Kesehatan merupakan salah satu faktor penting penunjang aktivitas manusia dalam Kehidupan sehari – hari. Tanpa adanya kesehatan dalam diri manusia, aktivitas manusia akan terganggu. Sejarah telah mencatat mengenai munculnya pendekatan untuk mengenai masalah kesehatan yang telah ada semenjak zaman Yunani, melalui kedua tokoh metodologi mereka yaitu Asclepius dan Higeia. Asclepius merupakan seorang dokter yang pandai, meskipun dalam sejarahnya tidak disebutkan sekolah atau pendidikan yang dia tempuh, sedangkan Higeia merupakan asisten dan juga istri dari Asclepius. Sepasang suami istri tersebut berfokus terhadap dunia kesehatan dengan pendekatan berbeda Asclepius melakukan pendekatan kesehatan dengan pengobatan penyakit dengan pembedahan dengan prosedur tertentu ataupun pemberian obat dan berfokus pada masyarakat yang sakit pada waktu itu. Sedangkan, Higeia lebih berfokus kepada masalah penerapan hidup sehat demi mencegah terjadinya penyakit pada diri seseorang seperti, mengonsumsi makanan yang bergizi, menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, istirahat yang cukup, dan lain sebagainya. Melalui perbedaan pendekatan yang mereka lakukan, muncullah fokus penanganan masalah kesehatan melalui 2 hal yaitu preventif dan kuratif. Preventif merupakan tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya penyakit pada individu ataupun masyarakat, sedangkan kuratif lebih berfokus kepada masyarakat yang telah jatuh sakit dengan memberikan pengobatan dengan cara melakukan pembedahan ataupun pemberian obat. Kedua pendekatan tersebut semakin berkembang dari waktu ke waktu dan semakin kompleks dengan adanya fokus pendekatan yaitu promotif dan rehabilitatif yang membersamai preventif dan kuratif.
Zaman semakin berkembang penanganan masalah kesehatan juga semakin kompleks dengan adanya beberapa masalah kesehatan yang mulai bermunculan seiring berjalannya waktu. Pemerintah juga melakukan beberapa upaya, salah satunya adalah  penguatan fungsi Puskesmas dalam promotif dan preventif dalam upaya melakukan reformasi sistem kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun, hal yang miris dan sering terjadi di masyarakat mengenai cara pandang masyarakat terhadap kesehatan, masyarakat cenderung mengabaikan tindakan preventif dan promotif yang diberikan oleh petugas kesehatan dan lain sebagainya. Hal ini nampak melalui perilaku hidup bersih dan sehat yang masyarakat lakukan kurang maksimal. Pada akhirnya mereka terkena penyakit dan jatuh sakit. Meskipun, penyakit yang terjadi terhadap seseorang merupakan kehendak Tuhan YME, namun setidaknya masyarakat memiliki kesadaran untuk mencegah terjadinya penyakit kepada dirinya. Banyak ditemukan bukti yang menunjukkan kurang mengindahkannya masyarakat terhadap pendekatan kesehatan promotif dan preventif. Hal ini terbukti bahwa Secara nasional bahwa proporsi individu yang ber-PHBS baik belum mencapai setengah (41,3%), sebelum terjadinya Covid-19. Adapun bukti masih rendahnya PHBS terutama dalam beberapa indikator seperti perilaku tidak merokok di dalam rumah (46,3%), pemberian ASI eksklusif oleh ibu terhadap bayi (31,6%), perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih (27,2%), melakukan aktivitas fisik setiap hari (25,8%), dan mengonsumsi sayur buah setiap hari (0,8%). Hal-hal yang sederhana seperti membuang sampah sembarangan, mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, kurang mengatur sanitasi lingkungan tempat tinggal, dan tidak mencuci tangan ketika akan makan menunjukkan bahwa, masyarakat masih kurang mengindahkan atau menerapkan perilaku preventif dan promotif, padahal kedua hal tersebut merupakan faktor penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk dari Implementasi preventif dan promotif masyarakat adalah dengan adanya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Namun, Masyarakat yang sehat cenderung kurang menerapkan perilaku promotif dan preventif dalam kesehatan, karena mereka beranggapan bahwa diri mereka sehat dan bebas melakukan hal yang mereka inginkan tanpa harus berpikir apakah hal yang dia lakukan berpengaruh terhadap kesehatan mereka atau tidak. Namun, ketika mereka terkena penyakit mereka cenderung berusaha mencari pengobatan dengan semaksimal mungkin dan baru menyadari bahwa mencegah terjadinya suatu penyakit lebih mudah dan efektif ketika badan sehat daripada mencari kesembuhan ketika seseorang terkena suatu penyakit.
Bukti pentingnya tindakan promotif dan preventif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satunya terdapat dalam kasus kesehatan yang telah terjadi selama 2-3 tahun belakangan, yaitu Covid-19. Dalam pandemi Covid-19 yang terjadi ini banyak sekali peran dari promotif dan preventif kesehatan dalam upaya penurunan kasus Covid-19 ini, seperti adanya pemberlakukan aturan memakai masker untuk mencegah terpaparnya seseorang terjangkit Covid-19, menerapkan physical distancing, mencuci tangan sebelum makan, dan beberapa tindakan pencegahan lainnya terhadap Covid-19. Beberapa tindakan tersebut memberikan dampak penurunan kasus Covid-19 yang terjadi di masyarakat. Selain itu juga, peran terbesar tindakan preventif terhadap adanya Covid-19 adalah melalui adanya vaksinasi. Vaksinasi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan kasus Covid-19. Tindakan-tindakan preventif dan promotif yang telah disebutkan di atas menunjukkan pentingnya peranan preventif dan promotif dalam upaya penanganan masalah kesehatan. Tak bisa dipungkiri seharusnya masyarakat dan pemerintah juga harus memiliki komitmen kuat dalam pelaksanaan preventif dan promotif kesehatan, karena hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam upaya penanganan masalah kesehatan seperti kasus Covid-19 serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bentuk meningkatnya tindakan preventif dan promotif masyarakat ketika pandemi ini sebagaimana survei Balitbang Kemenag adalah peningkatan perilaku menggunakan masker (88,24%), mencuci tangan pakai sabun (77,20%). Hal tersebut diharapkan meningkatkan perilaku preventif dan promotif masyarakat yang lain pasca pandemi.
Semua upaya dalam proses untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu dimaksimalkan baik dalam promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Perilaku masyarakat yang menunjukkan kurang menerapkan perilaku preventif dan promotif kesehatan seharusnya dihilangkan karena tindakan preventif dan promotif sangat penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. Salah satu buktinya adalah upaya penurunan kasus Covid-19 yang sekarang sedang digerakkan terutama dalam kegiatan vaksinasi. Sehingga, sangat mungkin peningkatan fokus preventif dan promotif dalam kesehatan oleh pemerintah maupun perilaku individu untuk mencapai derajat kesehatan dan meminimalisir kasus-kasus baru yang terjadi dalam dunia kesehatan di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA:
- Purwanto, B. (n.d.). 2021. Gerakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dalam data Riset Kesehatan Dasar. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Retrieved May 22, 2022, from https://promkes.kemkes.go.id/gerakan-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-dalam-data-riset-kesehatan-dasar
- Bappenas, K. P. (2021). Studi Pembelajaran Penanganan COVID-19 Indonesia. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas): Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H