain-lainnya, terkhusus mengenai lingkungan yang terjadi hari ini. Banyak hal yang harus diperhatikan, salah satu bahwa Jakarta sebagai Ibukota pada hari ini termasuk kewalahan mengenai sampah.

Sampah yang dimaksud berupa sampah plastik yang menjamur disetiap lini kota, padahal sampah plastik merupakan jenis sampah yang sangat sulit terdaur oleh alam bahkan jalan terakhirnya harus didaur dengan dibakar sehingga mengakibatkan polusi yang amat merusak lingkungan.

Menurut sumber data Pada tahun 2022, total timbulan sampah di Jakarta mencapai 3,11 juta ton, dengan rata-rata 8.527,07 ton sampah per hari. Ironisnya, 87,52% dari sampah plastik fleksibel di Jakarta berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan.

Padalah sudah ada regulasi atau instruksi dari pemerintah melalui Peraturan Gubernur (Pergub) No 142 Tahun 2019 tentang "Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan dan Pasar Rakyat.di DKI Jakarta".

Fakta lapangan yang saya cari tahu langsung di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur melalui Penjual Jahe rempah , yang akrab di sapa rojak (46) masih lebih memilih menggunakan plastik karena dinilai lebih murah dan tidak perlu mengular modal besar.

"Saya Tetap menggunakan kantong plastik karena lebih murah modalnya dibanding Totebag, sementara dalam penjualan saya hanya menerima untung yang tipis dan cukup makan" kata Rojak, Sabtu (13/7).

Sementara saya melihat bahwasanya ada juga pembeli bernama Atika (53) yang menggunakan kantong plastik belanja, dengan alasan lebih simple dan belum adanya aturan tertulis untuk penggunaan kantong belanja.

 "Karena memang alasannya lebih simple serta saya merasa belum ada larangan dari pemerintah mengenai penggunaan kantong plastik", Tika si Pembeli  (13/7).

kemudian terfikir oleh  saya untuk mendatangi sebuah toko swalayan yang berada di sekitar komplek Pasar Induk Kramat Jati, yang mana kepala admin toko yang sering disapa Boby menyatakan bahwa tokonya sudah menerapkan belanja tanpa kantong plastik sejak 2020 sesuai regulasi Peraturan Gubernur DKI Jakarta.

"Penggunaan totebag untuk mencegah penumpukan sampah plastik sudah kami laksanakan sejak tahun 2020 sesuai regulasi yang diterbitkan Pergub DKI Jakarta" ujar kepala toko tersebut (13/7).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun